Download App
97.43% Dream House (Rumah Impian) / Chapter 38: Teka-Teki Baru

Chapter 38: Teka-Teki Baru

'Tolong bawa mamah saya pergi dari sini Pak Kusuma, setelah itu saya tidak akan melawan jika Bapa mau menumbalkan saya atau menghabisi saya beramai-ramai seperti itu. Saya sudah tidak tahan dengan permainan kalian, saya mau selesai sampai di sini. Saya mohon." Aku sudah di ambang rasa sakit yang tak bisa kubendung lagi. Mendengar ancaman demi ancaman dari mereka semua, aatau dikejar dan mau dilenyapkan dengan mereka serta Nyai si penerima tumbal itu. Aku sudah tidak taan dan merasa semua orang yang kutmemui hanya berasal dari kumpulan mereka.

Dari awal mungkin aku sudah diberi tanda, jadi mereka sudah tau apa yang membuaku harus dikejar dan dikurung layakknya seorang penjahat seperti ini.

Pak Kusuma tersenyum sebelah bibirnya. Dia seakan meremehkan apa yang tellah keluar dari mulutku. Nyatanya aku sangat serius dengan apa yang aku katakan. Aku telah menyerah mendapatkan perlakuan mereka yang hanya membahaakanku dengan tujuan menyiksa saja. Nyatanya harus tetap orang pujaan mereka yang melakukannya.

"Jangan bersikap seolah-olah kamu orang yang paling tersakiti, Fira, nyatanya kamu adalah orang yang kami perlu hilangkan dari muka bumi ini karena semua yang memulai adalah kamu. Semenjak kamu hadir di dunia ini, kamu sudah membuat pergolakan pendapatan kami jadi menurun. Kami yang butuh banyak uang dan juga kedudukan mendadak harus melepasnya gara-gara kamu. Kamu dan mamahmu memang selalu menempatkan diri seakan tak berslah, nyatanya kalian menikmati juga harta dari Nyai, kan?"

Aku tak mengerti dengan apa isi omongan Pak Kusuma, dia berkata seperti aku dan mamah adalah orang yang telah menghancurkan mereka, padahal jangankan bertemu, berpapasan saja aku ingat betul tidak pernah dengan mereka semua sebelumya, hingga aku menikah dengan Mas Fadil, lalu aku memulai petualangan tidak jelas soal gaib seperti ini.

"Udahlah, Pak Kusuma, tidak usah berbelit-belit dan melebarkan pembahasan di antara kita. Saya udah muak dengan semua ini, saya mau menjemput kematian saya sendiri dan lepaskan saja orang yang tidak ada kaitannya dengan kalian. Lepaskan mamah ssaya dan biarkan dia kembali pulang dengan selamat, jangan ganggu dia!"

Aku menggerak-gerakkan tangan dan kaki sebisa mungkin, tetappi sama sekali tidak merubah posisiku apalagi membuatku bebas dari ikatannya yang tearamat kuat dan mulai terasa menyakitkan. MUngkin setelah dibuka ikatannya akan membekas merah atau juga menghitam. Aku tak perduli dengan penampilan apa pun yang terjadi, toh tidak akan ada yang melihatku lagi.

"Sudahlah kebodohanmu membuat saya muak juga Fira, kamu harusnya tidak percaya dengan omongan mamahmu, dia telah melakukan banyak kesalahan yang sangat kejam semasa muda dengan suaminya, kenapa kalian berpura-pura bodoh, harusnya kamu tidak membuat pernikahan dengan Fadil terjadi, karena kalian berasal dari tempat yang sama, kalian adalah anak yang tidak diijinkan keluar di masa-masa itu!"

Pak Kusuma sepertinya mulai terbakar emosinya sendiri, jujur aku mulai takkut juga menatap pria itu yang tampak garang. Sebagaian orang mulai menghentikan rapalan-rapalan mereka, aku mengetahuinya karena mulai terasa lebih sepi dan suara-suara itu semakin tidak jelas.

Apa yang kupikirkan benar, Sebagain orang yang tidak aku kenali menghampiri Pak Kusuma dan mencoba menenangkan pria itu yang sedang marah sekali kepadaku.

Aku tak tahu apa-apa dan aku malah terus diberi teka-teki masa lalu yang sama sekali tidak aku ketahui sedikit pun, mamah saja tak pernah menjelaskan apa pun terhadapku. Mamah malah terkesan tidak percaya dengan ini semua daan berusaha membuatku percaya dengan logika.

Tapi aku perlu mengorek apa yang terjadi, setidaknya aku harus tahu sebbelum aku menjadi tumbal yang dikorbankan demi kegembiraan mereka hidup di dunia dengan bergelimnag harta dan juga kedudukan tinggi dan kepercayaan orang lain. Walaupun aku sempat mengingat keadaan Bu Rohani yang sama sekali tidak menerima hormat dari orang-orang sekitarnya yang malah terkesan takut dan membencinya.

"Sebenarnya apa yang mamah saya lakukan, apa ada kaitanya dengan Papah saya yang meninggalkan kami sewaktu saya kecil? Kalau Pak Kusuma tahu, kenapa tidak mengatakannya sejak pertama kali kita bertatapan, pertama kali kita mengobrol waktu itu, kenapa harus di sini?" tanyaku.

Pak Kusuma terlihat kaget dan dia melotot ke arahku karena dua orang yang menghampirinya kini malah menatap Pak Kusuma dengan ssorot yang tak kumengerti artinya. Aku hanya bisa menebak, sepertinya mereka tidak tahu kalau aku pernah bertemu dengan Pak Kusuma.

Sepertinya hal ini aku harus manfaatkan dengan terus mengatakan apa yang sepertinya tak diketahui oleh anggita kelompok yang lain yang sudah mulai curiga kepadaku dan juga pak kusuma yang mulai menenggelamkan dirinya dengan keringat yang sudah mulai bercucuran di keningya tersebut.

'Udahlah bapak melukai teman sayaa, lalu bapa membuat saya menemui ibu rohani yang menyeramkan itu, bapa juga sangat baik saat itu. Memperingati saya tentang apa yang terjadi jika saya terlambat mencari tahu tentang ini semua, apa yang bapa maksut sekarang saya sama sekali tak mengerti beri saya alasan?!"

'TUTUP MULUT KAMU!"

Aku membeku ketika dia membentakku dengan suaranya yang terdengar menggelegar bagai singa, aku mendadak diam, dengan detak jantungku yang terasa mau meledak saat ini juga, aku sadar telah melakukan kesalahan yang sama sekali tak bisa kuprediksi akan berakhir seperti ini.

Kedua wanita itu yang seharusnya marah malah memiih diam saja dan kembali bersama orang-orang yang tadinya duduk kini mulai berdiri membuat suatu lingkaran di mana rapalan-rapalan tersebut terdengar semakin nyaring. Aku tahu ini semua sudah tak bisa kubendung lagi. aku mau mendapatkan kejelasan untuk apa aku di sini, pada saat mereka juga tak melihatku dan tak melakukan apapun terhadaplku, apa yang mereka inginkan aku tak mengerti sama sekali dengan mereka.

Pak Kusuma berdiri memandangku dalam diam, dia seolah telah melakukan banyak hal terhadapku dan sekarang berusaha menutup mulutku.

"Pak, sebenarnya bapa mau menolog saya atau bapa mau membuat saya menjadi tumbal atau bapa mau memberikan saya alasan kenapa seakan memebenci saya dan mamah saya, yang mana yang mau bapa lakukan ke saya?" tanyau dengan suara tertahan.

"Saya mau dapat bnyak uang dan kekuasaan, kalau saya memutuskan menolongmu pun saya tidak akan dapat apa-apa dari mereka, saya akan menjadi paranormal seumur hidup dan itu membuat saya lelah. Saya hanya mau membuat kamu merasa lelahh dan tidak lagi berisik. soal masa lalu, harusnya kamu bisa melepaskan diri dan menanyakan semuanya ke Fadil atau mamahmu itu, mereka tahu semuanya tetapi mereka tak mau memberi tahu itu untuk menyelamatkan diri mereka sendiri! Merrka jahat, Fira!"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C38
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login