[Maaf, chapter ini akan direvisi nanti]
"Aku tak tahu rumah Sally."
"Tanya ke teman-temannya lah," jawab Aletta cepat.
"Oh iya!" Sean tercerahkan. Dia mengeluarkan ponsel dari bomber dan langsung menghubungi satu per satu teman Sally.
"Ih, memang bodoh ini anak," umpat Arkhano geleng-geleng kepala. Padahal keputusan itu sangat mudah.
"Terima kasih, Angel. Aku akan membalas kebaikanmu nanti," ujar Sean menutup sambungan telepon dengan cepat. Bibirnya tersungging cerah. "Aku sudah mendapatkannya."
"Cepat juga," ujar Arkhano terkekeh masam. "Ya sudah, kau kejar sana! Jangan lupa minta maaf. Kata-kata mu itu menyakiti hatinya tahu!"
"Iya-iya. Em, kau mau menemaniku?" tanya Sean membuat Arkhano bergidik ngeri.
"Dih, untuk apa?"
"Sally masih tinggal dengan orang tuanya. Sekalian mau minta restu," ujar Sean dengan tampang serius yang sama sekali tak cocok dengannya.
"Dengan wajah seperti itu?" tanya Arkhano menunjuk Sean yang kacau.