Download App
9.2% Princess Pamela / Chapter 22: Orang Tua Yang Baik

Chapter 22: Orang Tua Yang Baik

"Ratu, apa saya akan diperlakukan buruk setelah kejadian ini?" tanya Pamela kepada Ratu Vivian.

"Kenapa kemu bertanya seperti itu?" Ratu Vivian mengernyitkan dahinya.

"Karena aku sudah membohongi kalian semua. Aku tinggal di istana ini, dan menikmati segala fasilitas yang tersedia. Aku tahu ini kesalahan, aku yakin Ratu, akan menghukumku ... walau sejujurnya aku belum siap menerimanya ...," ucap Pamela. Gadis itu menunjukkan raut penyesalan di hadapan sang Ratu.

Dan hal ini justru membuat hati Ratu Vivian tersentuh.

Bahkan prilaku Pamela jauh lebih pentas menjadi seorang Putri dalam kerajaan ini, ketimbang Ximena yang jelas-jelas anak kandungnya sendiri.

"Sudah, kamu tidak perlu merasa bersalah. Justru aku malah bahagia kau berada di sini," tukas Ratu Vivian.

"Benarkah? Jadi selain aku tidak disihir menjadi seekor Kecoa, aku juga tidak akan mendapat hukuman yang lainnya?" tanya Pamela memastikan.

"Iya!"

"Wah, terima kasih Ratu Vivian!" Lagi-lagi Pamela. Memeluk Ratu Vivian untuk kedua kalianya.

"Mulai sekarang kau harus memanggilku 'Ibu' jangan memanggilku 'Ratu' lakukan seperti biasanya. Karena aku sudah menganggapmu sebagai putri kandungku sendiri, Pamela," tukas Ratu Vivian.

Betapa bahagianya Pamela mendengar pernyataan wanita itu.

Dia kembali memiliki orang tua di sini. Dia pikir kehidupan sempurnanya dalam istana ini sudah berakhir, namun nyatanya masih berlanjut. Bahkan dia sudah terlepas dari beban atas kebohongannya. Kini dia tidak perlu takut jika rahasianya akan terbongkar lagi, karena Ratu Vivian sudah tahu semuanya.

Pamela tetap menjadi seorang putri yang terhormat. Dan hanya diketahui oleh Ratu Vivian serta Camelia saja, namun para rakyat belum mengetahuinya.

Hal ini sengaja Ratu lakukan demi misi perjodohan, agar dapat berjalan dengan lancar.

Apa bila Raja Sky sudah kembali, dan Pamela sudah menemukan titik kelemahan Ratu Marigold, maka Ratu Vivian berjanji akan menujukkan siapa identiras asli Pamela kepada seluruh rakyat Negri Violet.

Jika rakyat mengetahui hal ini lebih awal, maka obrolan mereka tentang siapa putri kerajaan Negri Violet yang sesungguhnya, akan berpotensi di dengar oleh pihak Negeri Lacuna Dark.

Tentu saja itu sangat berbahaya.

Maka dari itu Ratu Vivian berencana akan merahasiakan ini dari para rakyatnya.

"Mulai sekarang, kamu tetap bermain alat musik ya, Sayang! Ibu akan meminta Peri Musik untuk melatihmu bermain musik dan bernyanyi dengan baik. Sehingga bakatmu akan terlihat sempurna." Tutur Ratu Vivian.

"Benarkah? Ibu akan menyekolahkanku? Hanya demi hobiku yang tidak berguna itu?" tanya Pamela dengan kedua mata berbinar.

"Hai, apa maksudmu 'tidak berguna?' Itu adalah hobi yang sangat sepesial! Dan itu bukan sekedar hobi, itu adalah bakat!" tegas Ratu Vivian.

"Ah, aku terharu mendengarnya, Ibu ... karena selama ini kedua orang tuaku selalu menentang hobiku itu. Aku hanya belajar main alat musik lewat tutorial vidio, dan  itu pun secara sembunyi-sembunyi. Karena kalau ketahuan mereka, maka aku akan dimarahi habis-habisan. Mereka bilang itu hanya buang-buang waktu saja, suaraku juga jelek. Bermain alat musik pun tidak ada manfaatnya. Mereka bilang aku hanya boleh belajar di sekolah supaya menjadi orang yang pintar dan sukses!" tutur Pamela mengungkapkan segala keluh kesahnya.

Ratu Vivian menggelengkan kepalanya seraya berdecek heran. Dia tidak habis pikir mengapa ada orang tua sebodoh itu.

Kalau saja dia memiliki anak seperti Pamela, maka dia akan menjadikan Pamela anak yang sangat spesial. Dan tentunya dia akan menjadi orang tua yang paling beruntung, tidak seperti saat ia memiliki putri seperti Ximena.

"Mulai sekarang tidak akan terjadi hal seperti itu lagi, Nak! Ibu akan selalu mendukungmu!" Ratu Vivian mengusap atas kepada Pamela. Dia memberikan sentuhan hangat layaknya seorang ibu kepada putri kandungnya.

Pertemuan ini seperti sebuah takdir, dan jawaban atas doa-doa Ratu Vivianuntuk memiliki putri yang baik dan penurut. Pamela adalah hadiah dari Tuhan.

Bukan berarti ia tidak bersyukur memiliki Ximena, hanya saja ... Ximena lebih nyaman hidup di luaran sana ketimbang menjadi seorang putri.

Bukan hanya Ratu Vivian yang merasa beruntung atas pertemuan ini, tetapi juga Pamela. Dia dapat merasakan hangatnya sentuhan seorang ibu yang pengertian seperti Ratu Vivian.

Dan pastinya, kehidupan kelamnya di dunia manusia tidak ia dapatkan di sini. Pilihannya untuk bertukar dunia dengan Ximena adalah keputusan yang tepat.

"Bu, kalau boleh tahu kapan pernikahan itu akan dilangsungkan?" tanya Pamela.

"Apa kamu sudah tidak sabar untuk menikah dengan Drak?" tanya balik Ratu Vivian.

"Iya! Eh! Maksudnya aku sudah merencanakan sesuatu untuknya!" jawab Pamela sedikit terbata-bata.

"Kau yakin tidak mencintainya?"

"Ah ... kenapa Ibu bertanya begitu?"

"Yah, karena aku melihat ada sesuatu dari sorot matamu,"

"Benarkah?" Pamela kian gugup. 'Masa iya sih, aku harus berbicara jujur kepada Ratu Vivian?' batin Pamela.

"Kalau kau mencintainya pun tidak masalah, Pamela. Toh memang dia akan menajadi suamimu. Hanya saja ... kau tidak boleh menjadi Gadis Bodoh dan dimanfaatkan kerena cintamu itu." Pungkas Ratu Vivian.

"Ibu, tidak marah jika aku benar-benar mencintai pria itu?"

"Tentu saja tidak. Hanya saja kau harus tetap memahami kata-kataku tadi,"

"Ah, baik Ibu. Aku paham!" tegas Pamela.

"Bagus! Dan pernikahanmu akan di laksanakan pada bulan depan, tepat di acara hari ulang tahunmu yang ke 18."

"Benarkah? Tapi kenapa dalam acara makan malam tadi kita tidak membahas soal ini?" tanya Pamela.

"Yah ... karena kita memang sudah membahasnya jauh-jauh hari." Jawab Ratu Vivian.

Setelah obrolan itu selesai Ratu Vivian kembali ke kamarnya. Dan Camelia menghampiri Pamela dengan penuh kekhawatiran.

Wanita itu takut jika Pamela mengatakan kalimat yang salah, hingga membuat sang Ratu menjadi curiga. Terlebih mereka mengobrol dalam waktu yang cukup lama.

Padahal ... pada kenyataannya, sang Ratu bukan hanya curiga, tetapi sudah tahu segalanya. Namun keadaan baik-baik saja, tidak seburuk dugaan Camelia.

"Tuan Putri, apa yang kalian bicarakan tadi? Anda, tidak salah bicarakan, 'kan?" tanya Camelia pada Pamela.

Pamela menanggapinya dengan senyuman.

"Kamu khawatir, ya?" tanya Pamela.

"Tentu saja saya khawatir! Bagaimana tidak!" jawab Camelia.

Pamela menghela napas sesaat, lalu dia menjelaskan kepala Camelia dengan detail.

"Tenanglah, Camelia. Ratu sudah tahu semuanya, dan dia tetap memperlakukanmu dengan baik. Karena dia bilang istana ini masih membutuhkan aku," tukas Pamela.

"Benarkah?" Camelia hampir tak percaya mendengar semua ini.

"Ratu tidak marah?"

"Tidak."

"Ah, syukurlah ...," Camelia mengenal napas lega.

Dia memeluk Pamela saking senangnya.

Ternyata bukan hanya dirinya yang dapat menerima keberadan Pamela dengan baik, tetapi juga Ratu Vivian.

Dan dia yakin jika Ratu sudah menerima Pamela dengan baik, rakyat pun juga demikian. Mereka tetap akan mencintai Pamela meski mereka tahu jika sang Putri bukanlah Ximena.

*****

Malam ini mereka dapat tertidur dengan nyaman, tanpa ada beban karena takut rahasia yang akan terbongkar.

Bersambung ....


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C22
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login