Saat Eira fokus dengan pekerjaannya, dia merasa bosan.
"Yara!" teriak Eira.
"Ya, kenapa kau berteriak tiba-tiba, untung saja sekarang kau punya ruangan sendiri karena ke tenaran mu, ada apa?" tanya Yara.
"Aku bosan, kenapa kau menyuruhku membuat beberapa bab? Jika seperti ini aku tidak mau beribur saja," kata Eira.
"Tidak bisa, jadwalmu sudah terlalu padat aku takut kau akan kelelahan," jawab Yara.
"Kalau seperti ini aku akan kelelahan Yara, kau menyuruhku membuat beberapa bab untuk dua hari ini, apa itu bukan menyuruhku untuk mengejar target?" tanya Eira.
"Tidak, itu bukan termasuk mengejar target, itu kan demi kebaikan kamu sendiri, ini hanya untuk menabung bab saja kok," kata Yara.
"Sama saja," kata Eira.
"Bedalah, menabung itu untuk update di hari-hari saat kamu tidak menulis, sedangkan kejar target itu kau harus mengupdate satu hari dengan lima bab," jawab Yara.
"Aku mengantuk, aku mau tidur sebentar," kata Eira.
"Aku akan ambilkan kopi untukmu, heran aku sama kamu kenapa jadi sedikit sedikit kau mengantuk?" kata Yara.
"Ya, jika kau kembali tolong bangunkan aku ya," kata Eira.
"Baiklah," jawab Yara.
Yara pun pergi meninggalkan Eira dan membiarkan dia untuk tidur sebentar.
"Sepertinya Eira membutuhkan istirahat yang cukup pak, jadi aku mau meminta ijin untuk mengambil cuti selama satu minggu penuh," kata Yara pada CEO.
"Terserah kamu aku sudah memberikan dukungan untuk kalian, kalian sudah aku berikan kepercayaan yang special di sini jadi terserah kalian yang penting sumuanya sudah berjalan dengan sebagaimana mestinya," kata CEO.
"Terimakasih Pak, kalau begitu saya keluar dulu," kata Yara.
CEO pun menganggukan kepalanya, Yara pun keluar untuk memesan makanan dan camilan juga kopi untuk Eira.
Eira yang tengah tertidur pun kembali memimpikan Lord. Eira sengaja mencarinya untuk mengatakan sesuatu pada Lord.
"Di mana dia, kenapa saat aku ingin menemuinya dia tidak ada di sini," kata Eira sambil berjalan menyusuri jalan yang ada di dalam mimpinya itu.
Setelah menyusuri jalanan Eira pun tidak menemukan Lord, dia pun merasa lelah dan duduk di kursi pinggir jalan dengan tangan berada di wajahnya.
"Apa kau sedang mencariku?" tanya Lord.
"Dari mana saja kau, aku mencarimu, aku sangat lelah sekarang," kata Eira.
"Ada apa kamu mencariku?" tanya Lord.
"Ada yang ingin aku katakana padamu, duduklah," kata Eira.
Lord pun duduk di samping Eira.
"Apakah yang kamu katakana padaku tadi malam itu sungguhan akan terjadi?" tanya Eira.
"Ya, tentu saja akan terjadi," jawab Lord.
"Kalau begitu, cepatlah datang ke dunia nyataku," kata Eira.
"Aku tidak bisa dalam waktu dekat ini, aku harus menyelesaikan beberapa misi terlebih dahulu sebelum aku keluar dari sini sebagai manusia biasa sepertimu," jawab Lord.
"Apa kau bukan manusia?" tanya Eira.
"Untuk saat ini aku bukan manusia biasa aku bisa melakukan apa saja yang tidak pernah bisa kamu bayangkan," kata Lord.
"Benarkah?" tanya Eira.
"Ya, apa kamu mau bukti? Aku akan menunjukan ke kamu, lihatlah tanganku," kata Lord.
Lord pun menjulurkan tangannya dan tiba-tiba di tangan Lord ada sebuah kalung dan cincin.
"Wahhhh kau sungguhan bisa begini?" tanya Eira.
"Ini untukmu, aku yakin kamu membutuhkan ini," kata Lord.
"Apa ini?" tanya Eira.
"Tanda cintaku ke kamu, saat kamu bangun kalung dan cincin ini akan melingkar di jari dan leher kamu, aku tahu kamu mencariku karena mau bilan padaku untuk tidak datang di mimpimu bukan?" kata Lord.
"Kenapa kamu bisa mengetahuinya?" tanya Eira.
"Kau selalu terlambat karena aku, jadi pakailah kalung dan cincin ini selalu setiap hari, ini akan membuat waktu kita semakin banyak dank au tidak akan terlambat bekerja," jawab Lord.
"Kau tahu itu?" tanya Eira tidak percaya.
"Mulai sekarang belajarlah untuk mencintaiku Eira, aku akan selalu bersama denganmu aku juga akan segera menemui mu di dunia nyata, tapi sebelum itu mari kita lakukan semua yang di lakukan oleh pasangan kekasih pada mestinya, kau mau bukan?" tanya Lord.
"Tapi kita baru saja kenal, aku juga belum mencintaimu," kata Eira.
"Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, kau tidak bisa menolakku Ra, kita sudah di gariskan," kata Lord.
Eira pun diam dan menatap Lord.
"Kau harus bangun sekarang, mungkin temanmu menyaksikan cincin ini tiba-tiba ada di jarimu," kata Lord dan pergi meninggalkan Eira.
Eira pun bangun dan mendapati Yara menjatuhkan buku yang di bawanya.
"Ra, apa yang terjadi padamu?" tanya Yara mendekati Eira dan melihat kalung dan cincin yang tiba-tiba ada di leher dan jari Eira bersamaan dengan sinar cahaya.
Eira pun melihat kalung dan cincin yang di beri oleh Lord itu benar-benar sungguhan ada di dunia nyata.
"Apa kau sekarang percaya padaku?" tanya Eira.
"Ya, lalu ini dari mana? Kenapa tiba-tiba muncul begitu saja?" tanya Yara.
"Ini pemberian dari Lord yang bilang jika dia adalah masa depanku," jawab Eira.
"Ini sungguh gila, ini tidak bisa di percaya begitu saja, aku masih bingung dan syok Ra," kata Yara.
"Duduklah, mari kita minum kopi ini bersama dulu," kata Eira.
"Wahhh jadi kau punya kekasih di dalam mimpimu itu?" tanya Yara.
"Sepertinya begitu, aku juga belum menjawabnya mau, tetapi aku sudah di berikan tanda jika aku miliknya katanya begitu," jawab Eira.
"Tidak, kamu tidak boleh dengannya, aku ingin kamu mendapatkan kekasih di sini dan benar-benar akan bisa makan, tidur, dan jalan bersama denganku, aku ingin kita double date, jika kau berpacaran dengan hayalanmu ini aku tidak bisa merestui kalian Ra," kata Yara.
"Aku tahu, tapi mau bagaimana Ra, aku pun bingung sama bingungnya denganmu," jawab Eira.
"Berhentilah bermimpi seperti itu," kata Yara.
"Apa aku bisa mengendalikan mimpi?" tanya Eira.
"Sudah jangan bicarakan ini di sini, jika di dengar orang lain akan mengira kau sudah gila, lanjutkan pekerjaanmu, aku tidak mau dengar masalah ini lagi di kantor," kata Yara.
Yara masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan itu, tetapi itu benar adanya yang membuatnya tidak bisa mengelak. Eira pun melanjutkan menulis bab sesuai dengan apa yang di katakana oleh Yara. Dalam sehari Eira sudah bisa membuat sepuluh bab, Hal itu akan meringankan pekerjaan Eira di ari berikutnya. Yara meminta Eira membuat lima belas bab dalam dua hari, tetapi Eira berhasil membuat sepuluh bab dalam sehari, besok akan mulai membuat bab selanjutnya. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah, Yara belum bisa turun untuk tingga di rumah Eira seperti biasa yang dia lakukan karena akhir-akhir ini dia sangat sibuk dengan pekerjaannya mengurus semua keperluan Eira.
"Istirahatlah dulu, tenangkan pikiranmu dan besok usahakan jangan terlambat," kata Yara.
"Baiklah kalau begitu kau juga tidurlah setelah menyelesaikan pekerjaanmu, jangan di pikirkan, biar aku saja yang memikirkannya, aku akan mencoba untuk tidak bermimpi lagi," jawab Eira yang tahu jika Yara tidak menyukai hubungan di dalam mimpinya itu.
Yara hanya mengangguk dan pulang dengan taxi.