Keluarga Yeslin menyambut gembira kesembuhan nona Alara Yilmaz.
"Ini keajaiban, Tuhan mengembalikan Alara ku!" nyonya Mumtaz Yilmaz berkata dengan derai air mata.
Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz tidak suka hati. Dia tersenyum sinis, mencibir dalam hati.
Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz
adalah istri kedua Akara Emir Yilmaz. Dia berharap Alara Yilmaz sungguhan mati oleh racun itu.
"Sial. Harusnya Alara tidak mati saja? Kesembuhan Alara Yilmaz bakalan merusak rencana pernikahan Shalinaz Filiz Yilmaz dan Zein Heflin!"_ Nyonya Havva Mehrunisa geram.
Shalinaz Filiz Yilmaz, saudarinya Alara Yilmaz, gadis itu menjadi wanita kedua dalam hubungan Alara Yilmaz dan Zein Heflin.
Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz, berperan dalam upaya bunuh diri Alara Yilmaz. Dia menyediakan racun yang dibutuhkan Alara. Racun jamur. Alara paling suka makan jamur. Alara Yilmaz yang patah hati memakan sup dari jamur yang sudah kadaluarsa.
Alara Yilmaz patah hati, dia mengira Zein Heflin jatuh cinta dengan Karin, wanita (fantasi) Zein Heflin. Alara Yilmaz tidak mengira wanita itu yang bernama Karin Meydina, benar benar-benar ada dan nyata. Sekarang setelah Alara Yilmaz meninggal, Karin Meydina masuk ke tubuh Alara Yilmaz, menggantikan gadis itu yang berpulang ke alam baka.
Selama Alara Yilmaz koma, nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz, membujuk nyonya Aelia Yilmaz, ibu mertuanya untuk.nrmbatalkan pertunangan Alara dan Zein Heflin.
Nyonya Havva Mehrunisa merancang pernikahan Zein Heflin dengan Shalinaz Filiz Yilmaz, menggantikan Alara Yilmaz.
"Ibu, bagaimana ini? Aku malu dengan teman-teman ku. Mereka sudah tahu kalau aku bakal menggantikan kak Alara...!" Shalinaz Filiz Yilmaz, menangis tersedu.
"Diam lah Shalinaz. Jangan buat masalah. Jangan buat baba (ayah) mu marah!"
Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz berkata dengan hati gundah. Kalau pernikahan Zein Heflin dan Shalinaz Filiz batal, dia juga akan malu.
Shalinaz Filiz tetap menangis.
"Aku tak mau keluar kamar. Biar saja Babaanne (Nenek) dan Dede (Kakek) marah!"
Semua orang di keluarga Yilmaz tahu, Shalinaz Filiz Yilmaz orangnya keras hati, dan mudah tersinggung.
"Bukan salahku, menggantikan posisi kak Alara. Siapa suruh dia koma berbulan-bulan. Sekarang dia kembali sehat, tapi bukan berarti dia bisa mengambil yang telah di berikan padaku!" Shalinaz Filiz kesal.
Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz mengalah. Dia gagal membujuk putrinya makan bersama dengan keluarga Yilmaz. Shalinaz Filiz berhak bersedih, dia terancam tidak bisa menikahi Zein Heflin. Zein Heflin putra Heflin Hasan, pengusaha kaya raya di kota Istanbul.
Nyonya Havva Mehrunisa keluar dari kamar Shalinaz Filiz.
"Mana Shalinaz?" tanya ibu mertuanya.
"Dia tidak mau keluar kamar. Matanya bengkak, kebanyakan menangis!"
Nyonya Aelia Yilmaz terdiam. Dia mengerti perasan cucunya itu. Dia lebih menyayangi Shalinaz Filiz daripada Alara. Nyonya Aelia Yilmaz lebih menyukai menantunya Havva Mehrunisa daripada Mumtaz Yilmaz. Nyonya Havva Mehrunisa masih keponakan nyonya Aelia Yilmaz.
Shalinaz Filiz seperti makan buah simalakama. Kehidupan kedua bagi Alara Yilmaz membuat dia bahagia, sekaligus menderita.
Sekarang kebijakan ada di tangan Zein Heflin, apakah dia ingin menikahi Alara Yilmaz atau adiknya, Shalinaz Filiz Yilmaz!"_ nyonya Aelia Yilmaz pasrah.
Perjodohan Alara Yilmaz dan Zein Heflin sudah di atur sebelum mereka dilahirkan. Akan tetapi semenjak Alara Yilmaz koma, 6 bulan lalu, pertunangan keduanya di batalkan. Keluarga memutuskan menjadikan Shalinaz Filiz Yilmaz menggantikan Alara Yilmaz, menjadi calon istri Zein Heflin.
Pernikahan meraka akan dilaksanakan bulan depan.
***
Hari ini keluarga Yilmaz memutuskan membawa pulang Alara Yilmaz.
Gadis itu sudah bisa makan. Namun dia tidak bisa bersuara. Tenggorokannya terancam rusak akibat racun itu. Alara Yilmaz kemungkinan menjadi bisu.
Karin (Alara Yilmaz) tidak tahu harus gembira atau bersedih.
Dia senang mendapatkan tubuh bagus. Alara Yilmaz juga berasal dari keluarga kaya raya dan terhormat.
Hanya saja, dia bangun dari tubuh yang terluka parah, dan terancam bisu. Selain itu dia diagnosa amnesia.
Kenyataannya tidak seperti dugaan keluarga Yilmaz. Dia memang tidak mengenal semua orang di keluarga Yilmaz, namun Alara Yilmaz (Karin) mengenai Zein Heflin, pria yang dulu pernah mengganggu Karin dalam mimpi.
Nyonya Mumtaz bersedih,
"Apa kamu tidak mengingat Anne (ibu) lagi?"
Alara Yilmaz( Karin) menggeleng.
"Sedikitpun... kamu tidak mengingat Anne?"
Alara Yilmaz mengangguk.
Nyonya Mumtaz Yilmaz menangis. Sekarang dia memiliki anak gadis yang bisu dan lupa ingatan.
Keadaan ini menempatkan menjadi nyonya kedua, padahal dia adalah istri pertama tuan Akara Emir Yilmaz. Keadaan Alara Yilmaz ini akan menempatkan gadis itu sebagai putri yang tak di banggakan.
Keluarga mana bisa bangga ketika putri pertama kekuarga itu berhati lemah (bunuh diri) dan cacat (bisu) pula.
***
Zainab menjadi perawat nona Alara Yilmaz, atas permintaan Alara Yilmaz sendiri.
"Sekarang kita sudah punya rumah sementara!" kata Karin ke Zaenab dengan bahasa batin.
Karin dan Zaenab bicara begini jika sedang berduaan saja.
Keluarga Yilmaz heran, Zaenab bisa memahami pikiran dan kemauan Alara Yilmaz.
"Apa kamu bertekad ingin kembali ke Indonesia?" tanya Zaenab.
Karin mengangguk.
"Aku merindukan ibuku, teman-teman ku, Bella dan Katrina, dan si jago merah!"
Zaenab tertawa.
"Kamu tidak bisa membawa si jago merah datang ke sini!"
"Oh... jadi kamu mau membawa Bella dan Katrina ke sini?"
Zaenab mengangguk. Alara Yilmaz (Karin) bertepuk tangan kesenangan.
***
Sementara itu di belahan bumi yang lain, Widya menemukan tempat tinggal Bella dan Katrina
Dia segera ke sana membuat kejutan ke mereka.
"KARIN!!!"
Karin/Widya tersenyum lalu menghujani mereka dengan kata-kata,
"Hmm. Kalian pindah tanpa pemberitahuan. Kalian juga bersembunyi dari ku. Apa kalian marah dengan sikap ku kemaren? Aku minta maaf atas kesalahan.ku itu. Tapi semua terjadi karena tuntutan kekuarga Sasongko. Aku tidak diperbolehkan bergaul dengan sembarang orang. Mengapa begitu, karena itu sebagai konsekuensi atas pernikahan ku dan Garin. Sungguh aku terpaksa melakukan itu, percayalah!"
Karin membuat alasan, pura-pura menjadi korban.
Bella dan Katrina saling pandang.
"Oh jadi jadi dia tidak diperbolehkan bergaul dengan sembarang orang! Baiklah!"_
Bella dan Katrina saling pandang. Widya membuat kalimat menyakiti mereka
Permintaan maaf dengan penjelasan dan klarifikasi Widya seperti tidak membuat Bella dan Katrina menjadi simpatik. Malah menambah sikap permusuhan mereka.
"Memangnya kami kenapa?!" tanya Bella dengan wajah merah. Dia sungguh tersinggung dengan perkataan Widya.
"Iya... apa yang kamu harap kan dari kami?" Bella melipat tangan di dada. Dia masih tidak memaafkan Karin palsu ini.
"Kalian...!" Karin meneteskan air mata.
"Aku sudah minta maaf ke kalian... tapi kalian bersikap begitu...!" Widya menangis.
Bella dan Katrina saling pandang. Mereka semakin yakin kalau wanita di depan mereka ini bukan Karin.
"Itu bukan sifat Karin banget!"_ isi hati Bella dan Katrina, sama.
Karin tidak pernah menangis. Dan dia tidak pernah memaksakan orang lain untuk memaafkannya. Karin yang sekarang seorang yang munafik.
"Apa dia menganggap kami berdua ini sangat bodoh. Karin sekarang ini berteman dengan para selebriti kampus dan sudah menjadi bagian dari mereka. Karin jadi suka pesta dan sering clubbing!"_ Hati Kartina dan Bella, sama.
"Karin... apa tujuan kamu ke sini?" tanya Katarina. Dia tidak peduli dengan air mata palsu Widya.
Sikap Katrina sama seperti Bella. Tidak memberi hati ke Karin.
Widya (Karin) terdiam, tujuan dia datang ke kost Bella dan Katrina karena butuh bantuan mereka, menyelesaikan skripsi milik Karin.
Ayahnya, Raden Sasongko Wicaksono menginginkan dia segera lulus kuliah.
Garin Anggara baru saja selesai ujian skripsi, mereka berencana wisuda sama-sama, lalu mereka lanjut S2 ke luar negeri, ke Amerika.
Widya tidak bisa menyelesaikan skripsinya karena dirinya sekarang ini bukan Widya Saaongko lagi tapi Karin Meydina. Widya tidak mengganti judul skripsinya dengan milik Karin, dan dia juga tidak bisa melanjutkan penelitian Karin, karena mereka beda jurusan, dan berbeda fokus penelitian.
Satu-satunya cara sekarang supaya bisa lulus cepat adalah melanjutkan penelitian Karin yang sudah 75 persen itu. Widya ingin dua orang Bidadari Mimpi itu mengerjakan skripsi Karin. Dia akan membayar jasa meraka, kalau perlu dia akan menyerahkan mobil Karin.
Tapi dengan sikap kedua gadis itu ini, Karin memutuskan mencari orang lain saja. Lebih aman. Tidak banyak concong.
"Tidak ada gunanya aku bicara dengan mereka!"_ Widya geram dalam hati.
"Aku pulang saja!" Widya merajuk.
Bella dan Katrina tak peduli. Karin datang tanpa diundang, ngapain di cegah pulangnya.
Widya tercengang, sikap kedua orang ini tidak seperti harapannya. Dia minta di cegah pulang. Widya kesal.
Bella dan Katrina cuek melihat Karin melangkah ke pintu.
"Biar saja. Karin harus di beri pelajaran.
Jangan mentang-mentang menikahi orang kaya dan diambil anak oleh keluarga Sasongko Wicaksono, lalu menganggap pertemanan dengan kami tidak ada artinya!" _ Katrina geram.
Baru saja Widya melangkah ke pintu, seorang pria (kurir) berdiri di ambang pintu.
"Selamat sore. Nona Bella... nona Katrina?!"
"Ya kami!" kata Katrina dan Bella bersamaan.
"Ada paket untuk anda dari Turki!"
"APA?!" Bella dan Katrina saling pandang.
"Coba kami lihat!"
Pengirimnya "Zaenab Al Habsy"
"Zaenab Al Habsyi... dia kan murid nyonya Ana?!" Bella dan Katrina berseri dengan suara nyaring.
"Silahkan tanda tangan!"
Kurir itu pergi.
Karin/ Widya berdiri dengan wajah bingung,
"Zaenab Al Habsy!"_ Widya tidak mengenal wanita itu.
"Aku pergi saja!" Widya berniat kabur. Dia cepat-cepat melangkah ke pintu.
Bella dan Katrina terlihat bingung.
"Lihat! Aneh banget ...alamatnya di tulis tangan, tulisannya ini seperti...!" bisik Bella sambil melihat ke arah Karin
'Ini Tulisan Karin"! Tidak mungkin!"_ Bella tercengang.
"Kenapa?!" tanya Katrina ke Bella.
Bella menunjukkan tulisan tangan di kotak paket itu.
"Hah!" Katrina juga bingung.
Karin/Widya melangkah keluar rumah itu, dia sudah mencapai pagar.
'KARIN!" dua bidadari mimpi itu berseru nyaring.
Widya Karin tak peduli.
"KARIN... TUNGGU!!!"
Widya/ Karin berhenti melangkah.
Bella dan Katrina berlari keluar rumah. Bella menenteng paket dari Turki itu.
"Karin... kamu masih ingat kan dengan kak Zaenab Al Habsy?!"
"Kenapa?!" Karin berlagak cuek.
"Dia mengirimkan paket ini!"
kata Bella.
."Ambil saja. Dia mengirim Itu untuk kalian!" sahut Karin/ Widya angkuh.
"Ini tulisan kamu kan?" tanya Katrina.
Karin terkejut, tapi dia dengan cepat menyembunyikan keterkejutannya.
"Dia meniru tulisan ku!" Widya cuek.
"Tapi... ini tanda tangan kamu kan?" Katrina menunjukkan tanda tangan di paket itu.
"Sudah Ku Bilang...Orang Itu... Meniru Tulisan Tangan Ku dan Tanda Tangan Ku Juga!" Widya ketus.
Bella dan Katrina saling senggol. Mereka melihat guratan cemas di wajah Karin.
Widya cepat-cepat pergi. Dia pergi seperti sedang di buru orang.
"Kamu lihat itu? Dia bukan Karin kita yang dulu!" kata Bella dengan wajah kesal.
"Iya! Jangan-jangan dia bukan Karin kita. Dia hanya orang yang mirip Karin!" Katrina juga curiga.
"Maksud mu?!" Bella bingung.
"Entahlah! Aku juga bingung. Dia seperti bukan Karin. Lihat pakaiannya. Dress-nya semakin kekurangan kain!"
Bella mengibaskan tangannya.
"Lupakan dia. Mari kita buka isi paket ini.
Dua orang ini membuka membuka paket dengan tergesa-gesa.
"Ya Tuhan. Kak Zaenab mengirimi kita tiket ke Turki, kartu debit juga, ada pin-nya!"
Bella menangis.
Katrina tidak langsung percaya. "Kita tes dulu Kartu Debit ini, asli apa tidak? Dan tiket ini... kita juga harus cek dulu maskapainya, jangan sampai kita kena prank!"
Katrina, orangnya sangat hati-hati, dia tidak gampang tertipu.
"Sekarang orang menipu dengan segala cara!" kata Katrina lagi.
"Kamu benar!" Bella sadar diri.
Dua orang gadis ini pergi ke kantor maskapai Turkish Airlines.
"Tiket ini asli, open date. Kalian mau berangkat kapan?" tanya gadis petugas maskapai Turkish Airlines
"Kami mau urus surat-suratnya!" jawab Bella.
"Kami bisa membantu anda menyiapkan berkas yang anda perlukan!" jawab gadis itu dengan senyum ramah.
"Benarkah?" kata Bella dan Katrina bersamaan. Dua orang ini seperti kembar, satu hati, satu pemikiran.
Gadis petugas itu mengangguk.
"Baiklah. Kami akan kembali lagi!" ucap Katrina.
Dua orang gadis ini kemudian ke ATM
"Asli Ada Uangnya... Banyaaak!" Katrina dan Bella Berpelukan.
"KITA KAYA!" Bella jingkrak-jingkrak.
"Ayo kita ke maskapai itu lagi. Kita berangkat ke Turki, besok!" putus Katrina.
Dua orang gadis itu berjalan kembali ke kantor maskapai Turkish Airlines.
Dua orang itu tidak sadar kalau ada orang yang mengikuti mereka.
Widya menggunakan jaket hoodie hitam panjang dan kaca mata hitam lebar, menyamar.
Widya duduk di mobil. Dia ingin tahu apa yang akan dilakukan kedua gadis itu.
"Mereka mau ke Turki? Untuk apa?" Widya penasaran.
Dia menunggu di mobil hingga lelah hingga ketiduran.
Dreedd... Dreedd... !" Ponsel bergetar.
Widya terbangun.
"Dimana kamu?!" Suara Garin Anggara terdengar marah.
"Aku di perjalanan!" Widya bohong.
"Cepat pulang!"
"Iya iya!" jawab Widya kesal. Garin Anggara suka kasar padanya.
Entah apa yang dilakukan Garin Anggara padanya. Widya sering menemukan memar di bagian tubuhnya setelah berhubungan dengan Garin Anggara.
Di luar kesadaran Widya, Garin Anggara sering melakukan kekerasan fisik padanya.
"Garin Anggara dia semakin menjengkelkan!"_
Di seberang telepon, Garin Anggara merasa, Widya tidak menyenangkan lagi. Dalam hati dia merindukan Karin yang asli. Saat Karin memasuki Tubuhnya lagu, Garin Anggara merasa bergairah dan bersemangat.
Hanya saja, belakangan ini jiwa Karin yang asli tidak muncul lagi.
"Karin...kenapa kamu tak muncul lagi? Apa kamu tidak merindukan tubuh mu?"_
Garin Anggara galau, dia merindukan Karin. Karin yang ganas dan kasar di tempat tidur.
****
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT