Download App
54.16% Pembalasan yang Manis / Chapter 13: Tentang Anita dan Perasaannya

Chapter 13: Tentang Anita dan Perasaannya

Setelah kedatangan Anita, tidak lama Nana menyusul. Dia duduk dan makan seolah tidak terjadi apapun, begitu juga dengan Anita. Renata dan Haikal juga tidak curiga. Mereka makan dengan hikmat. Setelah selesai makan, mereka lanjut mengelilingi kebun binatang. Kali ini Renata ingin berkeliling berdua dengan Anita, karena Renata sejak tadi terlalu fokus dengan Haikal dan hampir melupakan Anita. Jadi terpaksa Haikal dan Nana jalan-jalan terpisah.

Saat ini Haikal dan Nana sedang duduk di salah satu bangku yang disediakan di sana.

"Oh iya, kak Haikal kapan bertemu dengan kak Nita?" Tanya Nana penasaran

"Satu minggu yang lalu. Waktu aku mau ke lapangan luas yang ada di dekat rumah, kebetulan aku melihatnya dan menyapanya. Aku berkenalan dengannya pada saat itu juga." Sahut Haikal

"Oh begitu ya." Sahut Nana

"Kenapa memangnya?" Tanya Haikal

"Tidak ada. Tapi apa kak Haikal percaya dengan cinta pada pandangan pertama?" Tanya Nana balik

"Tentu saja. Aku saja jatuh cinta pada kakakmu saat pandangan pertama. Apa kau lupa?" Sahut Haikal

"Benar juga." Sahut Nana pelan

"Ada apa memangnya kamu menanyakan itu?" Tanya Haikal bingung sekaligus penasaran kenapa Nana tiba-tiba bertanya demikian

"Menurut kakak, bagaimana kak Nita itu?" Tanya Nana

"Dia gadis yang baik dan cantik. Sepertinya dia orangnya seru." Sahut Haikal

"Apa kak Haikal suka dengan kak Anita?" Tanya Nana

"Jika suka dalam artian berteman mungkin." Sahut Haikal

"Apa maksud kakak dengan kata mungkin?" Tanya Nana

"Aku baru mengenalnya dan tidak tahu bagaimana dia. Jika menyenangkan mungkin kami bisa berteman." Sahut Haikal

"Oh... begitu." Sahut Nana

Lalu keadaan hening. Mereka sibuk dengan pikiran sendiri.

Setelah lama keadaan hening, akhirnya Haikal bicara.

"Bagaimana hubunganmu dengan Justin?" Tanya Haikal

"Aku sulit untuk menghubunginya. Dia seolah menghindariku." Sahut Nana sambil mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan

"Apa kamu tidak ingin mencoba menyusulnya?" Tanya Haikal

"Aku tidak tahu." Sahut Nana

Sebenarnya dia sudah memikirkan semuanya. Dia juga sudah membuat keputusan yang dia sendiri tidak tahu bagaimana akhir dari keputusan yang dia buat. Tapi dia harap semuanya akan baik-baik saja.

Setelah menunggu hampir dua jam, akhirnya Renata dan Anita kembali. Setelah mereka kembali, mereka mengantar Anita pulang.

*****

At 08.30 PM

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Nana saat ini berada di halaman belakang bersama kakaknya. Mereka mengobrol sambil minum teh hangat.

"Kak." Panggil Nana

"Hm." Sahut Renata

"Bagaimana kak Anita menurut kakak?" Tanya Nana

"Dia baik, menyenangkan, dan ceria. Sama seperti dulu." Sahut Renata

"Begitu." Sahut Nana

"Kenapa memangnya?" Tanya Renata

"Tidak ada. Hanya saja aku merasa aneh dengan kak Anita." Sahut Nana

"Aneh bagaimana?" Tanya Renata bingung

"Dia tadi terlihat berusaha menggoda kak Haikal. Entah itu cuma perasaanku saja atau bukan." Sahut Nana

"Mungkin itu hanya perasaanmu saja. Anita tidak mungkin melakukan itu." Sahut Renata

"Tapi bagaimana jika seandainya kak Anita juga mencintai kak Haikal?" Tanya Nana

"Itu tidak mungkin. Anita tidak mungkin melakukan itu." Sahut Renata

"Kenapa kak Nata begitu percaya pada kak Anita?" Tanya Nana

"Karena kakak sudah mengenalnya sejak kecil. Jadi kakak pikir itu tidak mungkin." Sahut Renata

"Tapi kalian tidak bertemu hampir 17 tahun lebih. Apa kakak yakin dia masih sama seperti dulu?" Tanya Nana

"Kamu kenapa jadi tiba-tiba curiga pada Nita?" Tanya Renata balik

"Tidak ada kok." Sahut Nana

Dia memalingkan wajahnya dan meminum tehnya kembali.

"Kakak percaya dengan Nita. Dia tidak mungkin merebut Haikal." Sahut Renata

Nana langsung menoleh pada kakaknya.

"Tapi sayangnya, dia tidak sebaik yang kakak pikirkan. Aku yakin jika kak Anita juga suka dengan kak Haikal. Hanya saja kakak yang tidak menyadarinya." Batin Nana

*****

sedangkan di jam yang sama, Anita berbaring dikasurnya. Dia masih memikirkan apa yang terjadi tadi saat dia jalan-jalan bersama Renata, Haikal dan Adiknya.

Dia tidak tahu jika melihat keromantisan Renata dan Haikal membuatnya terbakar api cemburu. Bahkan dia tadi tidak sengaja membentak adiknya Rena ditoilet.

Harusnya kemesraan yang ditampilkan Renata dan Haikal adalah hal biasa untuknya. Mengingat mereka sepasang kekasih dan sudah bertunangan, jadi harusnya wajar mereka melakukan kemesraan. Tapi dia bingung dengan perasaannya sendiri. Dia merasa cemburu ketika melihat Haikal begitu memperhatikan Rena, lebih memprioritaskan Rena, dan selalu terfokus pada Rena. Padahal dia juga ingin diperhatikan, dia juga ingin Haikal terfokus kepadanya. Tapi sayangnya itu hanya sebuah angannya saja, nyatanya itu tidak akan pernah terjadi.

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya seseorang

Anita bangun dari berbaringnya dan melihat Ibunya sudah berada dikamarnya dan berdiri disampingnya.

"Bunda." Ucap Anita

Ibunya berjalan mendekatinya dan duduk disamping Anita.

"Apa yang kau pikirkan sampai Bunda masuk saja kamu tidak sadar?" Tanya Ibunya

"Apa dulu Ayah punya seseorang yang dicintai sebelum bertemu Bunda?" Tanya Anita

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?" Tanya Ibunya

"Tidak ada. Hanya penasaran." Sahut Anita

"Iya. Dulu Ayahmu menjalin hubungan dengan salah satu teman dekat Bunda. Bunda mengenal Ayahmu dari teman dekat Bunda. Dulu kami hanya berteman, sampai suatu ketika dia dicampakkan oleh teman Bunda, Ayahmu menjadi sedih. Bunda mencoba menghiburnya dan ketika Ayahmu sudah melupakan mantan kekasihnya, Ayahmu meminta izin pada Bunda untuk mendekati Bunda. Awalnya Bunda terkejut tapi itu tidak lama, Bunda langsung mengiyakannya." Sahut Ibunya

"Kapan Bundah jatuh cinta pada Ayah?" Tanya Anita

"Saat bertemu dan berkenalan pada pertama kalinya. Saat teman dekat Bunda mengenalkan Ayahmu yang saat itu statusnya masih menjadi kekasih teman dekat Bunda." Sahut Ibunya

"Lalu, apa yang Bunda lakukan saat itu?" Tanya Anita

"Bunda hanya memendam perasaan Bunda. Bunda tidak berani mengatakan jika sebenarnya Bunda jatuh cinta pada pandangan pertama pada kekasih teman Bunda. Bunda hanya diam memendam perasaan Bunda dan berharap keajaiban akan datang. Entah karena keberuntungan atau apa, keajaiban itu datang. Teman dekat Bunda meninggalkan kekasihnya demi lelaki lain, Bunda perlahan mulai berani mendekati Ayahmu. Bunda selalu ada sisinya dan berusaha menghiburnya. Pada akhirnya Ayahmu mencintai Bunda." Sahut Ibunya

"Bunda sangat beruntung." Sahut Anita

"Tapi kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini?" Tanya Ibunya

"Tidak ada apa-apa." Sahut Anita

"Ya sudah, Bunda kembali kekamar dulu. Kamu jangan tidur larut." Peringat Ibunya

"Iya." Sahut Anita

Lalu Ibunya pergi dari kamarnya meninggalkannya sendirian. Anita kembali berbaring dikasurnya. dia memikirkan ucapan Ibunya tadi. Dari cerita tadi, dapat dia simpulkan bahwa Ibunya hanya menunggu semesta merestui perasaannya. Semesta mendengarkan suara hati Ibunya dan mengabulkannya. Akhirnya Ibunya berhasil bersama dengan Ayahnya.

Kisah cinta Ibunya hampir sama dengan kisah cintanya yang sekarang. Dimana dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada tunangan sahabat masa kecilnya. Haikal. Seorang pemuda tampan yang berhasil membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Tapi sayangnya Haikal sudah menjadi milik sahabat masa kecilnya, Rena. Lalu apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus merebut Haikal dari Rena? Ataukah menunggu semesta merestui perasaannya seperti Ibunya? Anita benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C13
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login