"Baik. Aku paham, sekarang, aku harus pergi, bisakah kau membiarkan diriku pergi?" tanya Sean pada perempuan yang mengaku bernama Dewi Asmara itu.
Sebenarnya, saat mendengar namanya, Sean ingin tertawa. Karena ia pemuda yang kurang percaya dengan hal-hal semacam itu, jadi pria tersebut merasa perempuan itu seperti melakukan hal yang konyol.
Tapi, jika dibantah, bagaimana mungkin perempuan itu bisa mengeluarkan peluru yang ada di dalam tubuhnya hanya dengan menggunakan jemari tangannya saja?
Benar-benar sebuah kejadian yang terjadi di luar nalar dan ia ingin tidak percaya tapi itu terjadi di depan matanya.
Perlahan, Sean meraba kepalanya yang bocor nyaris retak tadi karena ditembak oleh senjata milik Cahyo.
"Lubang itu ke mana? Aku merasa kepalaku retak dan otakku seperti mau keluar karena tembakan Cahyo, tapi sekarang, lubang itu sudah tidak ada...."
Sean bicara seorang diri sambil mundur ketika melihat Dewi Asmara melayang ke arahnya.