"Dia demam," kata Emily sambil meraba kening Ray.
Cowok itu tertidur dengan gelisah. Kelopak matanya berkedut-kedut, sementara bibirnya bergerak-gerak seperti menggumamkan sesuatu. Nafas Ray memburu dan terdengar tak beraturan.
"Sepertinya dia mengalami infeksi," komentar Bu Narti. "Tapi perawat bilang dia tidak apa-apa. Hanya saja butuh waktu agak lama untuk pemulihan."
Emily mendesah sedih sambil menggenggam tangan Ray. Menatap wajah yang bengkak itu membuat hati Emily terasa pilu. Lebam-lebam di wajah Ray mulai berwarna kuning pertanda hampir sembuh. Namun hal itu justru membuat wajahnya sulit dikenali. Namun entah kenapa, Ray tetap terlihat menawan di mata Emily. Mungkin itulah bentuk cinta yang ada di dalam dirinya. Yang mulai tumbuh tanpa dia sadari.
"Bu Narti tidak apa-apa kan kalau tinggal di sini dulu bersama Ray? Kasihan Ray gak ada yang jaga. Aku mau menengok Mama dan menjemputnya, " kata Emily sambil menatap Bu Narti.