Download App
5.21% KEAJAIBAN 12 BINTANG / Chapter 21: ANAK DURHAKA?

Chapter 21: ANAK DURHAKA?

Cessie tidak tahu harus berkata apa lagi, rasanya untuk mempercayai apa yang dialaminya sekarang, ia sangat sulit, tapi mau bagaimana? Ini nyata, dicubit beberapa kalipun kulitnya tetap saja menimbulkan rasa sakit, itu artinya ia tidak sedang bermimpi.

Alhasil, gadis itu beranjak pulang. Kata-kata ikan itu terus saja terngiang di telinganya. Tidak boleh memakan ikan!

Jadi, mulai sekarang ia tidak boleh memakan ikan? Harus siap-siap bertengkar dengan ibunya pasti, karena sang ibu adalah orang yang tidak suka jika masakannya tidak disentuh.

Cessie mengeluh di dalam hati. Rasa mual yang selalu menyerangnya sekarang sudah hilang bertepatan saat ia usai berjanji pada sang ikan, bahwa ia tidak akan memakan ikan.

Ikan itu menepati janji, bahwa akan membantunya untuk menghilangkan rasa mual yang dideritanya, dan sekarang ia sudah merasa baik-baik saja. Ini yang membuat Cessie tidak bisa menyepelekan kejadian tersebut.

Mau tidak mau harus percaya, jika tidak, bagaimana mungkin seekor ikan berbicara dengannya lalu membantunya untuk menghilangkan rasa mual yang kerap dideritanya hingga ia dikatakan sedang mengidam?

Ini nyata, bukan mimpi....

Begitu kata Cessie berulangkali.

***

Mini sudah diperbolehkan tim rumah sakit untuk pulang. Setelah diceritakan ibunya tentang kejadian yang menimpanya, bahwa ia hidup kembali, rasanya ia jadi seseorang yang berbeda sekarang.

Secara fisik, ia yang biasanya sedikit rentan karena memiliki tubuh yang lemah, sekarang jauh lebih bugar.

Segala sesuatu yang dikerjakannya selalu saja selesai dengan cepat tanpa harus menguras tenaga seperti sebelumnya.

Seperti hari ini. Ikut ibunya berjualan di pasar tradisional membuat Mini yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi selalu rajin mendampingi ibunya.

Sejak sang ibu bercerai dengan sang ayah, kehidupan mereka hanya ditopang oleh sang ibu yang berjualan berbagai macam jenis sayuran di pasar tradisional.

Cukup lama Mini absen membantu sang ibu, karena penyakit kanker yang dideritanya sudah cukup parah.

Disaat menanggung rasa sakit itu, ayahnya menceraikan sang ibu dengan alasan tidak mau menanggung biaya pengobatan sang anak tunggal karena dirasa itu hanya sia-sia.

Kanker otak yang diderita Mini sudah mencapai stadium akhir. Ingin melakukan pengobatan medis sekalipun kehidupan mereka yang pas-pasan tentu tidak bisa membuat hal itu terjadi.

Saat harus dikuatkan oleh sosok seorang ayah dan suami, Gemini dan ibunya justru harus menerima kenyataan, bahwa pria yang jadi ayah Gemini dan suami ibunya itu justru memilih meninggalkan mereka.

Tapi, ibunya Gemini tidak patah harapan. Wanita itu tetap berusaha keras membuat sang anak bisa sembuh memakai obat-obatan herbal.

Hanya saja, Tuhan berkehendak lain, Gemini yang saat itu tiba-tiba pingsan langsung dibawa ke rumah sakit.

Baru beberapa saat di rumah sakit, tim dokter menyatakan wanita itu sudah meninggal. Hati ibu mana yang bisa kuat menghadapi kenyataan itu?

Sampai pada akhirnya, keajaiban terjadi. Gemini hidup lagi, setelah sebelumnya sekujur tubuhnya panas membara.

Sang ibu tidak peduli fenomena apakah yang sedang terjadi pada anaknya. Yang terpenting adalah, ia sudah melihat anaknya hidup kembali. Bahkan terlihat bugar.

Rambut Gemini yang awalnya rontok dan ke mana-mana memakai wig sekarang secara ajaib tumbuh kembali dengan sangat cepat. Ini benar-benar sebuah keajaiban, hingga wanita separuh baya itu terus saja membatin, siapapun yang sudah memberikan kekuatan itu pada anaknya, ibunya Gemini berjanji akan membalas itu semua suatu hari nanti.

"Oh, sudah sehat kamu? Aku kira lama tidak terlihat di toko sayuran ibumu ini, kamu sudah mati, ternyata kamu masih hidup!"

Sebuah suara masuk ke dalam gendang telinga Gemini bertepatan gadis itu usai membereskan toko karena sayuran yang dijual ibunya sudah habis meskipun pasar masih ramai.

Gemini membalikkan tubuhnya. Wajahnya berubah ketika melihat siapa yang tadi berbicara.

"Ayah ...."

"Tidak usah sebut aku ayah! Mana ibumu!" kata pria berkumis lebat itu pada Gemini. Suaranya yang gaduh membuat beberapa penjual di samping kios sayuran ibunya Gemini menoleh ke arah mereka.

Termasuk Ibra yang saat itu juga menggantikan ayahnya untuk menjaga kios ikan segar milik sang ayah.

"Ibu tidak ada, sedang di rumah, tidak enak badan," sahut Gemini, berusaha untuk kuat menghadapi situasinya sekarang.

Gadis itu tahu sikap ayahnya. Kasar dan temperamental. Meskipun kerap melihat perilaku ayahnya seperti itu saat ayah dan ibunya belum bercerai, tetap saja bagi Gemini sikap ayahnya itu masih sangat menakutkan dirinya.

Sekujur tubuhnya akan gemetar, dan Gemini akan sulit untuk bicara jika sudah demikian.

Sekarang, pria itu ada di hadapannya dengan sikap kasarnya tersebut, bertepatan tidak ada ibunya pula. Membuat Gemini berusaha untuk kuat meskipun rasa takut itu menyelinap perlahan di hatinya.

"Tidak ada, ya? Sakit? Kalian memang perempuan-perempuan lemah! Sedikit-sedikit sakit, membuat susah saja! Jam segini, kau sudah akan menutup kios, mana uangnya? Aku minta!"

"Minta?!"

Hampir menjerit Gemini ketika mendengar ucapan sang ayah, seperti berharap ia salah dengar dengan kalimat meminta yang diucapkan oleh pria tersebut tadi.

"Kenapa? Tidak boleh? Saat aku masih menjadi ayahmu, di rumah, aku juga mencari uang untuk kalian, kan? Meminta sedikit hasil jualanmu itu tidaklah sebanding dengan uang yang membuat kau dan ibumu hidup sampai sekarang! Mana! Berikan!"

Tanpa mempedulikan Gemini yang menghalanginya untuk masuk ke dalam kios, ayah Gemini menerobos masuk.

Menggeledah kios yang sudah dibereskan oleh Gemini. Hal ini lagi-lagi membuat Ibra yang sibuk melayani pembeli di kiosnya sendiri melemparkan pandangannya kembali ke arah kios milik Gemini.

Meskipun tidak mengenal secara resmi, tapi karena mereka bertetangga kios, Ibra cukup tahu bahwa Gemini dan ibunya adalah orang yang baik.

Melihat sepertinya Gemini kesulitan untuk menghadapi sang ayah, Ibra berpikir akan melerai pertengkaran antara anak dan ayah tersebut, namun niatnya belum bisa terealisasi dengan baik, lantaran banyak sekali pembeli yang mampir ke kios ikan miliknya.

Pemuda itu hanya bisa memperhatikan Gemini sesekali, dan berharap ayahnya gadis itu tidak berbuat yang kasar pada Gemini.

Sementara itu, Gemini yang ingin mempertahankan uang hasil berjualan tidak mau menyingkir dari hadapan sang ayah meskipun ayahnya sudah menerobos masuk.

Gadis itu melindungi kotak uang itu dengan cepat, sebelum tangan ayahnya sampai membuka kotak uang itu dan mengambil isinya.

"Berikan padaku! Aku sekarang sedang butuh uang! Cepat berikan!!"

Tidak sabar ingin menguasai uang hasil berjualan sayuran setengah harian milik Gemini dan ibunya, pria itu menjulurkan telapak tangannya untuk meminta.

"Aku dan ibu juga butuh uang! Ini hasil kerja keras kami, Ayah tidak boleh seenaknya meminta!"

"Aku ayahmu, Gemini! Kau mau durhaka berani melawan dan menentang perkataan ayah kamu sendiri!!"

"Aku tidak peduli. Ayah memang ayahku! Tapi, yang selalu berjuang untuk hidupku itu bukan Ayah! Tapi ibu! Aku mungkin durhaka mengatakan ini pada Ayah! Tapi, Ayah juga bisa dikatakan durhaka karena bertindak zalim pada anak sendiri!"

Note: Anak memang harus berbakti pada orang tua, tapi bukan berarti menegur sikap salah orang tua termasuk kategori tidak berbakti.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C21
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login