Marion terbangun kala secercah sinar menyeruak masuk melalui celah tirai di kamar. Ia memicingkan mata demi menghalau cahaya mentari yang menyorot maniknya yang masih tertutup oleh kantuk. Ia sungguh malas untuk bangkit dari ranjang. Namun, rasanya berbeda, ada lengabn kokoh nan hangat mendekapnya sepanjang malam.
Gadis itu mengangkat wajahnya demi melihat apakah pria itu telah terbangun atau masih lelap dan enggan bangkit seperti dirinya.
"Selamat pagi. Apakah tidurmu nyenyak?" sapa suara bariton yang berat dan dalam itu, yang sukses menimbulkan gelenyar aneh di dada Marion. Dan di bagian lain.
Tentu saja, bagian lain yang kini merasa seolah tengah diaduk-aduk dan ....
Marion bangkit dan gegas berlari menuju ke kamar mandi, seperti yang terjadi kemarin, ia memuntahkan seluruh isi perutnya yang hanya terisi wafel saat sarapan. Hari terasa begitu tergesa untuk berganti. Ia tak menyadari bahwa ini sudah entah pagi ke berapa hatinya dilanda kegundahan.