"Iya, Ravie. Tenanglah, astaga," Arabella terkikik melihat tingkah orang aneh satu itu, "Anda jadi semakin penuh perhatian karena dugaan bahwa kita ini adik kakak semakin menguat ya?" ledek Arabella.
Senyum lebar yang terlihat bahagia terlukis di wajah Ravino, "benar. Ku harap... kamu benar-benar adikku, Arabella. Jadi aku bisa memberimu perhatian dan melindungimu tanpa harus ribut dengan Julian karena dia itu pasti cemburu kalau ternyata aku bukan keluargamu," kekeh pria dengan jubah hitam itu.
"Ada-ada saja," Arabella menggelengkan kepalanya.
"Sampai jumpa besok malam," Ravino melambaikan tangannya dan menghilang begitu saja seolah menguap di udara.
Dengan langkah gontai Arabella akhirnya tiba di ranjangnya setelah mengunci pintu balkon dan membuka kunci lingkaran sihir.
"Malam yang melelahkan, selalu seperti ini. Apakah memang hidup dengan membalas dendam itu selelah ini?" tanya Arabella pelan. Ia kerap bermonolog karena rasanya menyenangkan.