Download App
27.77% ALWAYS WITH YOU / Chapter 5: Empat

Chapter 5: Empat

Tyan benar benar merasa gelisah, pikirannya tidak tenang, sudah jam 2 pagi belum mendapat kabar dari Julyan, padahal ia berpesan sebelum Tyo berangkat ia harus menghubungi bagaimana keadaan adiknya.

Tyan tidak bisa tidur tenang saat ini, bukan cuma dirinya tapi ada Yuta & Brian yang menunggu kabar juga.

"Kak kenapa lama sekali?" ujar Yuta merasa khawatir.

"Aku tidak tau, terakhir kali aku mendapat kabar Julyan masih diruang IGD..." jawab Tyan tak kalah cemas.

"Kenapa tidak pergi kesana aja kak? Aku benar benar tidak tenang," tukas Brian.

"Telpon mereka kak dan jangan dimatikan sebelum tau kabarnya," pinta Yuta lalu di angguki Tyan.

Tyan sengaja tidak memberitahu Hendra & Mahen, pasalnya mereka berdua harus bangun pagi untuk pergi sekolah dan kuliah.

"Johnny!"

"Kenapa kak?"

"Kenapa kamu bilang? Aku khawatir aku tidak bisa tidur sekarang, kenapa tidak kasih tau kami?"

"Julyan gimana?" sela Yuta.

"Masih di IGD aku gk tau kenapa lama sekali..."

"Jangan matikan sambungan nya!" titah Tyan.

"Iyaa kak."

"Kak speaker!"

Tyan menyalakan speakernya agar bisa mendengar kabar Julyan, ia duduk bersama kedua adiknya yang sama cemasnya dengannya.

Tak lama Tyan mendengar suara Marisa diseberang telepon.

"Dokter! Bagaimana suami saya dok!"

"Kak dokter sudah keluar sepertinya!" ujar Brian mendekati ponsel yang masih tersambung dengan Johnny. Berharap Julyan baik baik saja.

"Tidak jelas!" sarkas Yuta karna sama sekali tidak mendengar apapun.

"Kak.."

"Apa? Kenapa? Julyan baik baik aja kan?"

"Julyan koma.." ujar Johnny terdengar lirih.

Tyan mengusak kasar wajahnya, hatinya merasa hancur mendengar kabar buruk Julyan.

.

Marisa masih dalam posisi yang sama, terduduk sembari menatap pintu IGD yang masih tertutup, tangannya pun masih meremas bajunya dengan kuat, wajahnya pun lusuh.

Menit kemudian, pintu terbuka, Dokter keluar dengan pakaian serba hijau, ia berdiri langsung menghampiri dokter, begitu juga dengan Tyo, Johnny, Donny dan Putri.

"Dokter bagaimana suami saya dok?" tanya Marisa.

Dokter melepas maskernya, wajahnya tampak muram, "Operasinya berhasil, pasien benar benar terluka parah, pada bagian punggung dan kakinya, kondisinya saat ini sedang kritis bahkan detak jantungnya tidak stabil..."

"Terus gimana adik saya dok? Adik saya pasti sembuh kan?" sela Tyo.

"Saya minta maaf, tapi pasien mungkin koma.."

"Separah itu dok suami saya?"

"Saya benar benar minta maaf, tapi saya janji akan melakukan yang terbaik untuk suami anda.."

"Dokter! Berapapun biayanya tolong dok! Sembuhkan adik saya dok.." pinta Johnny.

"Saya bisa lihat suami saya dok?" lirih Marisa.

"Untuk saat ini tidak bisa, maaf... Karna saya harus memantau keadaannya dalam 30 menit ke depan, saya akan pindahkan pasien keruang ICU khusus.. Jadi silahkan menunggu," ujar Dokter.

"Sebentar saja dok..."

"Maaf tidak bisa... Saya permisi dulu."

Semua tampak lemas setelah mendengar kabar Julyan, bagaimana tidak.. Menunggu 4 jam dan hasilnya buruk, Marisa bahkan tidak bisa berkata apapun selain menyesali dirinya.

"Mari pak saya antar ke ruang ICU khusus.." ajak si perawat yang barusaja tiba.

Setelahnya mereka berjalan mengikuti arahan perawat, menuju ruang ICU khusus, mungkin agar bisa lebih mudah dokter memantau perkembangannya.

Setelahnya mereka sampai pada ruangan yang terbagi 2, beberapa sofa dan yang satu.. Ruangan khusus pasien, yang terpampang kaca besar agar bisa melihat pasien dari luar ruangan khusus.

Salah satu perawat itu menyibak horden yang menutupi ruangan khusus pasien, terlihat beberapa perawat tengah sibuk mengatur beberapa alat medis.

Salah satu perawat keluar, "Dokter memberi ijin masuk, tapi hanya untuk satu orang..." ujarnya.

"Terimakasih suster," ucap Donny.

Setelahnya beberapa perawat keluar ruangan dan membiarkan mereka didalam. Marisa membuka perlahan pintunya untuk melihat suaminya.

Tapi...

Wanita itu terduduk lemas saat melihat suaminya terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan terpasang beberapa alat medis ditubuhnya, dan bahkan tak memakai baju, hanya berbalut selimut dan beberapa alat menempel di dadanya.

"Kak!" Putri dengan sigap menangkap sang kakak yang hampir saja pingsan itu.

"Marisa... Masuklah.." titah Johnny.

Sementara Tyo keluar dari ruang ICU, lalu terduduk lemas. Rasanya tidak sanggup melihat adiknya terbaring lemah, 2 kali ia melihat adiknya seperti ini, pertama Hendra dan sekarang Julyan lalu siapa lagi yang akan seperti itu.

Tyo terisak pelan, merenungi kejadian hari ini, padahal ia barusaja melihat Julyan tadi pagi bahkan sebelum dirinya pulang dari kantor. Ia menyesal, kenapa tidak dirinya saja yang terbaring, kenapa harus adik adiknya, Tyo tidak mungkin sanggup, terlebih mungkin Julyan yang paling parah dibanding Hendra.

"Kenapa keluar?" tanya Donny sembari ikut duduk disamping Tyo.

"Kenapa tidak aku saja? Kenapa harus Julyan? Pertama Hendra sekarang Julyan!... Lalu siapa lagi yang akan seperti itu? Siapa?... Aku bahkan tidak sanggup melihatnya terbaring seperti itu..."

"Julyan pasti baik baik saja, aku yakin... Dokter pasti lakukan yang terbaik.." ujar Donny menenangkan Tyo meskipun saat ini juga ia sama cemasnya dengan Tyo, dan mungkin Donny pun sama pasti merasakan apa yang Tyo rasakan, karna ia pun seorang Kakak juga.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login