Sekali lagi teleponnya tidak diangkat. "Apa susahnya mengangkat telepon, dasar otak udang." Do Do menghela nafas, lemas, tidak bergairah, dia memandang datar gerbang kediaman Ji He dari dalam mobil temannya yang dia parkir di dekat rumah sana.
Dia melakukan ini untuk menenangkan diri. Kata temannya, jika Mae Mae memang punya perasaan istimewa kepada Yeona, maka dia akan menemukan pemuda itu di sini, di malam hari.
Semoga tidak, semoga tidak. Harapan yang tidak terucap.
Dia memejam sejenak. Keningnya menempel atas setir. Dia membentur- benturkan pelan kepala.
Tiba - tiba teleponnya bergetar. "Mae Mae?" Sigap dia mengecek layar handphone, terlihat nama Si Bos Caper. "Mau apa lagi dia." Kalau tidak diangkat, malas.
Bosnya itu pasti mewawancarainya di kantor. Bertanya, di mana malam ini, kenapa tidak diangkat sedang sama siapa. Luci, hubungan mereka hanya bos dan oegawai. Tapi … Sikapnya, perhatiannya, melebihi pacar.