Hari ini Anita bangun pagi-pagi sekali. Dia membuat bekal dengan bersenandung. Perasaan Anita hari ini benar-benar senang. Setelah bekalnya jadi, Anita menatap kagum hasil masakannya. Setelah menyelesaikan masakannya, Anita langsung bersiap untuk berangkat kuliah.
Sesampainya di kampus, Anita langsung menuju fakultas Haikal. Karena fakultasnya dengan Haikal itu beda. Kalau Haikal dan Renata itu fakultas kedokteran, maka dia masuk fakultas Bisnis. Alasannya biar bisa membantu Ayahnya mengelola perusahaan keluarga.
Oke, kembali ke cerita. Setibanya Anita di fakultas kedokteran, Anita langsung menuju kelas Haikal. Tapi teman-teman Haikal mengatakan kalau Haikal belum kekelas. Jadinya Anita langsung pergi dan menuju halaman belakang kampus, karena katanya disana adalah tempat favorite Haikal.
Setibanya Anita dihalaman belakang, dia melihat Haikal tengah duduk sambil membaca buku ditangannya. Anita tersenyum dan langsung berjalan kearah Haikal. Dia duduk di depan Haikal.
"Hai." Sapa Anita
Haikal hanya melihat sekilas lalu memfokuskan kembali padangannya kearah buku.
"Apa buku itu lebih menarik daripada aku?" Tanya Anita bergurau
"Iya." Sahut Haikal singkat
Bukannya sakit hati, Anita justru tertawa saat mendengarnya.
Dia lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Oh iya, aku tadi pagi masak buat bekal. Tapi aku masaknya kebanyakan, jadi aku daripada aku buang, aku jadi kepikiran buat memberikannya saja padamu." Ucap Anita mengeluarkan dua bekal yang sengaja dia buat tadi pagi
"Aku sudah makan. Kau berikan saja bekal itu pada oranglain." Sahut Haikal cuek
"Tapi aku ingin memberikannya padamu." Ucap Anita dengan wajah sedihnya
Haikal memasukkan kembali bukunya ke dalam tas dan pergi meninggalkan Anita sendirian.
"Haikal..." Ucap Anita pelan
Hatinya benar-benar sakit saat mendapatkan penolakan dari Haikal. Dia memandang bekal buatannya dengan pandangan sedih. Padahal dia rela-rela bangun pagi untuk membuatkan Haikal bekal. Tapi ternyata Haikal menolak pemberiannya.
Anita terdiam sejenak lalu dikepalanya muncul sebuah ide. Anita langsung tersenyum dan berlari meninggalkan halaman belakang itu. Dia mau melakukan sesuatu yang akan membuat Haikal menerima bekal pemberiannya.
Ketika sampai di tempat loker, dia mencari loker atas nama Haikal. Setelah menemukan loker itu, Anita mencoba membuka lokernya dan ternyata tidak terkunci.
"Yes. Ternyata tidak terkunci." Senang Anita
Anita buru-buru meletakkan bekal itu di dalam loker Haikal dan langsung pergi dari sana sebelum ketahuan.
*****
At 02.00 pm
Sekarang sudah jam dua siang, kelas Haikal sudah berakhir dan tidak ada kelas lagi hari ini. Haikal langsung menuju loker untuk meletakkan barang yang ingin dia tinggal dan dia bawa pulang. Ketika membuka loker, dia melihat sebuah kotak yang berisi nasi dan lauk-pauk di dalamnya. Haikal mengerutkan keningnya, perasaan dia tidak membawa bekal, tapi kenapa tiba-tiba ada bekal di dalam lokernya?
Haikal jadi ingat dengan Anita yang tadi pagi menawarkannya bekal, tapi dia tolak. Haikal menghela nafasnya, dia pikir pasti bekal ini dari Anita. Karena sayang dibuang, akhirnya Haikal berikan pada orang lain. Lalu dia pergi dari sana dan menuju parkiran.
Anita yang melihatnya sejak tadi, langsung menujukkan ekspresi sedih. Haikal benar-benar menolak pemberiannya. Lalu dia berjalan lesu menuju kelasnya, karena dia masih ada kelas lagi.
*****
Sekarang Haikal sudah berada dikediaman keluarga Renata. Dia sedang berada ditaman bekalang bersama Nana.
"Aku ingin pergi ke Indonesia." Ucap Nana
"Apa kau yakin?" Tanya Haikal
"Tentu saja. Memang, kenapa aku harus ragu?" Tanya Nana balik
"Apa Nata dan kedua orangtuamu setuju?" Tanya Haikal
"Tidak." Sahut Nana
"Lalu, kenapa kamu masih nekat ingin pergi ke Indonesia?" Tanya Haikal lagi
"Aku bosan di Swiss." Sahut Nana
"Alasan macam apa itu, bilang saja kau ingin menyusul Justin." Sahut Haikal
"Itu kak Haikal sudah tahu. Kenapa masih bertanya?" Sahut Nana sewot
"Justin sudah memiliki kekasih." Sahut Haikal
"Aku tidak peduli. Aku hanya ingin menemuinya sebagai teman masa kecil, bukan perebut kekasih orang." Sahut Nana
"Terserahmulah. Tapi kau harus memikirkan bagaimana perasaan Nata dan kedua orangtuamu saat kamu memutuskan untuk pergi ke Indonesia." Ucap Haikal
"Kak Haikal tahu? Selama ini aku selalu penasaran kenapa aku, kak Nata, dan kedua orangtuaku tidak pernah pulang ke Indonesia. Padahal dulu mereka tinggal di sana dan keluarga kami juga banyak di sana. Tapi kenapa kami tidak pernah berkunjung satu kali pun ke Indonesia? Apa alasan mereka memilih untuk melupakan Indonesia? Negara kelahiran mereka sendiri. Aku selalu penasaran dengan hal itu." Sahut Nana
Haikal terdiam beberapa menit. Dia tahu betul alasan kenapa Nata dan keluarganya tidak pernah lagi ke Indonesia. Tapi mereka menyembunyikan alasan itu dari Nana.
Haikal mengambil teh yang mulai dingin, lalu menyeruputnya.
"Itu bukan hal yang perlu kau pikirkan." Sahut Haikal setelah meminum tehnya dan meletakkan kembali teh itu di meja
"Sepertinya kak Haikal juga tahu alasannya. Ini benar-benar tidak adil." Sahut Nana
Perasaannya menjadi kesal sekarang, kenapa hanya dirinya yang tidak tahu? Bahkan Haikal yang notabennya masih orangluar, tahu mengenai alasan itu. Tapi kenapa dirinya tidak tahu?
Iya, selain karena ingin mememui Justin dan meminta maaf, Nana pergi ke Indonesia ingin mencari tahu alasan kenapa mereka tidak pernah pulang ke Indonesia. Sejak dia lahir sampai sekarang, dia dan keluarganya tidak pernah pulang lagi ke Indonesia. Dia juga ingin meminta Justin untuk membantunya mencari tahu alasan itu, secara Ibunya sejak dulu bekerja dengan keluarganya. Jadi pasti dia dan keluarganya tahu alasan itu.
"Bukan begitu, tapi ini semua demi kebaikanmu. Kau sebaiknya berhenti mencari tahu sesuatu yang tidak seharusnya kau ketahui." Sahut Haikal
"Terserahlah." Sahut Nana
Lalu dia pergi meninggalkan Haikal dengan perasaan kesal. Tidak lama setelah itu, Renata datang dengan satu cangkir teh dan biskuit ditangannya. Dia lalu duduk disamping Haikal.
"Aku pikir dia sudah berhenti mencaritahu alasan kami pindah ke Swiss. Ternyata tidak." Ucap Renata
Dia memang mendengar sedikit pembicaraan adik dan tunangannya itu.
"Kenapa tidak katakan saja yang sebenarnya?" Tanya Haikal
Dia sedikit kasihan dengan Nana yang tidak tahu apapun.
"Tidak. Kami tidak mau menyakiti perasaannya. Cukup dia tahu kalau dia adalah anak Papa Mama dan adik dari seorang Renata Ayunda. Dia tidak boleh tahu lebih dari itu." Sahut Renata
Haikal terdiam. Tangannya mengelus surai lembut kekasihnya. Dia tahu kalau tidak mudah menceritakan masalalu, apalagi masalalu itu begitu kelam. Haikal memang tidak berada di sana, tapi dia bisa merasakan bagaimana kesedihan yang terjadi pada saat itu.
*****
Ddrrrttt...dddrrrtt...ddrrrtt...
Ponsel Haikal bordering. Haikal langsung mengangkat panggilan tanpa melihat siapa yang meneleponnya pagi-pagi buta begini.
"Hallo."
'Haikal.'
"Ini siapa?"
'Aku Anita.'
"Kenapa?"
'Apa kamu ada kelas pagi ini?'
"Iya."
'Bolehkah aku ikut denganmu?'
"Tidak."
'Kenapa?'
"Karena aku mau berangkat dengan Nata."
'Ah Rena sudah sembuh ya?'
"Iya."
'Kalau begitu kita berangkat bertiga saja. Kamu menjemputku terlebih dulu, baru nanti kita pergi kerumah Rena untuk menjemputnya. Rena juga pasti tidak masalah. Bagaimana?'
"Aku tidak bisa. Jarak rumah Nata denganmu itu jauh."
'Jauh? Apa maksudmu?'
"Aku sekarang sedang berada dirumah Nata."
'K-kamu be-berada d-di rumah R-Rena?'
"Iya. Aku menginap dirumahnya."
'T-tidurnya?'
"Tentu saja bersama Nata."
'Ka-kalau be-begitu a-aku t-tutup d-dulu pa-panggilannya.'
Tuutttt...tuutttt...tuutttt...
Panggilan secara tiba-tiba terputus. Haikal hanya mengangkat bahunya acuh. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap ke kampus.
Sebenarnya Haikal berbohong, dia tidak tidur bersama Renata. Dia tidur dikamar kosong samping kamar Renata. Tidak mungkin dia tidur satu kamar dengan Renata, yang ada dia akan habis ditangan Ayah dan Adik dari Renata.