"Nenek?"
"Aleysa. Kamu ga apa-apa sayang?"
"Engga. Aku ga apa-apa kok, Nek."
Kemudian Neneknya Hans langsung menghampiri orang-orang yang sudah membicarakan Aleysa yang tidak-tidak. Nenek Hans adalah orang yang sangat di hormati di kantor itu. Ketika dia menghampiri karyawannya, semua karyawannya pun langsung berdiri tegap menghadap Neneknya Hans.
"Eh kalian itu jangan asal bicara ya. Aleysa itu tidak merebut Hans dari siapapun itu. Apalagi dari Emily. Emangnya Hans dan Emily sudah resmi menikah? Atau hanya sekedar tunangan? Engga kan. Jadi Aleysa ga salah. Jangan asal bicara kalian semua."
"Maaf kan kami, Bu. Kami hanya mendengar berita itu saja yang sedang panas di kantor."
"Jangan percayakan gosip itu. Itu hanya gosip. Jika terdengar ada yang membicarakan Aleysa seperti itu lagi, siap-siap kalian semua saya pecat. Hormati Aleysa. Karena dia adalah istri dari Boss kalian. Paham kalian?"
"Paham, Bu," jawab semua karyawan secara bersamaan.
"Bagus kalo gitu. Aleysa, sekarang kita ke ruang kerja Hans ya."
"Eh, ga usah, Nek. Lebih baik kita pulang aja yuk, Nek."
"Udah lah kamu ga usah tutupin kebusukan suami kamu itu. Dia lagi sama Emily kan di dalam? Ayo kita masuk ke ruangannya sekarang."
"Ta... Tapi, Nek."
"Udah, ayo."
Neneknya Hans menarik tangan Elysa supaya dia mau masuk ke dalam ruang kerja Hans. Di dalam ruangannya ternyata masih ada Emily yang terduduk di atas meja kerja Hans. Hans dan Emily yang melihat kedatangan Neneknya di sana pun sangat terkejut.
"Hans," panggil Neneknya.
"Nenek? Kok Nenek bisa ada di sini si Nek?" tanya Hans.
"Sudah lah kamu ga usah banyak tanya. Kenapa kamu tega memperlakukan istri kamu seperti itu? Teganya kamu membela wanita seperti ini daripada istri kamu sendiri."
"Oh jadi kamu udah berani ngadu ke Nenek ya Aleysa."
"Aleysa ga ngadu ke Nenek sama sekali. Nenek sengaja mengikuti Aleysa dari belakang karena Nenek khawatir jika kamu memperlakukan Aleysa dengan tidak baik. Ternyata kekhawatiran Nenek benar. Kenapa si kamu itu tergila-gila banget sama wanita ini."
"Nek, Nenek kan tau sendiri kalo Emily itu adalah kekasih aku. Aku udah cukup lama dekat sama Emily. Dan tiba-tiba aja aku di paksa nikah gitu aja sama wanita yang ga aku cintai. Bahkan yang belum aku kenal sebelumnya."
"Maka dari itu kamu harus kenalan dan membuka hati kamu untuk Aleysa. Dan Emily, kenapa kamu masih di sini? Keluar kamu. Kamu udah ga ada kepentingan apa-apa lagi kan di sini."
Emily sangat kesal dengan sikap Neneknya Hans kepada dirinya. Tetapi Emily juga tidak bisa apa-apa. Akhirnya Emily keluar juga dari ruang kerja Hans.
"Baik, Nek. Saya permisi dulu Nek, Pak Hans."
"Sudah pergi kamu. Tidak usah banyak bicara."
Sekarang di ruang kerja Hans hanya ada Hans, Aleysa dan Neneknya. Hans juga sangat emosi dengan perlakuan Neneknya kepada dirinya dan juga Emily. Tetapi Hans tidak bisa berkutik ketika semua itu menyangkut Neneknya.
"Nek. Nenek kenapa si ga bisa bersikap baik ke Emily? Emangnya Emily itu salah apa si sama Nenek sampai Nenek seperti ga suka gitu sama Emily?" tanya Hans.
"Kamu sendiri. Kenapa kamu ga suka sama Aleysa? Aleysa itu salah apa?"
Hans hanya terdia mendapat pertanyaan yang sama dari Neneknya.
"Sudah kamu jangan banyak bicara. Sekarang kamu makan masakannya Aleysa itu. Kasihan dia udah bawain makanan jauh-jauh untuk kamu."
"Tapi aku udah kenyang, Nek. Tadi kan aku habis makan sama Emily."
"Iya, Nek. Ga usah ga apa-apa. Jangan di paksa Mas Hans nya kalo emang dia udah kenyang. Kan makanannya bisa di masak ulang di rumah. Lebih baik sekarang kita pulang aja yuk, Nek."
"Beruntung kamu sekarang Hans karena Aleysa belain kamu. Yaudah kalo gitu kita pulang sekarang. Nenek dan Aleysa pulang dulu ke rumah. Kamu jangan macam-macam di sini. Dan kamu harus pulang sebelum jam makan malam. Nenek ga mau tau."
"Iya, Nek."
Akhirnya Aleysa dan Neneknya pulang ke rumah. Sedangkan Hans masih harus menyelesaikan pekerjaannya di kantor.
"Nenek suruh aku pulang sebelum jam makan malam lagi. Padahal kan aku udah janji sama Emily kalo aku mau makan malam berdua sama dia di luar. Gimana dong?" pikir Hans.
******
Sesampainya di rumah, Neneknya Hans sangat sibuk mengurus sesuatu. Dia sengaja menyewa wedding organizer siang ini. Rumahnya sekarang ini terlihat sangat indah dengan dekorasi yang begitu mewah. Belum lagi makanan yang sangat enak semuanya di hidangkan di sana.
"Mom. Mommy mau buat acara apa? Siapa yang ulang tahun emangnya?" tanya Mamahnya Hans.
"Ini semua tuh acara untuk Aleysa dan Hans. Mereka berdua kan belum di buatkan pesta pernikahannya. Nenek mau malam ini mereka berdua meryakan pernikahan mereka. Gimana?"
"Ide bagus, Mom. Aku setuju sama ide Mommy."
"Ya harus itu dong. Mommy juga udah mengundang keluarga dan beberapa kerabat kerja."
"Iya, Mom. Yaudah kalo gitu aku mau siap-siap juga. Aku harus terlihat cantik malam ini, hehe."
"Harus dong. Yuadah sana."
"Bye, Mom."
"Bye. Aleysa. Aleysa," teriak Neneknya.
Tidak lama kemudian Aleysa datang menghampiri Neneknya.
"Iya, Nek. Ada apa Nenek teriak-teriak panggil Aleysa?"
"Hari ini kita ke salon ya. Ajak Catline juga."
"Ke salon? Emangnya mau ada acara apa Nek? Ini juga kenapa rumahnya di dekor seperti ini?"
"Iya. Nenek sengaja melakukan ini semua untuk acara pernikahan kamu dan Hans. Pernikahan kamu dan Hans kan belum di buatkan pesta. Jadi Nenek baurkan acaranya malam ini."
"Hmmm, kayanya ga usah deh Nek. Ga usah berlebihan seperti ini. Lagipula, Mas Hans belum tentu setuju kan sama semua ini. Kalo Mas Hans justru menjadi marah gimana, Nek?"
"Engga akan. Nenek pastikan Hans ga akan marah sama siapapun apalagi sama kamu. Udah, sekarang kamu dan Catline siap-siap. Kita ke salon siang ini juga."
"I.... Iya, Nek."
Ternyata keinginan Neneknya Hans lagi-lagi tidak bisa di ganggu gugat lagi. Aleysa hanya bisa menuruti apa yang dilakukan oleh Neneknya Hans kali ini. Aleysa dan Catline bersiap-siap untuk pergi ke salon bersama dengan Nenrjnga Hans siang ini.
"Nenek itu baik banget sama aku dan Catline. Dia begitu perhatian ke kita berdua. Tapi sekarang ini aku juga takut kalo Mas Hans marah sama aku karena aku setuju sama semua ide Nenek. Gimana ya? Semoga aja Mas Hans ga marah deh. Semoga aja justru Mas Hans bisa membuka hatinya untuk aku setelah acara ini," pikir Aleysa di dalam hatinya.
Setelah itu Aleysa memanggil Catline untuk bersiap-siap juga untuk berangkat ke salon siang ini.
"Catline..... Dek...."
-TBC-