Download App
53.84% ANTARA LANGIT DAN BUMI / Chapter 7: Bab 10. Dunia terasa sempit

Chapter 7: Bab 10. Dunia terasa sempit

"Pak Langit, dia sekarang berada di Bali."

Informasi tersebut Langit dapat dari salah satu orangnya. Dia yang sedang sibuk menemani Lesi belajar pun mengalihkan sejenak kegiatannya.

"Jadwalnya berapa hari?" tanyanya.

"Masih ada tiga hari, Pak. Saya sudah atur agar Bapak bisa bertemu dengan dia."

Langit mengangguk paham dan menyuruh orangnya itu untuk segera pergi. Dipandanginya Lesi yang kini sedang sibuk dengan pensil dan buku gambarnya.

"Lesi mau liburan?" tanya laki-laki itu pada gadis kecil yang langsung mengalihkan fokus padanya.

"Ke mana, Pi?"

"Ke Bali. Lesi waktu itu katanya mau ke Bali, kan?" Langit tersenyum saat melihat putrinya melebarkan mata penuh antusias. Dia ingat beberapa hari yang lalu putrinya ini memintanya untuk mengajak liburan ke Bali karena ada temannya yang menghabiskan liburan di pulau itu.

"Mau, mau, mau, Pi." Lesi terdengar penuh antusias.

Langit tersenyum geli, lalu segera mengusap kepala putrinya seraya berujar, "Oke. Kalau gitu beresin alat belajarnya, terus Lesi tidur. Besok pagi kita berangkat."

Gadis kecil berambut panjang itu pun langsung melonjak senang. Dan tanpa memprotes dia langsung membereskan alat gambarnya.

"Goodnigth, Papi," katanya sembari mencium pipi ayahnya.

Langit pun membalasnya dengan ciuman di pipi dan kening. "Goodnight juga princes-nya Papi. Mimpi indah, ya."

Lesi segera berlari ke lantai dua tempat kamarnya berada. Sementara Langit hanya bisa tersenyum melihat gadis kecil itu yang sudah mulai bisa mandiri. Namun, senyuman itu pudar saat mengingat besok dia harus menemui seseorang. Seseorang yang selalu kabur dan enggan menemuinya. Berharap besok akan mendapat hasil baik karena kali ini kondisinya sedikit mendesak. Bagaimana pun caranya dia harus bisa memaksa orang itu pulang.

*

"Aku nggak ikut aja, ya," ujar Mauren saat Ardian menjemputnya untuk acara party milik teman laki-laki itu.

Ardian tentu saja bingung karena tadi sore mereka sudah sepakat, dan kenapa Mauren berubah pikiran sekarang?

"Kenapa?" tanya laki-laki itu lembut sembari meraih satu jemari kekasihnya. Wajah Mauren tampak gelisah saat ini. Seperti ada sesuatu yang menganggu pikirannya.

Mauren malah menggelengkan kepalanya, enggan menjelaskan kegelisahan yang ada di kepalanya kali ini. Bagaimana kalau nanti tiba-tiba dia bertemu dengan Langit? Walaupun Kenanga berkata laki-laki itu hanya pergi seorang diri tanpa Maura, siapa yang bisa menjamin adiknya itu tidak tiba-tiba muncul?

"Padahal aku mau nunjukin kalau aku bener-bener bukan cowok single." Ardian tampak kecewa dengan keputusan Mauren kali ini. Namun, gadis itu malah mengerut bingung mendengar kalimatnya yang bernada merajuk seperti anak kecil.

"Maksudnya apa ini?" Mauren menyelidik mata Ardian yang kini terlempar ke arah lain, sebelum kembali menatapnya dengan sorot kecewa.

"Ini hanya circle kecil pertemananku. Mereka nggak bakalan bawa-bawa media, dan kamu nggak akan terekspos. Dan lagi malam ini ada temenku yang mau jodoh-jodohin aku sama seorang gadis." Ardian tidak tahu kenapa dia harus memakai alasan tidak masuk akal ini hanya untuk membawa kekasihnya keluar dan mau bergaul meski dengan beberapa orang saja.

Mauren bertambah bingung dengan sikap Ardian yang seperti ini. Padahal biasanya laki-laki ini sangat cuek dan tidak pernah memikirkan pendapat orang lain, dan setiap kali akan dikenalkan dengan wanita lain dia memiliki cara untuk menghindar.

"Aku nggak bisa terus-terusan ngindar, Yang. Aku harus bawa bukti biar mereka berhenti." Kali ini Ardian menggenggam dua telapan tangan kekasihnya.

Mauren yang semakin merasa bingung menghela napasnya. Haruskah dia pergi? Kenapa rasanya berat sekali, seperti ada sesuatu yang menahan hatinya agar tidak pergi ke mana pun.

"Ya, mau, ya," pinta Ardian, kali ini dengan wajah memohon. Melihat itu, Mauren pun tidak tega dan akhirnya mengangguk. Ikut tersenyum saat sebuah senyuman muncul di bibir kekasihnya.

*

"Dia di dalam, Pak. Dia menghadiri privat party ulang tahun temannya, tapi saya sudah atur agar dia keluar nemuin Bapak."

Langit mengangguk, menatap kafe mewah yang kini ada di depannya. Terdapat beberapa privat room di tempat ini, tidak heran jika orang itu memilih tempat seperti ini untuk pergi. Dia tidak pernah suka publikasi jika sedang menikmati waktu yang tidak berhubungan dengan profesinya. Langit segera kembali ke mobil tempat putrinya menunggu.

"Lesi, turun, yuk!" ujar laki-laki itu lembut pada putrinya yang langsung menatap ke depan untuk melihat tempat seperti apa kini dia sedang berada.

"Di situ Papi?" tanya Lesi dengan wajah polosnya.

Langit mengangguk dengan sebuah senyuman. "Katanya, makanan di sini enak jadi kita harus coba."

Lesi seperti enggan masuk ke tempat yang ayahnya tunjuk, tetapi gadis itu tetap menganggukkan kepalanya.

"Besok kita ke zoo, Papi janji." Mendengar kalimat itu mata Lesi yang sejak tadi tampak bosan seketika langsung bersemangat.

"Beneran, Pi?" Langit mengangguk sembari menunjukkan senyuman lebar. "Wow, asyik!"

Keduanya pun segera masuk ke kafe dan menempati ruangan yang sudah Langit sewa untuk menemui seseorang.

*

Mauren sudah membayangkan dirinya akan dipandang dengan cara aneh saat bertemu dengan teman-teman Ardian nanti. Teman laki-laki yang kini menggenggam erat jemarinya ini pastilah anak-anak gaul yang tentu saja tidak akan cocok dengannya. Dan karena kedatangan mereka kali ini hanya untuk memberi bukti jika Ardian bukan laki-laki single, maka setelah itu Mauren berharap kekasihnya ini akan segera membawanya pulang.

Nyatanya yang Mauren bayangkan jauh berbeda. Saat sampai di sebuah ruangan privat, mereka disambut oleh beberapa orang. Tidak banyak, hanya ada dua laki-laki dan tiga wanita yang memberikan sambutan ramah padanya. Meski begitu, entah kenapa Mauren merasa ada sorot menilai di balik sikap ramah gadis-gadis itu.

"Maaf, ada yang namanya Bumi?" Seorang pelayan tiba-tiba muncul. Ardian pun segera menanyakan apa tujuan pelayan laki-laki itu mencari dirinya.

"Tamu di ruangan sebelah menunggu Anda, katanya kerabat jauh."

Ardian tampak mengerutkan kening, sementara Mauren menatap bingung laki-laki itu yang mendadak menunjukkan wajah kesal.

"Kamu aku tinggal sebentar nggak papa?" tanya laki-laki itu pada Mauren yang tentu saja merasa masalah, tetapi sepertinya kekasihnya ini sedang memiliki urusan penting, maka Mauren memilih menganggukkan kepala.

*

Selepas Ardian keluar untuk menemui seseorang yang entah siapa itu, tidak lama kemudian Mauren memutuskan untuk keluar dari ruangan yang terasa sesak itu. Di sekelilingnya adalah orang-orang asing yang entah mengapa seperti memiliki dua muka. Saat tadi Ardian ada, semuanya bersikap ramah padanya. Namun, saat laki-laki itu keluar, semua orang yang ada di sana seperti tidak melihat keberadaannya.

Mauren pergi ke toilet, merasa lega saat akhirnya bisa keluar dari ruangan privat yang sungguh tidak menyenangkan itu. Lain kali dia benar-benar akan menolak jika Ardian kembali mengajaknya ke tempat seperti itu untuk menemui teman-temannya. Mauren yang sudah lama tidak berinteraksi dengan orang asing tidak lagi merasa nyaman saat harus berada di satu ruangan dengan orang-orang yang tidak dikenalnya.

"Tunggu! Lo harus dengerin dulu gue ngomong, Bum!"

Teriakan seorang laki-laki yang sangat familier menghentikan langkah Mauren. Gadis itu memutar tubuh dan mendapati sosok Ardian sedang melangkah ke luar kafe, dengan seorang laki-laki dan anak kecil di belakangnya. Awalnya Mauren mengerutkan kening, mencoba memastikan jika dia tidak salah melihat orang. Dan mata Mauren melebar saat yakin jika dua orang yang kini mengejar kekasihnya adalah Langit dengan putrinya. Tidak, jangan katakan mereka saling mengenal. Karena jika jawabannya ya, maka dunia ini mendadak terlalu sempit untuk ditinggalinya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C7
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login