"Aku hanya menebaknya saja dan berpikiran seperti itu. Logikanya saja, Bastian tak mungkin mau dekat denganmu jika dia tak menyukaimu," ucap Raya dengan rasa percaya dirinya mengatakan itu. Bagaimana tidak? Ia sangat yakin jika Bastian memang menyukai Stella. Maka dari itu Raya berpikiran untuk memberikan balas dendam pada Luna, karena kehadiran Luna membuat Bastian mengalihkan perhatiannya terhadap Stella.
"Tapi dekat bukan berarti suka," sahut Lisa tiba-tiba ikut berbicara, dan benar saja ketiga pasang mata itu menoleh menatap Lisa dengan tatapan bertanya. Sedangkan Lisa? Ia hanya bisa langsung mengunci bibirnya tanpa berani berbicara. Lisa tak menyadari bahwa dirinya telah kelepasan berbicara begitu. Saat itu juga ia merutuki kebodohannya.
"Ssstt! Jangan dengarkan apa kata Lisa, Tuan Putri Stella. Lisa hanya mengada-ngada saja. Aku yakin jika Bastian memang menyukaimu, aku sangat yakin itu Tuan Putri Stella," ucap Raya meyakinkan Stella akan hal tersebut. Ia tak ingin sahabatnya menyerah untuk mendapatkan cinta Bastian. Raya ingin Stella tetap berjuang hingga titik akhir, hingga Bastian menjadi kekasihnya.
"Aku tidak yakin jika Bastian menyukaiku. Bagaimana jika Bastian hanya mempermainkanku saja?" tanya Stella menatap kakinya merasa tidak percaya diri. Bagaimana tidak? Ia sangat merasa takut jika Bastian hanya mempermainkannya dan tidak benar-benar serius. Ia belum siap menelan kekecewaan. Stella selalu menang, dan untuk pertama kalinya ia merasa kalah.
"Aku yakin jika Bastian bukan laki-laki bajingan yang tega melakukan itu padamu. Aku yakin jika Bastian serius Tuan Putri Stella, percayalah," ucap Raya masih dengan sabarnya meyakinkan Stella yang merasa tidak percaya diri. Bagaimana tidak? Ia tak ingin Stella mundur, itu saja. Ia sebagai sahabat terkejam yang Stella punya harus bisa memberikan Stella keyakinan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Apa? Berikan aku sebuah bukti bahwa Bastian serius padaku. Berikan aku bukti bahwa Bastian juga mencintaiku. Jika sudah, baru aku bisa mempercayai apa yang kamu katakan Raya," ucap Stella keukeuh dengan pendiriannya bahwa ia tak percaya jika Bastian juga menyukainya. Dipikirannya adalah Bastian tidak serius dan akan mempermainkannya.
"Hm… Apa ya? Tuan Putri Stella lihat saja dari gerak-geriknya Bastian. Dan coba lihat dari tatapan matanya Bastian ketika dia menatapmu. Pasti Tuan Putri Stella dapat mengatahui apakah dia serius atau tidak dengan Tuan Putri Stella. Aku sih yakin jika Bastian bukan laki-laki yang brengsek yang suka mempermainkan perempuan," sahut Raya lagi mulai merasa sia-sia bicara pada Stella. Kenapa Stella tidak mempercayainya? Apakah raut wajahnya terlihat tidak meyakinkan? Namun Raya bicara serius. Raya tidak ingin membuat Stella senang tak karuan, tapi ia bicara sesuai isi hatinya, sesuai firasatnya saat ini.
"Begitu ya? Lalu bagaimana dengan hatiku? Apakah aku serius menyukai dan mencintai Bastian? Ak sendiri belum yakin dengan perasaanku. Karena… karena ada sesuatu yang tidak bisa aku ceritakan pada kalian," ucap Stella dengan wajah yang tertunduk. Untuk pertama kalinya seorang Stella Devani Clarissa menundukkan wajahnya karena tak percaya diri. Biasanya seorang Stella selalu bersikap ambisius dan tidak mudah menyerah seperti ini. Tapi kali ini? Kali ini seorang Stella Devani Clarissa merasa bersalah dengan Bastian.
"Kenapa tidak bisa diceritakan? Apakah Tuan Putri Stella tidak ingin menceritakannya pada kami?" kini giliran Naura yang berbicara. Ia merasa penasaran apa yang sebenarnya membuat Stella berubah drastis seperti ini. Ia bingung sekaligus khawatir dengan sikap Stella yang tiba-tiba berubah. Apa yang telah terjadi? Mungkinkah perubahan sikap Stella ini terjadi karena ia dekat dengan Bastian?
"Iya aku tidak ingin menceritakannya kepada kalian, ah tidak! Lebih tepatnya aku belum siap untuk menceritakannya," Bagaimana jika teman-temannya membencinya karena sifatnya yang serakah mencintai dua laki-laki sekaligus? Bastian dan Bisma adalah dua laki-laki yang tidak bisa ia pilih salah satunya. Ia tak tahu sampai kapan akan ada di garis Cinta Segitiga ini.
"Kenapa begitu Tuan Putri Stella? Tak biasanya Tuan Putri bersikap seperti sekarang, apakah ada yang salah dari Tuan Putri?" tanya Naura merasa semakin khawatir dengan perubahan sikap Stella yang tiba-tiba berubah. Jujur saja ia tak biasa dengan sikap Stella yang berubah seperti ini. Biasanya Stella pasti akan cerita tentang apapun dengan geng The Angel Wings tanpa terlewati sama sekali.
"Tidak, Naura. Tidak ada yang salah. Aku hanya belum siap menceritakannya pada kalian bertiga. Tunggu ya, berikan aku waktu untuk mempersiapkan diri agar aku bisa bicara dengan tenang saat itu," ucap Stella dengan sudut bibir sedikit melengkung ke atas. Ia hanya berharap teman-teman geng The Angel Wings tidak menuntutnya untuk bicara sekarang. karena ia benar-benar tak siap jika harus menceritakannya sekarang.
"Apakah ini masalah yang serius Tuan Putri Stella?" tanya Lisa kali ini mulai berani ikut nimbrug dalam obrolan. Ia hanya berusaha untuk mencairkan suasana yang tadinya ia harus merutuki kebodohannya karena keceplosan itu. Ia tak ingin menjadi Lisa yang asing. Karena bagaimanapun jahatnya teman-temannya, tapi Lisa tak boleh ikut menjadi jahat seperti teman-temannya.
"Ini hanya masalah hati, Lisa. Bukan tentang keluargaku yang Strict Parents. Aku sudah biasa jika menghadapi keluargaku yang memperlakukanku layaknya boneka, dan aku tidak keberatan dengan hal tersebut. Aku hanya belum siap mengatakan isi hatiku yang sebenarnya," jawab Stella meneteskan setitik air mata dari mata kanannya. Ya, Stella sebenarnya tak bisa menerima jika dirinya harus diperlakukan seperti itu oleh keluarganya. Rasanya semua tak adil, kenapa kelauarga yang kaya raya tidak bisa hidup sempurna seperti yang ia bayangkan?
"Tuan Putri sendiri belum yakin dengan isi hati Tuan Putri, bagaimana dengan Bastian? Bastian pasti akan kecewa jika tahu kalau Tuan Putri meragukan cintanya," ucap Raya lagi tiba-tiba merasa prihatin dengan Bastian. Ia pikir sepertinya bukan Bastian yang salah disini, melainkan Stella. Dari kata-kata Stella ia dapat menangkap jika Stella-lah yang belum yakin dengan perasaannya bukannya Bastian.
Jadi? Apakah disini tetap Bastian yang menajdi tokoh yang disalahkan? Raya rasa tidak. Sepertinya Stella sendiri yang belum yakin dengan perasaannya untuk Bastian. Dan sepertinya disini yang disalahkan adalah Stella jika hubungan keduanya merenggang. Ia pikir semuanya tak akan baik-baik saja jika begini. Lalu jika semuanya tak baik-baik saja bagaimana? Apa yang harus Raya lakukan untuk bisa menolong Stella?
Jika begini alur ceritanya, Raya tak yakin bisa menolong Stella, karena Stella sendiri tak tahu dengan perasaannya, bagaimana dengan orang lain? Bagaimana dengan Raya? Naura dan Lisa? Tentu saja kami bertiga tak bisa menolong Stella keluar dari rasa takut akan kecewa itu. Jika Stella sendiri yang lebih memilih untuk mengecewakan Bastian, bagaimana mungkin Bastian akan tetap mencintai Stella? Hanya laki-laki bodohlah yang akan melakukan hal itu. Namun sayangnya, Raya yakin bahwa Bastian bukanlah laki-laki yang bodoh.