Banyak persiapan yang dilakukan oleh para maid dan Orchidia untuk menyempurnakan penampilan Arabella. Meski sang Lady tampak tak nyaman, namun ia tetap harus menjalani prosedur perawatan yang memang harus ia lakukan demi nama baik keluarganya. Yah, persetan dengan harga diri Vivaldi sebenarnya. Tapi Arabella tidak ingin nama keluarga Falzen yang merupakan milik ibunya menjadi jelek karena Arabella menemui Grand Duke dengan penampilan asal-asalan.
Wajah Arabella diberi masker wajah yang terbuat dari timun dan bengkoang, seluruh tubuhnya dibaluri bubuk yang katanya merupakan garam halus dari laut entah mana, Arabella lupa. Dan setiap jengkal kulitnya terus diberi bahan-bahan yang tidak ia mengerti.
Rambutnya juga diberi berbagai macam wewangian yang tidak ia mengerti.
"Bu, haruskah saya bersiap seperti ini?" gumam Arabella. Ia sudah lelah, padahal belum bertemu grand Duke.
Pertemuannya dengan Grand Duke berlangsung pukul tiga sore, namun sejak pagi-pagi buta pukul lima Arabella sudah dibangunkan dan melakukan perawatan beraneka ragam.
"Harus, Arabella. Grand Duke itu bukan sembarang orang, beliau adalah orang paling berkuasa dan dihormati setelah Baginda Raja" jawab Orchidia sembari memilihkan gaun dan sepatu yang akan Arabella kenakan.
" Tapi ini sudah jam satu siang, Bu. Dua jam lagi dari jam pertemuan, " ujar Arabella.
Kini Arabella dan Orchidia dengan jelas saling memanggil dengan sebutan ibu dan nama, karena kekuasaan Orchidia di rumah ini sudah cukup besar dan terkendali. Jadi, semakin dekat Arabella dengan Orchidia, semakin besar juga pengaruh Arabella di rumah ini. Mereka berniat menyingkirkan Rose dan putri-putrinya terlebih dahulu.
" Sehabis kamu memakai gaun dan aksesoris lainnya, hanya tinggal merias wajah sebentar kok, sayang. Bersabarlah, " hibur Orchidia.
Hari ini, Arabella akan mengenakan gaun berwarna biru muda dengan hiasan bunga di bagian dada hingga pinggang, ditutupi dengan outer berwarna biru yang lebih muda lagi. Dan sisi bawah gaun itu mengembang namun tidak berlebihan. Pilihan Arabella dan Orchidia memang tidak salah. Arabella tampak sangat menawan dalam balutan gaun biru yang terlihat cukup mewah namun santai itu. Karena pertemuan dengan Grand Duke Malven tidak termasuk pertemuan formal, tapi Arabella tetap harus memakai gaun yang agak mewah.
Tiga puluh menit yang tersisa, dan Arabella akhirnya selesai. Karena gadis itu bersikeras tidak ingin dipakaikan bedak dan perona pipi, akhirnya bibir mungil yang merekah kemerahan itu diberi sedikit glitter basah. Hingga bibirnya tampak berkilauan.
" Sempurna, sayang. Kamu benar-benar cantik, " puji Orchidia dengan senyum bangga. Ia bahkan memutar tubuh Arabella di depan cermin besar untuk menunjukkan pada Arabella betapa cantik dirinya.
" Ini semua berkat perhatian Anda, Bu " balas Arabella.
" Astaga, bicara apa kamu? Kamu cantik karena itu memang dirimu, bukan karena aku. Sejak dulu, Arabella-ku memang sudah sangat cantik!" seru Orchidia penuh semangat. Terlihat jelas seberapa besar rasa sayangnya pada Arabella tanpa dibuat-buat.
" Hadiahnya sudah dibawa, kan? Lalu pelayan mana yang ingin kamu bawa?" tanya Orchidia untuk memastikan semua persiapan Arabella untuk bertemu Grand Duke Malven sudah matang.
"Sudah, Bu. Ada di tas yang akan saya bawa. Dan... Saya tidak akan membawa pelayan mana pun, " jawab Arabella. Mana mungkin ia membiarkan pelayan dari kediaman Falzen mengikutinya. Bisa-bisa semua perbincangannya dengan Grand Duke dilaporkan pada Vivaldi. Tidak ada pelayan yang bisa Arabella percaya.
"Nona, kereta kuda dari kediaman Grand Duke telah tiba untuk menjemput Anda. Tuan Felix Conlander secara langsung menunggu Anda di ruang tamu " lontar Philip yang kini berdiri di pintu kamar Arabella. Mereka semua memang cukup sibuk, padahal hanya Arabella yang akan pergi.
"Apa? Mereka sampai mengirimkan kereta kuda? Dan juga, Tuan Felix Conlander datang?" ulang Arabella dengan nada tak percaya.
'Astaga, belum apa-apa pun aku sudah lelah dan sakit kepala' batin Arabella. Ia tak habis pikir sampai dijemput langsung oleh Felix. Kehebohan macam apa lagi yang ingin diperbuat oleh Julian Malven Kingston itu?
Arabella menuruni tangga kediaman Falzen ditemani oleh Orchidia dan para pelayan, " selamat sore, Tuan Felix " sapa Arabella.
" Ah, " Felix berdiri dari duduknya, untuk sejenak tertegun melihat Arabella yang menuruni tangga dengan anggun. Matanya terus mengikuti gerakan gadis muda itu, " selamat sore, Nona Arabella " balasnya setelah tersadar kembali.
" Maaf membuat Anda menunggu lama, " ujar Arabella. Yah, itu hanya basa-basi antar bangsawan jika ditunggui.
" Tidak masalah. Saya juga baru saja tiba, Nona " ucap Felix.
Nah, kan? Kalimat tentang maaf membuat Anda menunggu lama dan saya juga baru tiba juga merupakan salah satu basa-basi yang tidak ada artinya. Hanya dilakukan untuk bentuk kesopanan.
" Kalau begitu, bisakah kita langsung berangkat, Nona?" tanya Felix.
Arabella mengangguk, " Bu, saya pergi dulu. " Ia mendekatkan dirinya seperti ingin memeluk, namun yang sebenarnya terjadi adalah ia mendekatkan bibirnya ke telinga Orchidia, " jika Ayah sudah memberikan uang 1000 Gold itu pada Ibu, segera simpan dan jangan keluar rumah dengan atau tanpa uang itu, Bu. Karena Ayah pasti akan mencoba mengambil kembali uang itu, bahkan dengan cara yang licik " bisiknya.
Orchidia mengangguk sembari membalas pelukan sang putri, " ya. Tenang saja. Ibu paham, " balasnya.
Ibu dan anak itu melepaskan pelukan mereka, dan saling melempar senyum.
" Saya titip putri saya, Tuan Felix. Tolong kembalikan Arabella sebelum jam makan malam, ya? Karena Arabella masih seorang Nona yang belum bertunangan, bisa-bisa rumor tak sedap bisa berhembus jika orang salah paham " ujar Orchidia sambil menatap Felix berani.
" Baik, Nyonya. Percayakan pada saya. Kami pamit dulu, " pamit Felix sambil setengah membungkuk.
Para maid dan Orchidia mengantarkan kepergian Arabella. Felix pun membantu Orchidia naik ke kereta kuda dengan gerakan yang sangat sopan, karena hari ini Arabella adalah tamu resmi Tuannya.
Perjalanan ke kediaman Grand Duke Malven yang di ibu kota dari rumah Arabella tidak begitu jauh, hanya menghabiskan waktu sekitar 15-20 menit dengan kereta kuda.
" Ada apa, Tuan Felix?" tanya Arabella saat memergoki Felix tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Felix terhenyak, namun rautnya tetap datar. Kemudian ia berusaha memberikan reaksi yang wajar, " penampilan Anda hari ini sangat memukau, Nona. Dan gaun biru muda itu sangat cocok untuk Anda, " puji Felix. Benaknya melayang pada Julian yang memintanya memata-matai gaun warna apa yang akan Arabella kenakan hari ini.
' Yah, pada akhirnya saat bertemu, pakaian yang mereka berdua kenakan hari ini pasti akan menjadi gosip di ibu kota, ' pikir Felix.
" Oh, terima kasih. "
Hening sesaat.
" Tuan Felix, bolehkah saya bertanya? " celetuk Arabella saat kereta kuda kini mulai memasuki gerbang kediaman Grand Duke yang teramat megah dan jauh dari gerbang utama.
" Tentu boleh, Nona. Apa yang Anda ingin tau?"
" Begini, setauku.. Grand Duke itu kan sering berperang, apakah kediamannya yang ini merupakan rumah utamanya?" tanya Arabella.
" Tidak, Nona. Rumah utama Grand Duke ada di perbatasan Utara dan Barat. Karena Grand Duke menguasai dua wilayah itu, " jawab Felix.
Arabella mengangguk paham, di kerajaan Malven ini hanya ada dua Duke yang menguasai masing-masing wilayah Selatan dan Timur. Lalu wilayah Utara dan Barat dikuasai oleh Julian Malven Kingston, sang Grand Duke.
" Kita sudah tiba, Nona. " Felix memberitahu saat kereta kuda berhenti di pintu utama mansion mewah itu.