Download App
33.33% Intense Love ( Cinta Yang Intens) / Chapter 2: Sebuah Ketakutan.

Chapter 2: Sebuah Ketakutan.

Mentari pagi menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar. Shina mengeliat tidak nyaman saat sinar mentari menyapa wajahnya, berlahan-lahan Shina membuka kedua matanya, jemari tangannya mengusap kedua matanya menyesuaikan cahaya yang menimpa retina matanya. Shina tersenyum kecil menatap wajah tampan Sean yang terlelap, wajah yang nampak kelelahan karena aktivitasnya sebagai seorang publik figure. Sejujurnya Shina sangat beruntung bisa melihat wajah lelah Sean dengan jarak sedekat ini, meskipun selama ini mereka tinggal bersama, tapi entah kenapa Shina tidak pernah bosan melihat wajahnya.

Shina adalah salah satu dari jutaan prempuan yang beruntung di dunia ini karena bisa dicintai oleh lelaki yang diinginkan oleh jutaan prempuan di dunia ini. Laki-laki yang mampu memikat hati jutaan prempuan dengan pesona dan wajah tampannya yang sempurna, laki-laki yang menjadi idola semua kalangan saat ini. Shina terkekeh pelan membayangkan semarah apa fans Sean nanti jika mereka tahu kalau selama ini idola mereka diam-diam memiliki kekasih yang sengaja dia rahasikan dari Namesis juga media? Shina menelan saliva saat manik hitamnya melihat bibir Sean yang terlihat begitu menggoda, oh shitt. Shina menggelang kuat menyingkirkan ingatannya soal pergelutan panas mereka semalam. Tiba-tiba saja Sean menarik tangan Shina membuat wanita itu terjatuh diatas tubuh atlentisnya.

"Aku tahu kalau aku ini tampan, tapi kau tidak perlu menatapku penuh nafsu seperti itu. Ada apa hm? Kau ingin berolahraga ditempat tidur?" Shina mendesis mendegar ucapan frontal Sean, sesekali Shina menggelangkan kepalanya merasa bodoh kerena bisa mencintai pria narsis seperti Sean.

"Yak! Lee Sean lepaskan aku!" Shina berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Sean, tapi semakin dia berontak semakin erat pula Sean memeluknya. "Cepat bangun, bersihkan tubuhmu. Kita kemari untuk berlibur bukan untuk menumpang tidur."

"Sayang, apa kau tahu kalau kau semakin cerewet? Aw, kenapa mencubitku?" Sean meringgis kesakitan ketika Shina mencubit nipplenya. "Wah kau ini benar-benar keterlaluan, ya? Begini caramu membalas kenikmatan yang aku berikan semalam? Aku membuatmu menjerit kencang, bagaimana bisa kau memperlakukan kekasihmu sekasar ini?"

"Berhenti mengeluh, jika kau tidak bangun maka aku akan pergi sendiri tanpamu."

"Baiklah. Bagaimana jika mandi bersama? Kau pasti kesulitan berjalan, bukan? Aku akan-"

Plak ...

Sean memekik kencang saat Shina memukul kuat perutnya, "Ah sudahlah lebih baik aku mandi lebih dulu."

Shina menurunkan kakinya kelantai yang dingin, lalu dia menarik tungkainya menuju kamar mandi. Setengah jam kemudian Shina keluar dengan mengenakan bathrobe yang membungkus tubuhnya. Mendengar Shina menghela napas berat, buru-buru Sean bangun dari tempat tidurnya dan bergegas masuk kedalam kamar mandi sebelum Shina melempar barang kearahnya. Shina terkekeh memperhatikan kepergian Sean, ketika Sean sibuk membersihkan dirinya dikamar mandi, Shina sibuk memilih pakaian yang akan dia kenakan hari ini untuk pergi keluar bersama Sean. Jari jemari Shina nampak sibuk memilih dres yang tertata rapi di dalam lemari pakaian, matanya tertuju pada dres merah muda dengan belahan rendah yang memberikan kesan seksi pada bagaian dadanya.

Setelah menemukan dres yang cocok untuknya, Shina langsung memakai dres tersebut dan makeup senatural mungkin. Shina nampak tidak nyaman dengan dres yang dia pilih tapi dia tidak punya pilihan lain selain memakai dres mini ini karena semua dres yang ada dilemarinya sudah dia kenakan saat pemotretan. Hm sepertinya Shina harus membeli pakaian baru untuk pemotretan dua hari lagi. Shina memperhatikan penampilannya di cermin, setelah memastikan tidak ada yang kurang, Shina bergegas keluar dari kamar ganti menemui Sean.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada yang aneh dengan penampilanku hm?" Shina merasa risih melihat Sean menatap nyalang padanya, memperhatikan penampilannya. "Sayang, berhenti menatapku seperti itu. Kau membuatku tidak nyaman."

"Pakaian apa yang kau kenakan? Kau sedang tidak pergi ke club, cepat ganti pakaianmu itu!" ucapa Sean tegas. Sean terlihat tidak menyukai penampilan Shina, pria waras mana yang rela wanitanya mengenakan pakaian seksi dan menjadi pusat perhatian para pria hidung belang di luar sana. "Kenapa masih berdiri disana? Tunggu apa lagi cepat ganti pakaianmu atau aku yang akan mengantikannya?"

"Aku tidak akan memakai dres ini jika aku punya pakaian lain." Shina menpoutkan bibirnya.

Sean hanya bisa menghela napas kasar mendengar jawaban Shina. "Jangan jauh-jauh dariku, aku tidak ingin ada lalat kotor yang mendekatimu karena penampilanmu ini." Shina bersorak girang mendengar ucapan Sean. Sean yang semua orang kenal melalui layar sangat berbeda dengan Sean yang Shina kenal, pria ini selalu memberikan kehangatan padanya.

*****

Pasangan kekasih ini sangat menikmati liburan mereka, lihatlah kebahagian yang terpancar jelas diwajah mereka berdua. Sean yang begitu memanjakan Shina, selalu bersedia melakukan apapun demi membuat Shina tertawa bahagia seperti saat ini. Bagi Sean tidak ada yang lebih penting selain melihat senyuman diwajah kekasihnya tapi Sean tidak suka jika ada orang lain yang menikmati senyuman manis Shina selain dirinya sekalipun itu para member.

Berlibur di Tuscany adalah pilihan yang tepat karena selain pemandangan ditempat ini sangat indah juga tidak ada yang mengenal mereka berdua di desa terpencil ini. Hanya di tempat inilah mereka bisa berkencan dengan bebas layaknya pasangan normal pada umumnya, Sean selalu mengenggam tangan Shina dengan erat seakan-akan ingin menujukkan pada semua orang kalau Shina adalah miliknya. Meskipun cuaca sangat panas tidak membuat tempat ini sepi dari turis.

Setelah puas mengelilingi kota melihat bangunan tua bersejarah, bermain dipantai dan menikmati hamparan kebun bunga matahari kini mereka berdua memasuki sebuah kafe sekedar untuk beristirahat dan mengisi perut mereka yang mulai lapar. Shina nampak bosan menunggu Sean yang sejak tadi pergi ke toilet dan sampai sekarang belum juga kembali, Shina memalingkan wajahnya ketika melihat dua pria asing duduk dimeja yang sama dengannya. Shina menatap heran kedua pria asing itu, Shina sama sekali tidak mengenal mereka sama sekali.

"Maaf apa kami menganggumu, Nona?" Seorang pria bule yang mengenakan setelan jas biru laut menyapa Shina. "Hah, anda pasti bingung kenapa kami ada disini? Begini nona jika anda tidak keberatan bolehkan kami berkenalan denganmu? Temanku ini tertarik padamu, Nona."

Sean yang baru kembali dari toilet mendesis kesal ketika melihat dua pria asing yang bicara dengan Shina. "Tsk. Sialan, aku tidak bisa meninggalkannya. Aku hanya pergi selama sepuluh menit dan sudah ada lalat menjijikan yang mengodanya."

Sean bergegas menghampiri Shina sebelum pria asing itu bertindak lebih jauh lagi, Shina nampak terkejut melihat kedatangan Sean. Shina sangat paham betul bahwa Sean tidak menyukainya dekat ataupun bicara dengan pria lain terlebih lagi dengan pria asing.

"Sayang, maaf membuatmu menunggu lama," kedua pria asing yang mendengar suara Sean nampak terkejut, mereka tidak menyangkah kalau wanita yang mereka coba dekatin ternyata sudah memiliki kekasih. "Maaf tuan-tuan, wanita ini adalah istriku."

Sean menarik tangan Shina membawanya pergi dari tempat itu, Shina nampak kecewa karena tidak bisa menyantap makan siangnya kerena dua pria asing itu. Sepanjang perjalanan menuju vila mereka hanya diam, raut wajah Sean terlihat sangat kesal.

"Sayang, apa kau marah?" Shina yang tidak tahan dengan suasana tegang memberanikan diri untuk membuka pembicaraan."Yak Lee Sean aku sedang bicara padamu."

"Cih, apa menurutmu aku terlihat senang hah? Aku meninggalkanmu sepuluh menit dan kau sudah bersama dua pria asing, wah kau membuatku kesal Shina Aoi."

"Kenapa kau memarahiku, aku tidak mengenal mereka?" Shina memanyunkan bibirnya, dia kesal selalu disalahkan setiap kali Sean cemburu padanya. "Aku bahkan tidak menggoda mereka, kalau tahu kau akan marah seharusnya aku berikan saja nomor pon-"

Sean langsung menghentikan mobilnya mendengar perkataan Shina dan tanpa pikir panjang lagi Sean langsung mendaratkan ciuman dibibir Shina. Shina membulatkan matanya ketika sesuatu menyentuh bibirnya

"Dengar jangan pernah berikan nomormu pada pria lain, aku tidak suka itu. Kau milikku dan aku tidak suka berbagi pada orang lain!" Sean membelai wajah Shina dengan lembut.

"Melihatmu bersikap seperti ini membuatku takut."

Sean mengerutkan dahinya, jujur saja dia tidak mengerti maksud dari ketakutan yang Shina bicarakan. "Takut? Apa aku menakutkan bagimu?"

"Bukan itu. Aku takut kehangatanmu menghilang, Sean. Aku takut kita tidak bisa merasakan momen indah ini seperti ini lagi dimasa depan," lirih Shina. Shina tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini perasaannya begitu sensitif, tidak ada yang tahu masa depan seperti apa termasuk dirinya. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud merusak suasana, aku sendiri tidak tahu ada dengan perasaanku. Aku selalu merasakan takut untuk semua hal mengenai dirimu, aku takut kau lelah dan memutuskan pergi dariku."

"Hei. Sayang, bicara apa kau ini? Dari pada kau memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi, bukankah lebih baik kita menikmati kebersamaan kita?" Sean mengusap lembut wajah Shina. Shina menarik ujung bibirnya tersenyum tipis.

'Maafkan aku, Sean. Aku tidak tahu masa depan seperti apa. Apa yang semesta rencakan untuk kita, tapi aku benar-benar takut kau pergi meninggalkanku. Aku takut kau bosan dengan hubungan kita. Bolehkan sekali lagi saja aku bersikap egois?' menolong Shina dalam hati.


CREATORS' THOUGHTS
KimSun07 KimSun07

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Like it ? Add to library!

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login