Download App
67.85% Kangen - Ku Akan Datang / Chapter 19: Kangen - Ku Akan Datang (Bag. 19)

Chapter 19: Kangen - Ku Akan Datang (Bag. 19)

"May I go back home in the next two days, Docter?"

Saat perempuan berjas putih itu sedang membaca, Prayoga bertanya. Dengan tersenyum, ia berharap mendapat jawaban yang mengiyakan.

"Let us see tomorrow. OK?"

Perempuan berjas putih yang dipanggilnya dokter itu, menjawab sambil tersenyum kepada Prayoga. Mendengar sang pendaki yang kini berada sendirian di dalam ruangan rawat inap itu, membalas senyuman. Ia terlihat gembira.

Perempuan berjas putih pun menepuk punggung tangan Prayoga. Setelah mengucapkan salam semoga cepat sembuh, bersama dengan si perawat ia meninggalkan kamar.

---

"Es demasiado peligroso para ti tomar a los pasajeros como rehenes en el aeropuerto, Rodrigo".

"Todos estamos dispuestos a morir para salvar a Domingo, Tía".

"No quiero perder a otro miembro de la familia porque salvas a un miembro de la familia".

Perempuan yang dipanggil Bibi yang mengatakan itu, masuk tiba-tiba ke dalam ruangan pertemuan. Sang Bibi berdiri di samping kursi di mana Rodrigo Nuno duduk. Ia yang sedang berkumpul bersama orang-orang yang sudah disiapkan untuk pembajakan pesawat, terdiam begitu dikatakan demikian.

"Por qué no planean hacerle una emboscada al vehículo que se utiliza para llevar a Domingo? Busquen información en la Policía Central. Reúnanse con Roberto Díaz allí. Pregunten por la DEA que arrestó a Domingo".

Rodrigo yang mendengar nama Roberto Diaz disebutkan, mengernyit memandang sang Bibi. Ia berpaling memandang orang-orangnya. Kepada seorang anak buah, ia memberi kode untuk mengambilkan sebuah kursi dan diletakkan di samping. Sementara orang yang disuruh, beranjak terburu-buru. Rodrigo kembali menatap bibinya yang tadi bicara.

"No sabía que Roberto Díaz está en la Jefatura Central de Policía, tía. Qué división maneja allí?"

Sang Bibi berjalan ke arah sebuah kursi yang tadi buru-buru diambilkan oleh seorang anak buah Rodrigo. Ia duduk di situ sambil memandang sang keponakan.

"Roberto Díaz lidera una unidad de fuerzas especiales de la Policía Mexicana. Pregúntale sobre la DEA que ha detenido a Domingo y cuándo lo van a llevar de aquí a Estados Unidos".

Rodrigo Nuno mendengarkan sambil mengangguk-anggukkan kepala. Satu tangannya merogoh saku baju dan mengambil sebuah telepon genggam dari dalam. Saat sambungan komunikasi terhubung, Rodrigo berdiri dari duduk dan berjalan menjauh dari meja pertemuan. Di samping jendela yang terbuka, ia terlibat pembicaraan dengan orang yang disebut Roberto Diaz itu.

---

Hari itu, Paramitha telah membulatkan tekad untuk pergi ke Amerika Serikat. Kerisauan akan ketidak-pastian kabar Prayoga dan tim ofisial di tebing Shiprock sangat menggganggu pikiran sang perempuan pemanjat nasional itu. Beruntung, ia telah mendapat nomor kontak yang dapat dihubungi dari Bang Zul. Dengan itu, ia akan menyusul ke New Mexico.

Saat tiba di bandara udara, mendadak sebuah panggilan telepon terdengar. Berdiri sambil memegang tas, Paramitha berhenti sesaat. Selesai bicara dengan orang di ujung sambungan telepon, ia kembali bergegas berjalan. Ramai orang yang hilir mudik di lorong antar gedung keberangkatan pesawat, membuatnya harus berdesak-desakan. Bandara memang selalu ramai.

"Penumpang dengan nomor penerbangan ... tujuan ... dipersilakan memasuki pesawat."

Suara panggilan calon penumpang dari kejauhan, memperercepat langkah kaki Paramitha. Tas kecil yang disandang di bahu, terlihat seperti mempersulit gerak untuk setengah berlari. Wajah Paramitha juga terlihat tegang.

---

"Selamat malam, Bang Yoga. Apa kabar hari ini? Semakin sehat tentu saja ya?"

Suara dari orang yang masuk ke dalam kamar, menolehkan kepala Prayoga, Rangga dan Bisma ke arah pintu. Malam itu, kedua orang tim ofisial pemanjatan tebing Shiprock sedang berkunjung ke rumah sakit.

Melihat siapa yang datang, Rangga dan Bisma tersenyum. Prayoga yang seperti tidak mengenalnya, dengan susah payah menegakkan tubuh di tempat tidur. Seorang lelaki berwajah Melayu dengan jas hitam, berjalan mendekati ranjang sambil memasukkan kacamata ke dalam saku.

"Lumayan, Pak. Semakin baik."

Prayoga tersenyum. Ia menjawab sambil menunggu orang itu datang mendekat. Lalu, orang yang datang itu menyalami Rangga dan Bisma yang duduk di kursi dekat tempat tidur Prayoga. Mengetahui Prayoga seperti tidak mengenal, Rangga menjelaskan ke sang pemanjat tebing.

"Bapak ini dan staf hotel yang menjemput kita, Bang Yoga. Waktu Abang suruh liat siapa yang datang pas mash di tebing Shiprock, mereka yang datang."

Wajah Prayoga tampak terkejut mendengar itu. Dipandangi Rangga dan Bisma berulang kali. Lalu, memerhatikan orang yang datang itu baik-baik.

"Bapak ini orang Kedutaan Besar Republik Indonesia, Bang Yoga. Dia dengan staf hotel itulah yang membawa kita bertiga ke rumah sakit. Abang pingsan di mobil sewaktu masih di jalan."

Bisma turut menjelaskan pula. Wajah Prayoga semakin terkejut. Namun, orang Kedutaan Besar Indonesia itu tersenyum memandangi Prayoga, sambil mendengar perkataan Rangga dan Bisma.

"Oh ya, perkenalkan. Nama saya Singgih. Saya staf di Kedutaan Besar Indonesia."

Orang kedutaan yang bertamu itu memperkenalkan dirinya kepada Prayoga.

"Hahaha ... salaman lagi dong?"

Prayoga kini terlihat cerah dan senang begitu mengetahui siapa yang datang itu. Mendengar kata-kata itu, Rangga dan Bisma pun ikut tertawa. Sambil tergelak, tangan Singgih yang terulur disambut ramah dan dijabat erat. Setelah bersalaman dengan Prayoga, orang yang bernama Singgih itu juga menyalami tangan Rangga dan Bisma.

Diperhatikannya kondisi tubuh kedua orang ofisial pemanjatan Prayoga itu. Wajah terlihat senang mengetahui Rangga dan Bisma sudah semakin pulih.

"Bang Rangga dan Bang Bisma udah keluar rumah sakit ya? Tidur di hotel dong sepulang dari sini nanti artinya?"

Senang melihat keadaan Rangga dan Bisma, Singgih bertanya setelah menyalami. Kedua orang tim ofisial pemanjatan yang semula ia bawa bersama Prayoga ke rumah sakit untuk pengobatan, kini telah terlihat sehat.

"Ya, kami udah keluar. Kebetulan cuma tinggal pemulihan luka, jadi masih bisa sambil beres-beres barang di hotel. Kami berencana mo pulang," jawab Rangga.

Sambil bicara, ia berdiri lalu mendorong sebuah kursi kosong yang ditarik dari sebelah tempat tidur Prayoga. Wajah orang yang masuk tadi, tersenyum saat dipersilakan duduk. Sambil membuka kancing jasnya, ia duduk di kursi yang disediakan Rangga.

"Berdua saja atau bertiga?" tanya Singgih lagi.

"Kami bertiga," jawab Prayoga.

"Dari Pemerintah Indonesia, Bu Menlu telah meminta Pak Duta Besar untuk menyediakan anggaran untuk biaya transportasi kepulangan kalian ke tanah air. Setelah benar-benar pulih, saya yang akan antar ke bandara untuk pulang."

Prayoga tersenyum mendengar itu. Rangga menoleh ke arah Bisma yang juga sedang tersenyum. Ia melambaikan tangan ke arah meja di dekat Bisma.

"Eh buatkan kopi untuk Bapak ini dong, Bis," kata Rangga kemudian.

Saat Bisma berdiri, cepat orang dari Kedutaan Besar Indonesia itu berkata, "Gak usah repot-repot. Gak apa-apa."

"Cuma kopi, Pak Singgih. Bapak gak sedang buru-buru kan?" seloroh Prayoga.

Tawa pun menggema di ruang kamar perawatan Prayoga. Dengan cepat Bisma membuat tiga gelas kopi dan menghidangkan di sebuah meja dekat tempat tidur Prayoga. Malam itu, mereka menyampaikan persiapan rencana kepulangan ke Indonesia.

---

Bersambung

Terjemahan:

"May I go back home in the next two days, Docter?"

"Bolehkah saya pulang dalam dua hari ke depan, Dokter?"

"Let us see tomorrow. OK?"

"Mari kita lihat besok. OK?"

"Es demasiado peligroso para ti tomar a los pasajeros como rehenes en el aeropuerto, Rodrigo".

"Terlalu berbahaya kalau kalian melakukan penyanderaan penumpang pesawat di bandara, Rodrigo."

"Todos estamos dispuestos a morir para salvar a Domingo, Tía".

"Kami semua siap mati untuk menyelamatkan Domingo, Bibi."

"No quiero perder a otro miembro de la familia porque salvas a un miembro de la familia".

"Aku tidak mau kehilangan anggota keluarga yang lain karena kalian menyelamatkan seorang anggota keluarga."

"Porqué no planean hacerle una emboscada al vehículo que se utiliza para llevar a Domingo? Busquen información en la Policía Central. Reúnanse con Roberto Díaz allí. Pregunten por la DEA que arrestó a Domingo".

"Mengapa kalian tidak berencana menyergap kendaraan yang dipakai untuk membawa Domingo? Cari informasi di Kepolisian Pusat. Temui Roberto Diaz di sana. Tanya tentang DEA yang telah menangkap Domingo."

"No sabía que Roberto Díaz está en la Jefatura Central de Policía, tía. Qué división maneja allí?"

"Aku tidak tahu kalau Roberto Diaz sekarang di Kantor Kepolisian Pusat, Bibi. Di bagian apa dia di sana?"

"Roberto Díaz lidera una unidad de fuerzas especiales de la Policía Mexicana. Pregúntale sobre la DEA que ha detenido a Domingo y cuándo lo van a llevar de aquí a Estados Unidos".

"Roberto Diaz memimpin sebuah unit pasukan khusus kepolisian Mexico. Tanyakan ke dia tentang DEA yang telah menangkap Domingo dan akan dibawa kapan dari sini ke Amerika Serikat."


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C19
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login