Download App
35% Happy Marriage / Chapter 7: ISTRI KEDUA

Chapter 7: ISTRI KEDUA

Menjadi istri kedua tentu saja bukan hal yang mudah, apa lagi dia harus tinggal satu atap dengan istri pertama suaminya sampai dengan ibu mertua. Bagi Rania, itu adalah mimpi buruk yang tidak pernah ingin dia wujudkan.

Ketika pagi, Faisal bangun dengan tubuh yang masih memeluk sang istri. Sementara Rania sudah terjaga sejak jam empat pagi dan membereskan beberapa barang yang belum sempat dia bereskan ke dalam lemari pakaian.

Dia juga membawa beberapa helai baju neneknya, karena setelah neneknya keluar dari rumah sakit, Rania berniat mengajak sang nenek untuk tinggal bersama di rumah ini dan tidur bersamanya di kamar ini.

Semoga saja neneknya tidak kaget dengan pernikahan dadakan yang sudah dia jalani sekarang ini. Tanpa restu dari sang nenek, Rania langsung menikah dengan Faisal. Kondisi sang nenek yang harus di rawat di rumah sakit dan tak sadarkan diri, membuat Rania terpaksa mengambil keputusan dengan cepat.

"Mas, menurutmu apakah Rania bahagia dengan pernikahan ini?" tanya Alma pada Faisal saat mereka menggosok gigi bersama di kamar mandi.

"Jika kamu menikah menjadi istri kedua, apakah kamu senang?"

"Kenapa malah balik bertanya?" sanggah Alma.pula.

"Salahmu bertanya seperti itu padaku. Apa kamu pernah melihatnya tersenyum setelah menikah denganku?"

Alma memang mengakui kalau dia tidak melihat senyum di wajah Rania sejak mereka menikah sekitar tiga hari yang lalu. Dan sampai hari ini masih saja tidak ada perubahan apapun, mereka masih sama seperti orang asing.

Bahkan Faisal tidak pernah bicara sekalipun pada istri keduanya, kecuali kalau memang di suruh oleh Alma. Sebesar itu rasa tidak inginnya Faisal terhadap Rania, dia benar-benar tidak mau membuat Alma kecewa.

Tapi sayangnya Alma sendiri yang menyuruhnya untuk mendekatkan diri pada Rania. Menurutnya gadis itu sedikit pemalu, hingga Faisal harus sedikit lebih agresif.

"Ayolah, jangan seperti ini terus. Bagaimana kalian bisa dekat jika tidak saling bicara? Cobalah ajak dia bicara, buat kedekatan antara kalian," pinta Alma sambil mengukir beberapa coretan asal di dada bidang Faisal.

"Bicara apa? Kamu 'kan tahu sendiri aku tidak suka basa-basi," balas Faisal malas.

"Mas, jangan seperti itu. Bicara apapun yang menurutmu itu baik, siapa tahu Rania butuh dimulai sebelum dia bisa memulai."

Faisal hanya menghela napas mendengar permintaan sang istri. Ada saja kelakuan Alam yang membuatnya gemas, bahkan untuk permintaan yang kali ini pun tidak bisa di tolak olehnya. Hingga saat Rania terlihat sedang membantu membersihkan rak tv dengan kemoceng dan juga lap yang ada di tangannya, Faisal pun mendekat.

Alma hanya memperhatikan mereka dari kejauhan. Tidak terlalu jauh juga, karena dia memang berniat ingin mendengarkan percakapan pertama antara Faisal dan Rania. Melihat Faisal datang, Rania langsung mendongak dan berdiri dengan tegap.

"Ada apa, Pak?" tanya Rania dengan gugup setelah dia mendengar Faisal memanggil namanya.

"Eum ... kamu sedanga apa?" tanya Faisal yang mendadak gugup.

"Sedang mengelap rak TV. Kenapa, Pak?"

Entah kenapa, Faisal malah kaku ketika harus memaksakan diri untuk mengobrol dengan Rania, sampai-sampai dia tidak memikirkan apa yang dia bicarakan. Dia mengajak Rania untuk bicara tentang saham perusahaannya yang nantinya akan di kembangkan lagi.

Dia juga berniat mengekspor cengkeh ke daerah di luar Jambi, khususnya di daerah Jawa. Menyadari pembicaraan yang sangat jauh dari kata romantis, membuat Alma tepok jidat seketika. Kenapa Faisal jadi seperti ini, sih?

"Maaf, Pak. Tapi saya tidak mengerti masalah seperti itu, mungkin Bapak bisa konsultasi pada nyonya Alma atau bu Sarah," balas Rania dengan wajah tersenyum kikuk.

Ekspresi wajah Faisal yang sudah terlihat bersemangat pun berubah datar saat tahu respon Rania tidak seperti yang dia inginkan. Bahkan Rania tdiak tahu apapun tentang masalah seperti ini, membuat Faisal tidak mood lagi untuk mengobrol.

Lagi pula Faisal ada-ada saja, diminta untuk mengobrol tentang sesuatu yang menarik, tapi dia malah mebahas tentang saham perusahaan. Perempuan seperti Rania tidak akan mungkin mengerti soal itu.

"Lalu aku harus bagaimana? Sudahlah, tidak usah di paksa. Rania juga sama kakunya, dia juga tidak pandai mencari topik," keluh Faisal pada omelan Alma yang dia terima setelah dia kembali ke dapur.

Melihat Rania dari kejauhan, Faisal sama sekali tidak punya rasa ketertarikan dengan perempuan itu. Bahkan Alma jelas jauh lebih menarik untuk di pandang sampai dia tidak mau mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Mas, kamu ini bagaimana, sih? Seharusnya kamulah yang lebih pandai mencari bahan obrolan. Rania adalah tipe gadis yang pendiam, dia akan aktif setelah lawan bicaranya memulai obrolan. Tapi jangan bicarakan tentang saham, bahaslah sesuatu yang ringan," saran Alma lagi.

Bukannya mendengarkan apa yang di katakan istrinya, Faisal malah sibuk memandangi bibir sang istri yang terlihat lebih menarik dari pada ocehan Alma. Menggemaskan, bibir pink basah itu terlihat sangat menggoda saat Alma mengomel. Membuatnya terus memperhatikan bibir itu tanpa berkedip.

Kesal, Alma pun mencubit pelan hidung Faisal dengan tangannya. Membuat si empu hanya bisa meringis kesakitan sambil menarik hidungnya agar tidak dicubiti lagi.

"Ada apa denganmu?" kesal Faisal.

"Kamu dengar tidak apa yang kukatakan tadi?" tanya Alma pula.

"Hm, ya aku mendengarnya. Tapi jangan di paksa, ya? Hubungan itu harus terjalin secara alami, tidak bisa di paksa seperti ini. Kamu tahu sendiri aku orangnya seperti apa, tidak mudah bagiku untuk berinteraksi dengan orang baru," sanggah Faisal pula.

Alma hanya menggelengkan kepala. Tak lama kemudian sang ibu mertua pun datang sambil memasang wajah kecut seperti biasanya. Dia memang jarang tersenyum di berhadapan dengan Alma dan Faisal, apa lagi saat mereka sedang berbincang dengan canda dan tawa.

Alma langsung tertunduk dan kembali melanjutkan aktivitasnya memasak di dapur, sementara Faisal sibuk menikmati segelas kopi yang sudah di sediakan istrinya tadi.

"Ibu lihat-lihat, sepertinya Rania itu rajin, ya? Dia suka sekali membantu beberes rumah, padahal dia adalah menantu di keluarga ini," ujarnya sambil melihat ke arah Rania yang sibuk beberes di ruang tengah.

Tadi dia mengelap rak TV, dan sekarang dia justru mengambil pel untuk membersihkan lantai. Tak lupa juga dengan embernya, dia kelihatan basah dengan pel yang ada di tangannya.

"Bukankah aku tidak salah pilih? Selain cantik dan baik, dia juga rajin. Seharusnya mas Faisal bisa lebih tertarik padanya," kata Alma pula.

"Tentu saja, dia lebih menarik dari pada perempuan mandul. Tunggu apa lagi, Faisal? Ayo tiduri dia," seloroh Sarah tanpa ada rasa bersalah.

Tanpa memikirkan bagaimana perasaan Alma saat mendengar perkataan itu, dia justru menyuruh Faisal untuk segera meniduri Rania. Mendengar perkataan sang ibu, Faisal pun langsung melotot kesal.

"Ibu, jangan bicara seperti itu! Alma tidak mandu, dan tidak seharusnya juga Ibu menyuruhku untuk menidurinya," bantah Faisal cepat.

"Kenapa tidak? Bukankah itu memang sudah menjadi tugasnya sebagai istri keduamu? Jangan mempersulit, Faisal. Cepatlah dapatkan anak darinya sebelum dia terpengaruh dengan gaya hidup di rumah ini," tutur Sarah lagi sebelum pergi berlalu meninggalkan sepasang suami istri itu di dapur mereka.

Faisal hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap Ibunya yang tak pernah berubah. Selalu saja merendahkan Alma, padahal Alma tidak serendah itu sebagai perempuan. Dia juga sempurna, tidak mandul.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C7
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login