Download App
48.93% A CEO WIFE NOTE (Bahasa Indonesia) / Chapter 23: Kepergian Catline

Chapter 23: Kepergian Catline

"Hans kemana ya? Kenapa dia ga pulang-pulang? Hans semalaman bermalam di mana? Apa iya dia sama Emily semalaman ini?" pikir Aleysa di dalam hatinya.

Tidak lama kemudian Hans pulang ke rumah. Aleysa yang sedang mengkhawtirkannya langsung merasa lega ketika melihat kepulangan Hans ke rumahnya. Aleysa langsung terbangun dari duduknya dan langsung menghampiri Hans dengan senyuman yang indah yang selalu Aleysa berikan untuk Hans. Walaupun Hans tidak pernah bersikap baik dengannya.

"Hans? Kamu udah pulang?"

Ketika Aleysa bertanya dengan baik-baik kepada Hans, Hans justru menjawabnya dengan sangat ketus. Hans memang tidak pernah menghargai Aleysa sedikit pun sebagai istrinya.

"Bukan urusan kamu. Kamu ga usah urus urusan aku. Lebih baik kamu urus aja urusan kamu sendiri."

Tidak lama kemudian datang Catline yang sudah mendengar pembicaraan antara Aleysa dan Hans barusan. Catline yang merupakan orang emosional langsung terbawa emosi ketika Hans berbicara kasar seperti itu kepada kakaknya.

"Kak Hans cukup ya. Kak Hans ga seharusnya jawab kasar seperti itu. Kak Hans bisa ga si jawabnya yang lembut sedikit gitu sama kakak aku? Dia itu sekarang adalah istri kak Hans loh."

"Kamu juga. Kamu ga usah ikut campur masalah aku dan kakak kamu."

"Oh jelas itu jadi masalah aku juga lah. Kak Hans ga malu apa nanti kalo ada orang yang tahu semua ini. Kak Hans itu bermain wanita lain di belakang istrinya sendiri."

Hans sudah merasa sangat emosi dengan sikap Catline kepadanya. Hingga akhirnya Hans hampir saja menampar pipi Catline dengan tangannya. Tetapi entah kenapa Hans mengurungkan niatnya itu. Tiba-tiba saja tangan kanannya berhenti tepat di depan wajah Catline.

"Kenapa berhenti? Tampar aja aku kak. Tampar sepuas kakak."

"Kamu ini."

"Udah cukup. Stop. Catline. Kamu ga boleh bersikap seperti itu. Biar bagaimana pun kak Hans itu adalah kakak ipar kamu. Kamu harus hormati dia."

"Kakak ipar yang seperti apa dulu yang harus aku hormati. Kalo kakak ipar seperti ini ga perlu di hormati."

Kemudian setelah itu Catline masuk ke dalam kamarnya. Catline sudah malas bertengkar dengan Hans.

"Catline.... Tunggu dek," panggil Aleysa yang hanya di abaikan oleh Catline.

"Kamu liat sendiri kan adik kamu itu seperti apa? Dia itu udah kurang hajar sama aku. Lebih baik kamu kasih tau adik kamu itu gimana caranya sopan santun."

"I... Iya Hans. Atas nama adik aku, aku minta maaf ya Hans sama kamu. Maafin adik aku."

"Alah. Udah lah."

Hans pun ikut pergi meninggalkan Aleysa di halaman rumah. Hans masuk ke dalam kamarnya. Dan Aleysa terduduk kembali di kursi halaman depan rumahnya Hans.

"Ya Tuhan. Kuatkan lah aku untuk mengahadapi sikap suamiku sendiri," ucap Aleysa di dalam hatinya.

Tidak lama kemudian Catline keluar dari dalam kamarnya. Dia membawa tas besar di punggungnya. Seperti orang yang sedang ingin pergi dari rumah.

"Catline. Kamu mau kemana?" tanya Aleysa dengan sangat khawatirnya.

"Aku mau pergi aja kak dari sini. Aku udah ga tahan sama semua orang yang ada di sini. Apalagi kak Hans. Dia itu udah jahat sama kakak, sama aku. Jadi lebih baik kakak juga ikut aku ya. Kita pergi dari sini. Kakak ga usah urusin kak Hans lagi."

"Engga, dek. Kakak ga bisa tinggalin kak Hans gitu aja. Karena status kakak dengan kak Hans masih sah menjadi suami istri. Kakak ga mau jadi istri yang durhaka sama suami."

"Yaudah kalo kakak ga mau ikut sama aku, biar aku aja sendiri yang pergi dari sini."

Ketika Aleysa dan Catline sedang meributkan masalah kepergian Catline, Hans datang menghampiri mereka berdua. Bukannya menghalangi Catline supaya tidak pergi dari rumah itu, Hans justru menanganinya supaya Catline benar-benar pergi dari rumah itu.

"Biarin aja dia pergi dari sini. Orang yang ga sopan santun seperti ini untuk apa ada di sini?"

"Hans. Kamu ga boleh bicara seperti itu ke adik aku," jawab Aleysa.

"Kenapa ga boleh? Emang kenyataannya seperti itu kan?"

"Oke kalo emang maunya kak Hans seperti itu. Aku akan pergi dari rumah ini. Aku juga udah ga tahan tinggal di rumah ini. Kak Aleysa, kakak jaga diri baik-baik ya di sini."

"Engga dek. Kamu ga boleh pergi."

"Maafin aku kak. Aku pamit."

"Catline.... Catline jangan pergi dek..."

Aleysa terus meneriaki Catline. Tetapi Catline tetap tidak mendengarkannya. Catline tetap pergi dari rumah itu. Apalagi setelah Hans menantangnya untuk benar-benar pergi dari rumah itu. Catline yang sudah terpancing emosi pun benar-benar pergi dari sana. Walaupun sebenarnya dia juga tidak tahu harus pergi kemana.

"Hans. Itu Catline pergi beneran. Dia mau kemana coba? Dia kan ga ada saudara lagi selain aku. Kenapa kamu tega si Hans bicara seperti itu ke dia?"

"Kenapa kamu jadi salahin aku? Dia sendiri yang mau pergi dari sini. Udah deh, ga usah di tangisan kaya gitu. Nanti juga dia pulang lagi ke sini. Aku mau pergi dulu."

"Kamu mau kemana lagi Hans?"

"Kemana aja itu bukan urusan kamu."

Sekarang Hans pergi meninggalkan Aleysa juga. Padahal Aleysa sedang kebingungan dengan kepergian Catline dari rumah itu. Tetapi Hans tidak mempedulikannya sama sekali.

"Ya ampun dek. Kamu kemana? Jangan bikin kakak khawatir."

Aleysa terus mencoba untuk menghubungi Catline. Tetapi tidak ada jawaban juga darinya. Bahkan handphone Catline saat ini tidak aktif.

"Aku ga bisa diam aja seperti ini. Aku harus cari Catline."

Akhirnya Aleysa memutuskan untuk pergi mencari Catline. Setelah mengambil tasnya di dalam kamar, Aleysa pun pergi mencari Catline dengan menggunakan mobil taksi. Aleysa terus mencari keberadaan Catline walaupun sebenarnya dia sendiri tidak tahu pergi kemana Catline kali ini.

*******

Hans ternyata pergi ke sebuah toko perhiasan. Dia sedang memilih kalung untuk diberikan kepada seseorang. Hans memilih sebuah kalung dengan liontin yang sangat cantik.

"Pasti Emily suka sama liontin ini," ucap Hans di dalam hatinya.

Ternyata Hans membelikan liontin indah itu untuk Emily. Hans ingin memberikan kepdanya sebagai ucapan permintaan maaf kepadanya atas apa yang sudah dilakukan oleh Nenek dan keluarganya yang lain kepada Emily. Ketika Emily di usir dari rumah Hans pada malam itu.

Harga liontin itu padahal tidak main-main. Liontin itu di bandrol dengan harga 1 milyaran. Tetapi Hans tetap membelikannya untuk Emily. Karena yang terpenting bagi Hans kali ini adalah mendapatkan kata maaf dari Emily dan bisa memperbaiki hubungannya dengan Emily. Hans memang rela melakukan apa saja demi Emily. Tetapi tidak berlaku untuk Aleysa.

-TBC-


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C23
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login