Marion berjalan mondar-mandir, hatinya gelisah tak karuan setelah mendengar perkataan Markus mengenai Max, putranya. Ia hanya tak habis pikir, mengapa kedua putra-putrinya seakan tak diizinkan untuk menjadi manusia biasa saja agar dapat menikmati kehidupan mereka dengan tenang tanpa diganggu tanggung jawab untuk melindungi sesuatu.
William yang menyadari kegundahan Marion, mendekati dan menenangkan gemuruh hati sang istri yang sejak tadi membuat wanita itu tak tenang.
"Apakah ini karena perkataan Markus?" tanya William. Marion mengangguk. Ia menggigiti buku jarinya, tanda bahwa dirinya tengah dilanda kegalauan yang ia sendiri tak tahu bagaimana cara untuk menepisnya.
Marion mengangguk lemah.