Download App
8.78% Princess Pamela / Chapter 21: Terbongkar Sudah

Chapter 21: Terbongkar Sudah

Pamela menundukkan kepalanya dan mulut gadis itu sudah siap untuk mengakui siapa dirinya yang sesungguhnya.

Namun, ketakutan mulai muncul saat ia teringat dengan ucapan Camelia.

[Ratu Vivian tidak akan melepaskan, Tuan Putri, tapi beliau malah akan engutuk Tuan Putri, menjadi seekor kecoa,] tukas Camelia dalam bayangan Pamela.

Pamela segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia mengurungkan niatnya untuk memberitahu semua kepada sang Ratu.

"Ah, Bu! Aku tidak jadi bkcara!" ujar Pamela.

Ratu Vivian mengernyitkan dahinya, "Mamangnya kamu tadi ingin berbicara apa?" tanya Vivian. Wanita itu malah semakin heran, dan dia yakin jika putrinya tengah menyembunyikan sesutu darinya.

Entah apa itu, yang jelas hal ini membuat Vivian semakin penasaran.

Vivian mendekat kearah putrinya, dan dia memegang bagian pundak Ximena.

"Aku tahu ada yang sedang kau sembunyikan, Ximena. Jadi tolong bicara jujur kepada Ibu. Apa yang membuatmu terlihat berbeda?" tanya Ratu Vivian.

Tentu saja derap jantung Pamela semakin kencang.

Dia tidak tahu harus menjawab apa pertanyaan ini.

"Ayo katakan saja, Ximena. Ibu tidak akan marah kepadamu. Kamu tidak perlu takut, lagi pula kamu bukanlah gadis sepenakut ini, 'kan?" sindir Vivian pada Ximena. Ia ingin melihat ekspresi liar Ximena terhadapnya. Namun tak tampak sama sekali.

Pamela segera memutar otak agar Ratu Vivian tidak curiga kepadanya. Dia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Bu, aku berlaku aneh karena aku ingin membantu, Ibu!" jawab Pamela dengan tegas.

"Memangnya apa rencanamu?" tanya Ratu Vivian, dan dia terlihat percaya dengan penjelasan Pamela barusan.

"Aku ingin membuat Ratu Marigold merasa muak. Karena semakin aku menikmati perjodohan ini, maka dia akan semakin bersedih. Kebahagiaannya muncul ketika melihat kita semua bersedih. Dan sebaliknya kesedihannya akan  muncul apa bila kita bahagia. Wanita itu ingin agar hidup kita menderita." Tutur Pamela menjelaskan kepada Ratu Vivian.

"Begitu, ya? Em ... aku juga merasakan dia yang tidak menyukai saat kamu bertingkah genit di hadapan Dark." ujar Ratu Vivian, dan bibirnya tersenyum samar.

"Kau benar-benar cerdas, Putriku Sayang," puji Ratu pada Ximena.

"Terima kasih, Ibu," jawab Ximena.

Meski begitu Ratu Vivian masih merasa aneh akan hal ini.

Dia masih belum mendapatkan jawaban atas perbedaan dari sikap Ximena.

"Ximena, di mana cincinmu?" tanya Ratu Vivian seraya melirik ke bagian jari manis putrinya.

"Cincin?" Ximena terlihat kebingungan.

"Iya, cincin hadiah  yang Ibu berikan saat ulang tahunmu, Ximena. Di mana kamu menaruhnya?"

"Ah, itu ... aku lupa menaruhnya, Bu!"

"Kau lupa?" Ratu Vivian menajamkan kedua matanya.

"Kau tidak mungkin lupa! Itu adalah cicin favoritmu. Aku memasannya khusus dari Peri Pengrajin istana, dan batu safir yang ada pada cincin itu adalah warisan mendiang kakekmu," ujar Ratu Vivian dengan raut mengintimidasi.

Pamela semakin  salah tingkah.

"Maafkan aku, Bu. Tapi aku benar-benar lupa," 

"Bohong!" Ratu Vivian memegang pundak Pamela dengan sorott mata yang siap menerkam.

"Siapa kamu yang sebenarnya?!" tanya Vivian dengan tegas. Pamela semakin ketakutan.

Dan tidak ada pilihan lain, mungkin jalan terbaik adalah mengakui semuanya. Karena dengan begini dia akan  merasa tenang, dan tidak dikejar oleh perasaan bersalah.

Walau dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya untuk selanjutnya.

"Ratu Vivian. Aku memang bukan putrimu." Ucap Pamela.

Seketika kedua pupil mata Ratu Vivian kian melebar.

"Apa?!"

"Maafkan saya, Ratu. Dan saya mohon jangan mengutuk saja menjadi kecoa, ya!" Pamela sampai berlutut di hadapan Ratu Vivian.

"Hah?!" Mulut Ratu Vivian  menganga dengan kedua alis mengernyit.

"Lalu di mana keberadaan putriku?" tanya Vivian pada Pamela.

"Ximena ada di dunia manusia, Tuan Ratu," jawab Pamela.

"Apa?!"  Ratu Vivian semakin meradang saat mengetahui semuanya.

"Ximena benar-benar keterlaluan!" pelik Vivian.

"Astaga! Aku tidak tahu harus dengan cara apa membuat putriku menjadi gadis yang baik! Dia selalu bertingkah liar dan bahkan tega menipu ibunya sendiri!"

Ratu Vivian kembali melirik kearah Pamela.

"Dan kau!" Pamela menundukkan kepalanya.

"Siapa namamu? Dan mengapa kamu mau menggantikan putriku?!" tanya Ratu Vivian dengan nada tinggi.

"Maaf, Ratu." Lagi-lagi Pamela menundukkan kepalanya.

'Habislah diriku,' batin Pamela.

Ratu Vivian benar-benar murka karena hal ini, dan dengan suara gemetaran Pamela menyebutkan namanya.

"Nama saya adalah 'Pamela' Tuan Ratu," ucapnya.

Ratu Vivian menggerakkan jemarinya, dia hendak memberi hukuman kepada Pamela. Namun beberapa saat kemudian dia mengurungkan niatnya.

Dia sadar bahwa dia tidak bisa melakukan ini pada Pamela, karena dia tahu jika semua ini adalah akal-akalan dari Ximena.

Anak semata wayangnya itu memang nekat, dan dia rela melakukan apapun demi mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Ratu, aku mohon ... maafkan aku, Ratu. Dan aku mohon bebaskan  aku, pulangkan  aku ke dunia manusia saja, Ratu," rengek Pamela.

Ratu Vivian mulai tersadar dari lamunannya.

"Berapa kali kamu datang ke istana ini?" tanya Vivian.

"Ini yang kedua kalinya, Ratu," jawab Pamela.

Mendengar jawaban dari Pamela, Ratu Vivian menggelengkan kepalanya.

"Kamu tidak bisa pulang!" ujar Ratu Vivian.

"Tapi bagaimana aku bisa memperbaiki semua? Aku sudah menipu Ratu dan para rakyat di sini?"  Pamela memasang wajah memelasnya.

'Aku tidak bisa melepaskan gadis ini begitu saja. Selama dia berada di istanaku, dia selalu menujukkan hal baik. Dia juga sosok putri yang sangat penurut, dia bisa bermain alat musik, dan dia juga memiliki suara yang indah. Aku akan kehilangan aset berbagai apa bila melepaskan dia. Dan bukan hanya aku, tapi para rakyat-rakyatku juga.' Batin Ratu Vivian.

'Lagi pula, bukan kah hal yang bagus jika dia yang dijodohkan dengan Drak, ketimbang putriku Ximena. Karena itu artinya tidak ada perkawinan sedarah. Ya ... aku harus tetap membiarkan dia berada di sini lebih lama.'  bicara Ratu Vivian di dalam hati.

"Aku tidak bisa mengembalikanmu ke dunia manusia!" tegas Ratu Vivian.

"Lalu apa, Ratu, akan menghukumku kerena telah berbohong?" tanya Pamela,

"Tidak. Karena aku masih butuh seorang Putri!" jawab Ratu Vivian.

"Benarkah?" Pamela tampak antusias mendengar, "tapi apa alasannya?" tanya Pamela.

Ratu Vivian menghela napas sesaat, lalu memberi jawaban atas semua pertanyaan Pamela.

"Alasanku membiarkan kau tetap di dini adalah, yang pertama kau selalu menjadi putri yang aku inginkan, karena perjodohan itu sangat penting.  Yang kedua, bukan hanya aku yang membutuhkanmu, tetapi juga para rakyatku ... karena mereka sangat mencintaimu. Yang ketiga, aku memang tidak bisa mengembalikanmu di dunia manusia  karena cermin itu sudah hancur lebur, kau hanya bisa menggunakannya pulang-pergi antar dimensi sebanyak 2 kali saja. Dan itu hanya satu-satunya jalan untuk keluar masuk dari negri ini!" jelas Vivian.

"Ratu, apa—" Ratu Vivian memotong ucapan Pamela.

"Kau bisa pulang ke dunia manusia, ketika kau sudah memiliki cermin penembus portal yang baru. Dan untuk mendapatkan benda itu, kami harus memesannya dari Peri Pengrajin Istana. Dan untuk membuat benda itu juga membutuhkan waktu hinga bertahun-tahun!" jelas Ratu Vivian.

Pamela terdiam sesaat dengan perasaan tenang.

Setidaknya dia masih diizinkan tinggal di sini. Dan tentunya tidak mendapatkan hukuman seperti yang ia takutkan, yaitu menjadi seekor kecoa. Tidak bisa kembali ke dunia manusia adalah hal yang bagus.

"Terima kasih, Ratu!" Pamela memeluk Ratu Vivian.

Bersambung ....


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C21
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login