Aku dan Bagus pergi ke gudang setelah mendapat kabar jika ada beberapa barang yang baru masuk. Kami berdua selalu datang jika ada barang yang baru datang, biasanya hanya bagus yang aku tugaskan untuk mengecek, namun kali ini aku ikut andil karena ada barang baru yang harus aku coba sebelum kamu gunakan.
"Tumben Lo ikut gue," kata Bagus sewot.
"Gue dengar ada barang baru yang datang, gue cuma pingin coba barang baru aja."
"Contoh cowok yang tidak setia seperti Lo ini, ada yang baru yang lama di tinggalkan!"
"Dasar teman laknat."
Aku dan Bagus sampai di gudang dan langsung menghampiri beberapa box yang berisikan senjata tajam serta pistol. Bisa di bilang aku masih baru dalam hal senjata tetapi aku tahu senjata mana yang paling bagus.
"Apa saja yang datang hari ini?" Tanyaku pada Bagus.
"Jangan tanya gue, gue sejak tadi sama Lo jadi nggak tahu."
"Hari ini yang masuk kebanyakan senjata api bos," ucap salah satu anggotaku.
"Lo bisa jelasin barang apa-apa saja yang datang, gue pingin coba salah satunya," pintaku, ini hanya alasan yang aku buat untuk melihat apakah mereka paham dengan senjata yang akan menjadi teman mereka nantinya.
"Barang yang masuk hari ini ada Rheinmetall MG 3, jenis senapan api ini biasanya di gunakan oleh mereka yang berperang di garis depan,"
"Untuk apa ini? Kita nggak perlu senjata seperti ini. Rheinmetall MG 3 itu untuk berperang, kamu pikir kita mau mengikuti perang dunia 3. Gue harap itu barang sore nanti sudah tidak ada di sini," ucapku dengan menahan emosi
"Lanjut barang apalagi." Kali ini Bagus yang berbicara, ia tidak ingin aku semakin terpancing emosinya.
"Selanjutnya ada Accuracy International AS50, biasanya anggota kita menggunakan ini dari gedung tetangga untuk menangkap beberapa penjahat."
"Oke, gue tahu barang bagus ini. Tolong latih beberapa anggota kita untuk menembak jarak jauh, sayang bila kita punya senjata yang bagus tetapi anggota kita tidak ada yang baik dalam hal menembak." Terang ku kapadanya yang dapat di dengar oleh anggota yang lainnya.
"Selanjutnya ada Glock 45 GAP, ini merupakan barang baru dan kita hanya mendapatkan sepuluh buah, lalu ada Desert Eagle Mark XIX Pistol, bos paling paham dengan pistol yang satu ini dan yang terakhir Smith and Wesson 500 Magnum (S&W 500M), pistol ini sama dengan Glock 45 hanya saja Glock lebih baik bos," jelasnya
Aku langsung melihat Glock 45 GAP yang dibilang oleh salah satu anggota ku, cukup menarik senjata api ini dan ini berbeda dari senjata api yang biasanya aku gunakan.
"Siapkan ruang menembak dan suapkan beberapa tahanan untuk bahan percobaan," perintahku pada mereka.
"Tahu aja Lo mana yang bagus," ucap Bagus menggodaku.
"Diem Lo, atau Lo yang mau jadi bahan percobaan gue?"
"Gila Lo, banyak tawanan masa teman sendiri yang mau dijadikan tumbal." Ucapnya sedikit mendramatisir.
"Jijik," kataku yang meninggal Bagus sendiri.
Aku berjalan menuju ruangan khusus untuk berlatih menembak, dan biasanya ruangan itu akan aku gunakan untuk mengeksekusi beberapa tahanan yang membangkang.
"Maaf bos, untuk senjata tajam belum ada yang bos review." Ucap salah satu anggota baru yang menghentikan langkaku.
"Kamu masih baru disini?" Tanyaku penasaran, wajah pria ini sangat asing bagiku.
"Iya bos, saya anggota baru. Saya bisa bekerja di sini berkat Paman saya."
"Oke kalau gitu kamu bisa tanya kepada yang lainnya kalau urusan senjata tajam tidak dalam ranah saya." Setelah memberi tahunya aku meninggalkan ia sendiri, aku tidak ingin ambil pusing dengan anak baru itu.
Saat ini aku sudah berada di ruangan khusus latihan menembak, ruangan ini cukup luas dengan lebar 10 meter dan panjang 15 meter. Di dalam ruangan ini ada beberapa gabus yang dibentuk menyerupai orang, benda itu biasanya di jadikan target untuk menembak, tetapi kali ini aku tidak menggunakan boneka melainkan manusia.
Didalam ruangan ini tersedia, meja yang diatasnya ada kacamata, tembak, dan juga Headphone untuk meredam suara tembakan ke telinga kita. Ada 5 meja dan saat ini mereka tidak ada yang melanjutkan latihan mereka karena kedatanganku.
"Silahkan bos," ucap Tegar ketua dari tim menembak.
"Terimakasih." Setelah dipersilahkan aku langsung menggunakan kacamata dan juga Headphone, tidak lupa juga dengan pistol Glock 45.
Sebelum memulai dengan manusia aku mencobanya pada boneka yang terbuat dari gabus.
Dorrrr
Suara tembakan yang aku lepaskan membahana, dan benar saja sekali tembak boneka itu hancur, tidak tahu jika digunakan kepada manusia apakah akan hancur atau tidak.
"Tungguin gue, nggak asik Lo bersenang-senang sendiri," kata Bagus yang baru saja tiba di ruangan khusus menembak.
"Untuk apa gue nunggu Lo,"
"Keluarkan tawanan kita!" Perintahku Kepada mereka.
"Gue ikutan, tetapi gue nggak mau pakai pistol Glock 45, gue mau coba Desert Eagle aja."
"Terserah, asal tidak menggangu gue nggak masalah."
"Kamu memang sahabat terbaik aku," ucap Bagus dengan memasang wajah sok imut.
"Sinting Lo."
Tawanan yang aku minta akhirnya sudah berdiri di depan ku, sebenarnya mereka bukan hanya dari musuh tetapi di antara mereka ada yang menjadi mata-mata dan masuk kedalam black Eagle, ada juga yang menghianati black Eagle.
"Lo yakin akan ngebunuh mereka? Bam gue bilangin lagi ya, itu yang menjadi mata-mata bisa kita manfaatkan," bujuk Bagus yang sayang melihat bakat mereka.
"Maaf Gus, gue nggak suka mengambil milik orang lain."
Aku dapat melihat mereka yang ketakutan melihat diriku dan bagus memegang pistol, mungkin untuk mereka yang pernah bergabung di black Eagle sudah tahu maksud ku dan bagus.
Ada 5 orang yang berdiri tidak jauh dari tempat aku menembak, di antara 5 orang itu ada 2 penghianat Eagle dan 3 lainnya adalah mata-mata dan juga musuh yang aku temui di jalan.
"Gue nggak tega harus nembak temen sendiri, Lo aja deh yang menembak dua penghianat itu."
Dasar Bagus, padahal dia bisa gila jika melihat musuh tetapi kalau berhubungan dengan pertemanan dia akan lemah.
"Lo yakin? Lo nggak pingin nembak salah satunya?" Tanyaku memastikan.
"Tolong... tolong ampuni saya! Kasihan anak istri saya jika saya mati." Kata salah satu dari mereka.
Aku tidak ambil pusing dengan permohonannya, jika ia berpikir tentang anak dan istrinya. Seharusnya ia tidak mengambil pekerjaan seperti ini atau tidak dia harus mencari pekerjaan yang bisa menjamin keluarganya jika ia mati.
Dorrr
Suara tembakan yang dilepaskan oleh Bagus membuat empat orang lainnya gemetar, ini lah Bagus ia tidak suka negosiasi. Pria yang tadi memohon ampunan akhirnya menjadi target pertamanya Bagus.
"Bam, gue bosen kalau harus menembak mereka. Bagaimana kalau kita kasih mereka pistol dan kita diamkan mereka di sini. Siapa yang bertahan hidup kita ampuni," usul bagus