Download App
12.5% Pembalasan yang Manis / Chapter 3: Awal Pertemuan Nata dan Haikal

Chapter 3: Awal Pertemuan Nata dan Haikal

Renata Ayunda atau lebih dikenal dengan nama Nata bertemu dengan seorang pemuda bernama Haikal Brahmana. Pemuda Indonesia yang orangtuanya juga pindahan dari Indonesia karena alasan pekerjaan. Mereka pertama kali bertemu saat musim dingin, lebih tepatnya dikampus pukul delapan pagi dihalaman belakang kampus. Ditengah hari yang masih gelap karena saat itu musim dingin dan biasanya matahari muncul jam sembilan atau diatasnya. Haikal melihat seseorang duduk dengan menggunakan earphone sambil memejamkan mata dan bersandar pada pohon. Indah. Itu adalah kata pertama ketika Haikal melihat Renata.

Sementara dihari dan jam yang sama, Renata melihat seorang pemuda duduk tidak jauh darinya dengan buku ditangannya serta butir-butir salju turun mengenai buku yang tengah dibaca pemuda itu, berulang kali pemuda itu menyingkirkan butiran salju itu agar tidak menganggungnya.

"Du scheinst am falschen Ort zu sein." Ucap Renata menghampiri pemuda itu

(Kau sepertinya salah tempat.)

"Huh?" Tanya pemuda itu kebingungan

"Hier ist der Hinterhof. Keine Bibliothek." Sahut Renata

(Di sini halaman belakang. Bukan perpustakaan.)

"Ich weiß es. Aber was ist das Problem?" Tanya pemuda itu lagi

(Aku tahu itu. Tapi apa masalahnya?)

"Wenn dich der Schnee nicht stören soll, dann geh in die Bibliothek." Sahut Renata

(Kalau kamu tidak mau salju menganggumu, maka pergilah ke perpustakaan.)

"Dieser Schnee stört mich nicht. Aber du warst derjenige, der mir zunickte." Sahut pemuda itu

(Salju ini tidak mengangguku. Tapi kamulah yang mengangguku.)

"Oh, Entschuldigung. Ich stelle mich vor, mein Name ist Renata Ayunda." Ucapnya menjulurkan tangan

(Oh, maaf. Perkenalkan, namaku Renata Ayunda.)

"Haikal." Sahut pemuda itu lalu kembali fokus pada bukunya

Renata menurunkan tangannya yang tidak dijabat oleh pemuda yang bernama Haikal itu.

"Du bist so kalt wie das Wetter heute morgen." Ucap Renata setengah kesal

(Kau sedingin cuaca pagi ini.)

"Dann geh." Sahut pemuda yang bernama Haikal itu

(Kalau begitu pergilah.)

Renata yang kesal, akhirnya memilih untuk pergi. Setelah kepergian gadis itu, Haikal mengangkat kepalanya.

"Namanya seperti orang Indonesia." Gumamnya

Haikal memutuskan untuk menuju kelas saat dirasa jam kuliah sebentar lagi akan dimulai.

*****

Renata yang sudah berada dikelas masih merasa kesal dengan pemuda tadi. Padahal dia menyapanya baik-baik, tapi kenapa responnya seperti itu?

"Stört dich etwas?" Tanya salah satu temannya bernama Valleryn

(Apakah ada yang menganggu pikiranmu?)

"Es gibt keine." Sahut Renata

(Tidak ada.)

"Aber du siehst jetzt genervt aus." Sahut Valleryn

(Tapi kamu terlihat kesal sekarang.)

"Ja. Ich habe nur Männer getroffen, die scheiße sind." Sahut Renata kesal

(Ya. Aku hanya bertemu pemuda yang menyebalkan.)

"Wirklich? Wer ist er?" Tanya Valleryn

(Benarkah? Siapa dia?)

Belum sempat Renata menjawab, tiba-tiba dosen sudah masuk dan mata kuliah pagi ini langsung dimulai.

*****

Sepulang kuliah, Renata berniat untuk mampir sebentar di café dekat kampusnya. Dia hanya memesan segelas coffe latte sambil melihat kearah luar jendela. Banyak orang yang berlalu lalang, karena salju yang turun tidak deras.

"Nita. Apakah kamu masih mengingatku?" Batin Renata

"Tagträume sind nicht gut für die Gesundheit." Ucap seseorang

(Melamun tidak baik untuk kesehatan.)

Renata langsung mengalihkan pandangannya kearah depan. Dia melihat pemuda bernama Haikal itu duduk di depannya.

"Ich träume nicht." Sahut Renata lalu kembali mengarahkan pandangannya keluar jendela

(Aku tidak melamun.)

"Wie du willst." Sahut Haikal

(Terserahlah.)

Renata kembali menatap kearah Haikal yang mengeluarkan sebuah buku dari tasnya dan membacanya.

"Woher kommst du? Ich weiß, dass Sie kein Schweizer sind." Ucap Renata

(Darimana asalmu? Aku tahu kamu bukan orang Swiss.)

"Du siehst auch aus, als wärst du kein Einheimischer hier." Sahut Haikal cuek

(Kamu juga terlihat seperti bukan orang asli sini.)

Renata berdecak kesal. Tapi dia berusaha tetap tenang dan tidak terpancing emosi karena bicara dengan pemuda ini benar-benar menguras emosinya.

"Ich komme aus Indonesien." Ucap Renata

(Aku dari Indonesia.)

"Das gleiche." Sahut Haikal

(Sama.)

Lalu keadaan kembali hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan setelah itu.

Cukup lama mereka berdiam, tiba-tiba Haikal bersuara dan berbicara dalam bahasa Indonesia.

"Sepertinya saljunya akan turun lebat. Apa kau tidak berniat untuk pulang?" Tanya Haikal

"Aku sedang menunggu Ayahku menjemputku." Sahut Renata

"Mau aku antar pulang? Itupun kalau kau mau." Ucap Haikal

"Apa kamu tidak ada kelas lagi?" Tanya Renata memastikan

"Tidak ada." Sahut Haikal

"Kalau tidak merepotkanmu, aku mau." Sahut Renata

Akhirnya, Renata memutuskan untuk ikut Haikal. Dia menunjukkan jalan rumahnya pada Haikal. Sejak saat itulah mereka perlahan mulai dekat. Haikal ternyata tidak sedingin yang dia kira.

*****

"Kalau diingat-ingat lagi, pertemuan pertama kita benar-benar canggung." Ucap Haikal

"Benar. Kau dingin sekali saat menjawab pertanyaanku." Sahut Renata

"Aku tidak dingin. Hanya saja..." Haikal menghentikan ucapannya dan menatap kearah Renata yang sekarang ada di sampingnya

Hal itu membuat Renata langsung menoleh kearah Haikal.

"Hanya apa?" Tanya Renata penasaran

"Hanya saja aku berusaha menetralkan degupan jantungku ketika melihatmu." Sahut Haikal

"Apa maksudmu?" Tanya Renata tidak mengerti

"Ingat, ketika kamu menghampiriku dihalaman belakang saat musim dingin dan memintaku untuk pindah ke perpustakaan saja?" Tanya Haikal

"Iya, aku ingat. Lalu?" Tanya Renata

"Aku melihat seorang perempuan cantik yang duduk dibawah pohon dengan bersandar dan memejamkan mata sambil mendengarkan sesuatu lewat earphone yang terpasang ditelinganya. Di hari yang masih gelap itu, tidak membuat kecantikannya memudar. Malah sebaliknya, dia terlihat semakin cantik dan indah. Maka dari itu aku memutuskan untuk duduk tidak jauh darinya sambil membaca buku favoriteku." Sahut Haikal

Perlahan senyuman Renata mengembang.

"Perkataanmu membuatku merasa tersentuh." Sahutnya

"Hanya itu?" Tanya Haikal

"Lalu apa yang kamu mau?" Tanya Renata balik

"Maukah kamu menjadi tunanganku dan menikah denganku?" Tanya Haikal

Dia menatap ke dalam mata Renata dengan kedua tangannya yang menggenggam tangan Renata.

"Hebat sekali kamu. Bukannya mengajakku pacaran lebih dulu, malah mengajakku bertunangan." Sahut Renata

"Aku ingin menjalin hubungan yang lebih serius denganmu. Pacaran hanya untuk orang yang bermain-main, beda sama tunangan. Setidaknya aku mengikatmu pada tahap awal sebelum ke tahap yang aku mau." Sahut Haikal

Renata tersenyum dan tidak menyahuti lagi ucapan Haikal. Dia merasa beruntung, dicintai orang yang dia cintai saat pertama kali bertemu.

"Bagaimana jawabanmu?" Tanya Haikal lagi

*****

Setelah jalan-jalan bersama Haikal tadi, Renata sekarang sudah berada dirumah. Lebih tepatnya dikamarnya. Sejak tadi bibirnya tidak ada hentinya untuk tersenyum.

"Semalam kakak terlihat sedih. Tapi sekarang kakak terlihat tersenyum sendiri seperti orang gila. Ada apa?" Tanya seseorang

Renata menoleh kearah pintu dan melihat adiknya berdiri di ambang pintu.

"Masuklah." Sahut Renata

Tanpa diminta dua kali Nana langsung memasuki kamar kakaknya dan duduk disamping kakaknya yang tengah rebahan dikasur.

"Jadi, ada apa?" Tanya Nana penasaran

"Nanti juga kamu akan tahu." Sahut Renata

Dia beranjak dari kasurnya dan berlari menuju kamar mandi, karena sejak tadi dia belum mandi.

Nana yang mendengar jawaban aneh dari kakaknya mengerutkan kening bingung. Tapi Nana tidak ambil pusing. Dia langsung berbaring di kasur kakaknya dan memaikan ponselnya sambil menunggu kakaknya mandi.


CREATORS' THOUGHTS
Kiimkimm267 Kiimkimm267

Maaf jika terjemahannya ada yang salah. Kim sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menterjemahkannya agar bahasanya sesuai.

Sorry if the translation is wrong. Kim has tried her best to translate it so that the language is appropriate.

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login