Chapter 40: Tengku Nik , Mr . Dingin
📌 PART 40
Semakin laju Nik melangkah meninggalkan cafe tersebut , Hazim pula turut mengejar langkah Nik yang hampir sampai di parking keretanya . Baru saja Nik ingin membuka pintu keretanya , Hazim lebih pantas menutup semula pintu Nik dengan kuat . "𝖠𝗌𝖺𝗅 𝗄𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝖽𝗂𝗇𝗀𝗂𝗇 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 ?" . Tanya Hazim dengan nada tercungap-cungap . "𝖪𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗄𝖺𝗎 𝗌𝗂𝗆𝗉𝖺𝗇 𝗀𝖺𝗆𝖻𝖺𝗋 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗁𝖺𝗇𝖽𝗉𝗁𝗈𝗇𝖾 𝗄𝖺𝗎 ?" . Soalan di balas dengan soalan , wajah bengis Nik sudah terpancar di mukanya . "𝖣𝖺𝗁 𝗅𝖺𝗆𝖺 𝗅𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗌𝗂𝗆𝗉𝖺𝗇 𝗀𝖺𝗆𝖻𝖺𝗋 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗁𝖺𝗇𝖽𝗉𝗁𝗈𝗇𝖾 𝖺𝗄𝗎 , 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝖽𝗂𝖺 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗂𝗌𝗍𝖾𝗋𝗂 𝗄𝖺𝗎 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝖭𝗂𝗄 . 𝖣𝖺𝗇 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 , 𝗄𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗉𝖺𝗌𝖺𝗅 𝗁𝗎𝖻𝗎𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝗂𝗍𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗇" . Sinis Hazim sambil memandang tepat anak mata Nik .
Nik terus memegang lehernya , badannya di sandarkan di keretanya , "𝖪𝖺𝗎 𝗌𝗎𝗄𝖺 𝖽𝖾𝗄𝖺𝗍 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗄𝖺𝗇 ? 𝖺𝗌𝖺𝗅 𝗄𝖺𝗎 𝖽𝗂𝖺𝗆 𝗃𝖾 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗎 𝗌𝗎𝗄𝖺 𝖽𝖾𝗄𝖺𝗍 𝖽𝗂𝖺 ?" . Tanya Nik sambil memeluk tubuh . "𝖧𝗎𝗁 , 𝗒𝖺𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗌𝗎𝗄𝖺 𝖽𝖾𝗄𝖺𝗍 𝖽𝗂𝖺 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄𝗍𝖺𝗎 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗂𝖺 𝗉𝗂𝗅𝗂𝗁 𝗄𝖺𝗎" . Balas Hazim mendengus kasar . "𝖧𝖺𝖻𝗂𝗌𝗍𝗎 , 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗄𝖺𝗎 𝖽𝗂𝖺𝗆 𝗃𝖾 , 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗐𝗂𝗇 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝖽𝗂𝖺 𝗍𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗄𝖺𝗎" . Tanya Nik lagi , pandangannya tetap di alihkan . "𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗂𝗌 𝗆𝗒 𝗆𝗂𝗇𝖾 . 𝖳𝖺𝗉𝗂 𝗄𝖺𝗎 𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝖽𝗂𝖺 𝖽𝗎𝗅𝗎" . Ucap Hazim .
"𝖬𝗒 𝗆𝗂𝗇𝖾 𝗄𝗈𝗇𝗈𝗇 ! 𝖪𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝗎 𝗆𝗂𝗅𝗂𝗄 𝗄𝖺𝗎 , 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖽𝗂𝖺 𝗍𝖺𝗄𝗎𝗍 𝖻𝗂𝗅𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗌𝗎𝗋𝗎𝗁 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗆𝖺𝗄 𝖺𝖻𝖺𝗁 𝗄𝖺𝗎 . 𝖬𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗍𝗎 , 𝖽𝗂𝖺 𝗀𝖾𝗅𝗂𝗌𝖺𝗁 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗄𝖾𝗋𝖾𝗍𝖺 𝖺𝗄𝗎 , 𝗌𝗂𝖺𝗉 𝗌𝗎𝗋𝗎𝗁 𝖺𝗄𝗎 𝖼𝗁𝖺𝗍 𝗄𝖺𝗎 , 𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗎 𝖺𝖽𝖺 𝗄𝖺𝗍 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝖺𝗍𝖺𝗎 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 . 𝖣𝗂𝖺 𝗌𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎𝗉 𝗍𝖺𝗎 𝗂𝗄𝗎𝗍 𝖺𝗄𝗎 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝖽𝖺𝗋𝗂𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗁𝖺𝗇𝗍𝖺𝗋 𝖽𝗂𝖺 𝗉𝖾𝗋𝗀𝗂 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗄𝖺𝗎 . 𝖲𝖾𝗅𝖺𝗆𝖺 𝗌𝖾𝗆𝗂𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗃𝗎𝗀𝖺𝗄 𝗍𝗎 𝖽𝗂𝖺 𝖽𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 , 𝖺𝗇𝖽 𝗍𝗁𝖾𝗇 , 𝖻𝗂𝗅𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄𝖽𝖾 𝗉𝗂𝗅𝗂𝗁𝖺𝗇 , 𝖺𝗄𝗎 𝗄𝖺𝗁𝗐𝗂𝗇 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖾𝖻𝖺𝖻 𝖺𝗄𝗎 𝗄𝖾𝗌𝗂𝖺𝗇 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝗎𝗅𝖺𝗂 𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺 . 𝖠𝗉𝖺 𝗆𝖺𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁 𝗄𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋𝗇𝗒𝖺 𝗁𝖺 ? 𝗄𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝖺𝖽𝖺 𝗌𝗈𝗋𝗈𝗄 𝖺𝗉𝖺-𝖺𝗉𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝗄𝖾 ? 𝖹𝗂𝗆 , 𝖺𝗄𝗎 𝖻𝖾𝗋𝗁𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗎 𝗌𝖾𝖻𝖺𝖻 𝖺𝗄𝗎 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗌𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗇𝗂" . Suara Nik sudah berubah jadi tegas .
Hazim menghembuskan nafasnya ke udara , nak tak nak Nik kena tau perkara sebenar . "𝖮𝗄 𝖿𝗂𝗇𝖾 ! 𝗁𝗎𝖻𝗎𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄𝖽𝖾 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗌𝗉𝖾𝖼𝗂𝖺𝗅 . 𝖣𝗂𝖺 𝗉𝗎𝗇 𝖺𝗇𝗀𝗀𝖺𝗉 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗄𝖺𝗐𝖺𝗇 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝗉𝖺𝗌𝗍𝗂 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗋𝖺𝗌𝖺𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋𝗇𝗒𝖺 . 𝖲𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗅𝖺 𝗌𝖺𝗍𝗎 𝗍𝖺𝗁𝖺𝗉 𝗇𝗂 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝗂 𝗎𝗃𝗂 .... 𝖺𝗄𝗎 𝗄𝖾𝗇𝖺 𝗆𝗂𝗇𝗎𝗆 𝖺𝗋𝖺𝗄 , 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄 , 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝗎𝗌𝗇𝖺𝗁 , 𝗌𝗈 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄𝗎𝗍 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗍𝗎 𝗃𝖺𝖽𝗂 , 𝖺𝗄𝗎 𝗉𝗎𝗇 𝗍𝖺𝗄𝗍𝖺𝗎 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗍𝖾𝗀𝗎𝗄 𝖺𝗋𝖺𝗄 𝗍𝗎 𝗌𝖾𝖽𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝗉𝗎𝗇 𝗍𝖺𝗄 𝗉𝖾𝗋𝗇𝖺𝗁 𝖭𝗂𝗄 . 𝖠𝗄𝗎 𝗆𝖺𝗅𝖺𝗌 𝗇𝖺𝗄 𝗎𝗇𝗀𝗄𝗂𝗍 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖾𝗇𝗒𝖺𝗄𝗂𝗍𝗄𝖺𝗇 𝗁𝖺𝗍𝗂 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝗍𝗎 , 𝖺𝗄𝗎 𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅-𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅 𝗍𝖾𝗋𝗉𝖺𝗄𝗌𝖺 . 𝖣𝖺𝗇 𝗉𝖺𝖽𝖺 𝗌𝖺𝗍𝗎 𝗍𝖺𝗁𝖺𝗉 𝗍𝗎 𝗃𝗎𝗀𝖺𝗄 , 𝖺𝗄𝗎 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗄𝖾𝖺𝖽𝖺𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝖺𝗁 𝗆𝖺𝖻𝗎𝗄 .. 𝖺𝗄𝗎 .. " . Cerita Hazim terus terhenti di situ . Nik mula mengangkat tubuhnya dari menyandar , bahu Hazim di tepuk kasar . "𝖳𝖾𝗋𝗎𝗌𝗄𝖺𝗇 𝖹𝗂𝗆 , 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝖺𝗉𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗅𝖾𝗉𝖺𝗌 𝗍𝗎 . 𝖭𝗈𝗐 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 ! 𝗍𝖾𝗅𝗅 𝗆𝖾 𝗇𝗈𝗐 !" . Bentak Nik sambil memegang kuat bahu Hazim .
"𝖠𝗄𝗎 𝗆𝗂𝗇𝗍𝖺 𝗆𝖺𝖺𝖿 𝖭𝗂𝗄 , 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄𝖽𝖾 𝗇𝗂𝖺𝗍 𝗉𝗎𝗇 𝗇𝖺𝗄 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗍𝗎 . 𝖪𝖾𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅𝖺𝗇 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝗍𝗎 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝗄𝗎𝗇𝖼𝗂 𝗉𝗂𝗇𝗍𝗎 , 𝗌𝗈 𝗍𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖾𝗋𝗀𝖾𝗅𝗂𝗇𝖼𝗂𝗋 𝖽𝖺𝗇 𝗌𝖾𝖼𝖺𝗋𝖺 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗇𝗀𝖺𝗃𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗌 𝗍𝗈𝗆𝖻𝗈𝗅 𝗉𝗂𝗇𝗍𝗎 𝖻𝗂𝗅𝗂𝗄 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 . 𝖠𝗄𝗎 𝖻𝖺𝗇𝗀𝗎𝗇 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗋𝖾𝖻𝖺𝗁 , 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖽𝖺𝗁 𝗍𝗂𝖽𝗎𝗋 𝗇𝗒𝖾𝗇𝗒𝖺𝗄 ... 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗄𝖾𝖺𝖽𝖺𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝖺𝗆𝖺𝗂 , 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝖺𝗌𝗎𝗄 𝖻𝗂𝗅𝗂𝗄 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝖺𝗄𝗎 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗂 𝗅𝖾𝗆𝖻𝗎𝗍 𝗋𝖺𝗆𝖻𝗎𝗍 𝖽𝗂𝖺 ..." . Hazim melepaskan lagi nafasnya , hatinya terasa sebak . Nik mulai bertindak di luar kawalan , kolar baju Hazim di genggam , "𝖢𝖺𝗄𝖺𝗉 𝖹𝗂𝗆 ! 𝖺𝗉𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗎 𝖽𝖺𝗁 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺 𝗆𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗍𝗎 ! 𝖡𝖺𝗀𝗂𝗍𝖺𝗎 𝖺𝗄𝗎 𝖹𝗂𝗆 ! 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺𝗆 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗇𝗂 ! " . Bengis Nik , mukanya sudah merah padam menahan marah nya .
Hazim mengangkat wajahnya , wajah Nik di tatap dengan lebih dalam , dia cuba mencari kekuatan untuk memberanikan dirinya . "𝖠𝗄𝗎 𝖻𝗎𝗄𝖺 𝗌𝖺𝗍𝗎 𝗉𝖾𝗋𝗌𝖺𝗍𝗎 𝖻𝗎𝗍𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝗍𝗂𝖽𝗎𝗋 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝗍𝗎 𝖽𝗂𝖺 𝗉𝖺𝗄𝖺𝗂 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 , 𝖻𝗂𝗅𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍𝗂 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗂𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗌𝖾𝖽𝖺𝗋 , 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗍𝗂𝗇𝖽𝗂𝗁 𝗍𝗎𝖻𝗎𝗁 𝖽𝗂𝖺 . 𝖬𝖺𝗌𝖺 𝗍𝗎 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗇𝖺𝗇𝗀𝗂𝗌 , 𝖽𝗂𝖺 𝗆𝖾𝗇𝗃𝖾𝗋𝗂𝗍 𝗆𝗂𝗇𝗍𝖺 𝖽𝗂 𝗅𝖾𝗉𝖺𝗌𝗄𝖺𝗇 . 𝖲𝖾𝖼𝖺𝗋𝖺 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗇𝗀𝖺𝗃𝖺 𝗅𝖺𝗀𝗂 , 𝖺𝗄𝗎 .. 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗆𝗉𝖺𝗋 𝖽𝗂𝖺 𝖭𝗂𝗄 .." . Sebak Hazim , tubir matanya sudah bergenang dengan air mata . "𝖲𝗂𝖺𝗅𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗎 𝖹𝗂𝗆 !" . Marah Nik dan terus menumbuk pipi Hazim . Rambut nya terus di ramas , "𝖠𝗎𝖼𝗁𝗁𝗁" . Ngadu Hazim sambil memegang pipi nya . Nik mula mencapai semula kolar baju Hazim , "𝖠𝗉𝖺 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗎 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺 𝗅𝖾𝗉𝖺𝗌𝗍𝗎 ! 𝗄𝖺𝗎 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝖹𝗂𝗆 !" . Bengis Nik sekali lagi . "𝖫𝖾𝗉𝖺𝗌 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗆𝗉𝖺𝗋 𝖽𝗂𝖺 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝗍𝗎 , 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗋𝖾𝖻𝖺𝗁 , 𝗂𝗍𝗎 𝗃𝖾 𝖭𝗂𝗄 , 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗆𝖾𝗅𝖾𝖻𝗂𝗁 𝗉𝗎𝗇 , 𝖺𝗄𝗎 𝗌𝗎𝗆𝗉𝖺𝗁 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗎" . Balas Hazim sambil mengangkat tangannya .
Sekali lagi tumbukan Nik melekat di pipi Hazim , marahnya sudah tidak dapat di kawal . "𝖠𝗋𝗀𝗁𝗁𝗁 ! 𝗄𝖺𝗎 .. 𝗄𝖺𝗎 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗃𝖾 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖻𝗂𝗇𝖺𝗍𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺 ! .. 𝗄𝖺𝗎 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗋𝖺𝗇𝗂 𝗍𝗎𝗇𝗃𝗎𝗄 𝗆𝗎𝗄𝖺 𝗄𝖺𝗎 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝖽𝖾𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄𝗇𝖺𝗄 𝗇𝖺𝗁𝖺𝗌 . 𝖠𝗄𝗎 𝖻𝖺𝗀𝗂 𝗄𝖺𝗎 𝗐𝖺𝗋𝗇𝗂𝗇𝗀 , 𝗄𝖺𝗎 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗋𝗇𝖺𝗁 𝖽𝖾𝗄𝖺𝗍 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺 𝗅𝖺𝗀𝗂 , 𝖺𝗍𝖺𝗎 𝗅𝖾𝖻𝗂𝗁 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗄 𝖺𝗄𝗎 𝗄𝖾𝗋𝗃𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗎 𝗅𝖾𝗉𝖺𝗌𝗇𝗂" . Ujar Nik sambil menuding jari ke arah wajah Hazim yang memegang pipinya . "𝖯𝖺𝗍𝗎𝗍𝗅𝖺𝖺 ! 𝗉𝖺𝗍𝗎𝗍𝗅𝖺𝖺 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺 𝗍𝖺𝗄𝗎𝗍 𝖻𝗂𝗅𝖺 𝗉𝗂𝗃𝖺𝗄 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗄𝖺𝗎 , 𝗋𝗎𝗉𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗂𝗍𝗎 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗎 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺 ! 𝖪𝖺𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄 𝗀𝗎𝗇𝖺 𝗅𝖺𝖺 𝖹𝗂𝗆 ! 𝖬𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗉𝗎𝗇 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝗅𝖺𝗒𝖺𝗄 𝗇𝖺𝗄 𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍𝗄𝖺𝗇 𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺 𝖽𝖺𝗋𝗂𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺 . 𝖪𝖺𝗎 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗀𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺 𝗅𝖺𝗀𝗂 , 𝖻𝖺𝗂𝗄 𝗄𝖺𝗎 𝖻𝗅𝖺𝗁 𝗃𝖺𝗎𝗁-𝗃𝖺𝗎𝗁 𝖽𝖺𝗋𝗂𝗉𝖺𝖽𝖺 𝗌𝗂𝗇𝗂 𝗌𝖾𝗅𝖺𝗀𝗂 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝖺𝗆𝗉𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗁𝖺𝗇 𝗉𝖺𝗇𝖺𝗌 𝖻𝖺𝗋𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎" . Kata Nik lagi yang cuba menahan marah nya , tubuh Hazim di tolak ke tepi dengan kasar , dia pun menaiki keretanya dan meluncur laju meninggalkan Hazim yang sedang kesakitan . "𝖬𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗉𝖺𝗍𝗎𝗍 𝗉𝗎𝗇 𝗄𝖺𝗎 𝗄𝖾𝗇𝖺 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗌𝖺𝗁 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖭𝗂𝗄 , 𝗄𝖺𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄 𝗀𝗎𝗇𝖺 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆" . Geram Hazim sendiri apabila teringatkan kejadian malam itu , bibirnya di sentuh sedikit dengan ibu jarinya dan ada cecair berwarna merah di hujung bibirnya . Pipi nya di tolak dari dalam menggunakan lidah nya , terasa rahang muka nya sakit bila di sentuh . "𝖠𝗁𝗁𝗁 , 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺 𝗍𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖭𝗂𝗄 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗋𝗎𝗌𝖺𝗄𝗄𝖺𝗇 𝗆𝗎𝗄𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗇𝗂" . Ngadu Hazim sekali lagi .
Kereta marcedes benz milik Nik mulai memasuki perkarangan rumah nya , dia mematikan enjin keretanya namun langkahnya belum keluar dari perut kereta . Stereng keretanya di pukul kuat , hatinya seperti di tusuk oleh sebilah parang tajam , nafasnya di lepaskan berat . "𝖪𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝗉𝖾𝗋𝗇𝖺𝗁 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝗉𝖺𝗌𝖺𝗅 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗇𝗂 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 ? 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗌𝗈𝗋𝗈𝗄𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 ? 𝗌𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎𝗉 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗌𝗂𝗆𝗉𝖺𝗇 𝗋𝖺𝗁𝗌𝗂𝖺 𝗇𝗂 𝖽𝖾𝗆𝗂 𝗍𝗎𝗍𝗎𝗉 𝗄𝖾𝖻𝗎𝗋𝗎𝗄𝖺𝗇 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆" . Keluh Nik dengan air mata yang mengalir di pipinya .
Humaira yang mendengar deruman bunyi kereta Nik tadi terus bersandar di belakang pintu bilik tetamu , dia takut berada di bilik Nik walaupun bilik itu sudah menjadi miliknya berdua . Dia mengetap bibirnya , mata nya di pejam kuat , kedua-dua tangannya di letakkan di dadanya . "𝖸𝖺 𝖠𝗅𝗅𝖺𝗁 𝗍𝗈𝗅𝗈𝗇𝗀 𝗅𝖺𝖺 𝗄𝗎𝖺𝗍𝗄𝖺𝗇 𝗁𝖺𝗍𝗂 𝗄𝗎" . Doa Humaira ringkas . "𝖬𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗆𝖺𝗇𝖺 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖭𝗂𝗄 𝖽𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗎 𝗉𝖾𝗋𝗄𝖺𝗋𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋 . 𝖧𝖺𝗋𝗂 𝗇𝗂 𝖽𝗂𝖺 𝗄𝖺𝗍𝖺 𝖽𝗂𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋 𝗃𝗎𝗆𝗉𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗐𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺 , 𝗉𝖺𝗌𝗍𝗂 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 𝗍𝖾𝗋𝗅𝗂𝖻𝖺𝗍 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗅𝗂 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗉𝖾𝗋𝗃𝗎𝗆𝗉𝖺𝖺𝗇 𝗍𝗎 . 𝖬𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗆𝖺𝗇𝖺 𝗇𝗂 , 𝖭𝗂𝗄 𝗉𝖺𝗌𝗍𝗂 𝖿𝗂𝗄𝗂𝗋 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖺𝗄𝗎 𝗌𝗈𝗋𝗈𝗄𝗄𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗇𝗂 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺" . Kata Humaira berdebar-debar . Bahu nya terinjut apabila mendengar bunyi pintu utama di hempas kuat , "𝖭𝗂𝗄 𝖽𝖺𝗁 𝗆𝖺𝗌𝗎𝗄 , 𝖺𝗉𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗆𝖾𝗌𝗍𝗂 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝗇𝗂" . Gelabah Humaira , kepala nya di pegang sambil memikirkan sesuatu . Dia mulai memulas tombol pintu apabila mendengar bunyi derapan kaki di tangga , "𝖡𝗂𝗌𝗆𝗂𝗅𝗅𝖺𝗁" . Ucap Humaira sambil menarik nafas .
Sewaktu tangannya menutup semula pintu , dia tergamam apabila melihat Nik memandang nya . Dia pun memberanikan dirinya mendekati Nik , namun Nik sama sekali tidak mengendahkan Humaira dan terus memasuki biliknya . Humaira pantas mengejar Nik yang sudah memasuki separuh biliknya , "𝖠𝖻𝖺𝗇𝗀 ! 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗇𝖺𝗄 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝗌𝗂𝗄𝗂𝗍 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀" . Berani Humaira bersuara yang berdiri di depan pintu . Nik sama sekali tidak memandang Humaira , jaket nya di buka lalu di gantungkan semula . Bulat mata Humaira apabila melihat Nik membuka baju dalamnya , bukan tak biasa nampak tubuh sasa milik Nik , tapi hari ini tiba-tiba rasa berdebar . "𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗇𝖺𝗄 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝖺𝗉𝖺 ? 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝗅𝖺𝖺" . Kata Nik sambil duduk di birai katil memandang Humaira yang masih tercegat di depan pintu . '𝘺𝘢𝘢 , 𝘤𝘯𝘧𝘮 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩 , 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘵𝘪𝘮𝘦 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘨𝘪' . duga Humaira dalam hati . Dia menelan air liurnya pahit , perlahan-lahan dia berjalan mendekati Nik yang tidak lepas memandangnya .
"𝖪𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖾𝗇𝖺 𝗌𝗈𝗋𝗈𝗄 𝗉𝖾𝗋𝗄𝖺𝗋𝖺 𝗍𝗎 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 ?" . Sahut Nik sambil memandang Humaira tajam . Langkah Humaira terus terhenti tepat di hadapan Nik dengan jarak satu meter , Humaira mengangkat wajahnya bagi melihat wajah kacak Nik . "𝖤𝗋𝗋𝗄 , 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋𝗇𝗒𝖺 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗇𝖺𝗄 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗇𝗂 𝖽𝖺𝗁 𝗅𝖺𝗆𝖺 , 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗄𝗂𝗍𝖺 𝗄𝖺𝗁𝗐𝗂𝗇 𝗅𝖺𝗀𝗂 . 𝖳𝖺𝗉𝗂 𝖺𝖽𝖺 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗃𝖾 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗁𝖺𝗅𝖺𝗇𝗀 𝗉𝖾𝗋𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 . 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗇𝖺𝗄 𝗌𝗈𝗋𝗈𝗄 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 , 𝖼𝗎𝗆𝖺 .. 𝖼𝗎𝗆𝖺 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄𝗎𝗍 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝖻𝖾𝗋𝗌𝖾𝖽𝗂𝖺" . Jawab Humaira gugup , tangannya di genggam kuat . Nik pun mulai bingkas bangun menghampiri Humaira , "𝖧𝖺𝗋𝖺𝗉 𝗃𝖾 𝗉𝖺𝗄𝖺𝗂 𝗍𝗎𝖽𝗎𝗇𝗀 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖽𝗂𝗋𝗂 𝗍𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝗅𝖺𝗒𝖺𝗄 𝗅𝖺𝗇𝗀𝗌𝗎𝗇𝗀 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗉𝖺𝗄𝖺𝗂 𝗍𝗎𝖽𝗎𝗇𝗀 . 𝖯𝖺𝗍𝗎𝗍𝗅𝖺 𝖻𝖾𝗋𝖺𝗇𝗂 𝗍𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅 𝗌𝗂𝗇𝗂 , 𝗋𝗎𝗉𝖺𝗇𝗒𝖺 𝖽𝖺𝗁 𝗉𝖾𝗋𝗇𝖺𝗁 𝗄𝖾𝗇𝖺 𝗌𝖾𝗇𝗍𝗎𝗁" . Sindir Nik sambil berbisik di telinga Humaira .
Laju Humaira mengangkat wajahnya , sebak di dadanya terus mematikan kata-katanya , air mata mulai bertakung di tubir matanya . Bibirnya di ketap sambil menahan tangisan yang tidak lama akan gugur , "𝖭𝖺𝗄 𝗇𝖺𝗇𝗀𝗂𝗌 ? 𝗇𝖺𝗇𝗀𝗂𝗌 𝗃𝖾𝗅𝖺𝖺 . 𝖳𝖺𝗄 𝗉𝖺𝗒𝖺𝗁 𝗇𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗁𝖺𝗇 𝖻𝖺𝗀𝖺𝗂 , 𝗌𝗂𝗄𝖺𝗉 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝖽𝗂𝗋𝗂 𝗍𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝖺𝗂𝗇𝗄𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗋𝖺𝗇𝖺𝗇 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋" . Sinis Nik lagi sambil menunjuk dada Humaira . Akhirnya , air mata yang di tahan sudah membasahi pipi nya , dadanya turun naik menahan kesakitan dari kata-kata yang di ajukan oleh suaminya . "𝖢𝖺𝗄𝖺𝗉𝗅𝖺 , 𝗍𝖺𝖽𝗂 𝗄𝖺𝗍𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝗄𝖺𝗇 , 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗂𝖺𝗆 ? 𝗍𝖺𝗄𝗍𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝖺𝗉𝖺 ? 𝗁𝗎𝗁 , 𝖻𝖾𝗋𝖺𝗇𝗂 𝗅𝖺 𝗌𝗂𝗄𝗂𝗍 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗌𝗎𝖺𝗋𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗁𝖺𝗍𝗂 𝗍𝗎" . Kata Nik lagi yang mengundang kemarahan Humaira . '𝘣𝘦𝘵𝘶𝘭 𝘭𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘤𝘢𝘬𝘢𝘱 , 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘢𝘳𝘢 𝘯𝘪 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘕𝘪𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘢𝘳𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘛𝘦𝘯𝘨𝘬𝘶' . bisik hati Humaira lagi , pandangannya terus di alihkan dari menatap wajah bengis Nik .
"𝖪𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄𝖽𝖾 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝖽𝗂 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 , 𝗂𝗍𝗌 𝗈𝗄𝖾𝗒 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗉𝗎𝗇 𝖽𝖺𝗁 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗋 𝖽𝖺𝗋𝗂𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 , 𝖼𝗎𝗄𝗎𝗉 𝗉𝗎𝖺𝗌 𝗃𝗎𝗀𝖺𝗄𝗅𝖺 𝗌𝖾𝖻𝖺𝖻 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗌𝖺𝗁 𝖽𝗂𝖺 𝖼𝗎𝗄𝗎𝗉-𝖼𝗎𝗄𝗎𝗉" . Sahut Nik lagi sambil memasukkan tangannya ke dalam poket seluarnya , dia tidak lagi berganjak dari sisi Humaira . "𝖡𝖺𝗀𝗎𝗌𝗅𝖺 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖺𝗁 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗌𝖺𝗁 𝖽𝗂𝖺 𝖼𝗎𝗄𝗎𝗉-𝖼𝗎𝗄𝗎𝗉 , 𝖽𝖺𝗇 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗇𝗂 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖺𝗉𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 ? 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗇𝗂 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝗌𝗈 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄𝖽𝖾 𝗁𝖺𝗄 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁 𝗄𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 . 𝖬𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 𝗌𝖾𝗇𝗍𝗎𝗁 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖽𝗂𝖺 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗇𝗍𝗎𝗁 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝖺𝗉𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 . 𝖠𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗁𝗂𝗇𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗍𝗎𝖽𝗎𝗇𝗀 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗉𝖺𝗄𝖺𝗂 𝗌𝖾𝗅𝖺𝗆𝖺 𝗇𝗂 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗁𝗂𝗇𝖺 𝗆𝖺𝗋𝗎𝖺𝗁 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗌𝖾𝗈𝗅𝖺𝗁-𝗈𝗅𝖺𝗁 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗉𝖺𝗅𝗂𝗇𝗀 𝖻𝖺𝗂𝗄 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝖽𝗎𝗇𝗂𝖺 𝗇𝗂 . 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗅𝗎𝗉𝖺 𝗃𝖺𝗇𝗃𝗂 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 , 𝖽𝖺𝗁 𝖻𝖾𝗋𝗄𝖺𝗅𝗂-𝗄𝖺𝗅𝗂 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗇𝖺𝗄 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗇𝗂 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄𝖽𝖾 𝗆𝖺𝗌𝖺 , 𝖽𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖼𝗎𝗆𝖺 𝗉𝖾𝗋𝗅𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗇𝗂 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄𝗍𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝗎𝗅𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗆𝖺𝗇𝖺 . 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄𝗍𝖺𝗎 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 𝗄𝖾𝗇𝖺 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗍𝗎 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝗆𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗍𝗎 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗎 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗅𝗎𝗉𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗄𝗎𝗇𝖼𝗂 𝗉𝗂𝗇𝗍𝗎 𝗁𝖺𝖻𝗂𝗌 𝗆𝖺𝗄𝖼𝗂𝗄 𝖹𝖺𝗂𝗍𝗎𝗇 𝖽𝖺𝗍𝖺𝗇𝗀 𝖻𝗂𝗅𝗂𝗄 . 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅-𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅 𝗅𝗎𝗉𝖺 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄𝗍𝖺𝗎 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗍𝗎 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗃𝖺𝖽𝗂 , 𝗌𝗎𝗆𝗉𝖺𝗁 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 , 𝗌𝗎𝗆𝗉𝖺𝗁 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄𝗍𝖺𝗎 . 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗎 , 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝗉𝖺𝗇𝖽𝖺𝗂 𝗇𝖺𝗄 𝗃𝖺𝗀𝖺 𝗆𝖺𝗋𝗎𝖺𝗁 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗌𝗂𝖺𝗉𝖺 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝗁𝗎𝗄𝗎𝗆 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗇𝗂" . Terang Humaira dengan nada yang sayu .
Nik kelihatan mati kata-kata serta tergamam mendengar hujah daripada Humaira , dia cuma memandang ke arah lain tanpa melihat wajah Humaira yang sedang menangis . "𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 𝖽𝖺𝗁 𝗃𝖾𝗅𝖺𝗌𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗇 , 𝗌𝗈 𝗍𝖺𝗄𝖽𝖾 𝖺𝗉𝖺 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗇𝖺𝗄 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 , 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 𝗍𝖺𝗆𝗉𝖺𝗋 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗌𝖾𝖻𝖺𝖻 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄𝗇𝖺𝗄 𝖽𝗂𝖺𝗆 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖾𝗍𝖺𝗉 𝗉𝖾𝗋𝗍𝖺𝗁𝖺𝗇𝗄𝖺𝗇 𝖽𝗂𝗋𝗂 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗅𝖺 𝗌𝖺𝗍𝗎 𝗍𝖺𝗁𝖺𝗉 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 𝗋𝖾𝖻𝖺𝗁 𝖺𝗍𝖺𝗌 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗍𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅 𝖽𝗂𝖺𝗆 𝗃𝖾 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗅𝖺𝗋𝗂 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗍𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅𝗄𝖺𝗇 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗍𝗎 𝗍𝖺𝗇𝗉𝖺 𝗉𝖺𝗆𝗂𝗍 . 𝖠𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖿𝖺𝗁𝖺𝗆 𝗄𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗋𝖺𝗌𝖺𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝗌𝖺𝗄𝗂𝗍 𝗍𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄 , 𝖽𝖺𝗇 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝗍𝗎 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖺𝗍𝖺𝗇𝗀 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖿𝗂𝗄𝗂𝗋 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖾𝗅𝖺𝗆𝖺𝗍 𝖻𝗂𝗅𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 . 𝖲𝖾𝗅𝖺𝗆𝖺 𝗌𝖾𝗆𝗂𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗍𝗎 𝗃𝗎𝗀𝖺𝗄 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝖻𝖺𝗀𝗂𝗍𝖺𝗎 𝗌𝗂𝖺𝗉𝖺-𝗌𝗂𝖺𝗉𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖽𝗎𝖽𝗎𝗄 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 . 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗆𝖾𝗇𝗀𝖺𝗄𝗎 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁 𝗌𝖾𝖻𝖺𝖻 𝗍𝖺𝗄 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝗅𝖺𝗇𝗀𝗌𝗎𝗇𝗀 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 , 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗉𝗎𝗇 𝖽𝗂 𝗍𝖾𝗆𝗉𝖺𝗍 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗉𝖺𝗌𝗍𝗂 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖺𝗆𝖺" . Terang Humaira sambil memegang kedua-dua lengan Nik . "𝖣𝖺𝗁 𝗁𝖺𝖻𝗂𝗌𝗄𝖺𝗇 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 , 𝗋𝗂𝗆𝖺𝗌" . Kata Nik dan terus melepaskan tangan Humaira dan berlalu ke bilik air .
Humaira terus di serbu serba salah , hatinya semakin sakit menahan layanan Nik terhadapnya , air matanya laju di kesat . Langkahnya terus di atur ke bilik tetamu semula , tempat pertama dia tempati . Tangannya mengunci pintu biliknya , dia bersandar di belakang pintu dan terus terduduk menangis . Kata-kata Nik tadi terus menyiat-menyiat jantungnya , mukanya di tutup dengan kedua telapak tangannya . Tangisannya semakin kuat , terhinjut-hinjut bahunya menahan tangisnya yang semakin jelas terasa sakitnya . "𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘢𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘔𝘢𝘪𝘳𝘢𝘩 , 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯 𝘢𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘔𝘢𝘪𝘳𝘢𝘩" . Tersedu sedan Mairah berbicara dalam hatinya .
Weekly Power Status
-- Power
Ranking 
-- Power
stone