Download App
10.63% A CEO WIFE NOTE (Bahasa Indonesia) / Chapter 5: Pesan Ayah

Chapter 5: Pesan Ayah

"Udah lah Hans. Kamu terima aja pernikahan ini."

Emily yang tidak setuju dengan keputusan dari Mamahnya Hans itu pun langsung angkat bicara.

"Tante yang benar aja Tante? Hans itu kan calon suami aku. Masa sekarang Hans nikah sama orang lain si Tante. Terus nasib aku gimana Tante?"

"Mau gimana lagi? Ga ada pilihan lain lagi kan. Hans. Kamu harus menikahi wanita itu. Atau kamu mau di kurung di dalam penjara?" ucap Mamahnya sambil berbisik-bisik kepada Hans.

Hans masih bingung. Tetapi memang tidak ada jalan lain kecuali harus menikah dengan Aleysa jika dia tidak mau di penjara. Hingga akhirnya Hans menerima permintaan itu.

"I... Iya, oke. Saya akan menikahi anak Bapak nanti. Saya janji."

"Apa? Kamu ini apa-apaan si Hans. Kenapa kamu terima permintaan bodoh itu? Terus gimana nasib aku, Hans?" protes Emily.

"Terus aku harus gimana lagi? Emang ga ada pilihan lagi, Emily."

"Udah lah lagi Emily. Kamu itu ga usah kebanyakan protes. Kamu itu pacarnya Hans kan? Seharusnya kamu bisa support Hans ketika Hans dalam keadaan seperti ini."

"Ga bisa gitu dong Tante. Saya itu kan masih punya perasaan. Saya sakit hati loh di giniin, Tante."

Kemudian setelah itu Emily pergi begitu saja meninggalkan ruangan itu. Hans yang sangat ingin mengejarnya tetapi di tahan oleh Mamahnya. Karena Mamahnya menyuruhnya untuk mengurus semua masalah ini terlebih dahulu. Karena masalah kali ini lebih penting daripada permasalahan cintanya dengan Emily.

"Emily, tunggu," teriak Hans.

"Udah lah Hans kamu ga usah ngejar dia lagi. Lebih baik kamu urusin dulu masalah kamu yang satu ini."

Hans hanya terdiam. Kali ini giliran Aleysa yang angkat bicara.

"Ayah. Kasihan kekasihnya Mas Hans. Sepertinya dia sangat sakit hati sekali. Apa Ayah ga mau urungkan niat Ayah untuk menikahkan aku dengan Mas Hans? Karena aku sebagai wanita juga merasakan rasa sakitnya dari kekasih Mas Hans," jelas Emily.

Tetapi Ayah Aleysa tetap ingin Alesya menikah dengan Hans. Bahkan Ayah Aleysa ingin melihat pernikahan mereka sekarang ini juga di hadapannya.

"Keputusan Ayah sudah bulat, nak. Bagaimana kalo pernikahan kalian berdua sekarang ini aja? Secara sederhana aja. Yang penting sah. Karena Ayah mau melihat anak Ayah menikah."

"Apa? Sekarang?" teriak Hans dan Aleysa berbarengan karena sangat terkejut dengan pernyataan Ayahnya barusan.

"Iya. Ayah maunya sekarang."

"Tapi Ayah..."

Semakin Hans dan Aleysa menolak permintaannya, rasa sesak di dalam dada Ayah Aleysa semakin terasa. Dia juga sangat terlihat sedang memendam rasa sakitnya. Membuat Aleysa merasa tidak tega dengannya dan akhirnya menerima semua permintaan Ayahnya. Sedangkan Hans menerima permintaannya karena Hans tidak mau masuk penjara jika Ayah Aleysa sampai meninggal dunia.

Hans menyiapkan semuanya untuk menikah dengan Aleysa. Walaupun pernikahan ini secara mendadak, tetapi Hans juga menyiapkan beberapa seserahan untuk diberikan kepada Aleysa. Pernikahan Hans dan Aleysa sangat sederhana. Tidak ada pakaian mewah, tempat mewah, makanan yang enak-enak untuk di hidangkan, apalagi kedatangan para sahabat dan saudara dari kedua belah pihak. Karena pernikahan ini memang sangat dadakan. Tetapi walaupun begitu tetap ada beberapa keluarga dekat Hans dan Aleysa yang datang untuk menjadi saksi di pernikahan mereka berdua.

Hans dan Aleysa duduk di samping Ayahnya. Kemudian Hans menjabat tangan Ayahnya Aleysa. Walaupun dia sedang dalam keadaan yang tidak sehat seperti ini tetapi dia masih ingin untuk menikahi anak sulungnya itu sendiri.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Aleysa Dhiranti binti Davin Noor di bayar tunai."

"Bagaimana? Sah? Sah?"

"Sah...."

"Syukur lah...."

Sekarang Hans dan Aleysa sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Hans dan Aleysa saling menatap satu sama lain. Tetapi Hans langsung membuang wajahnya begitu saja. Sangat terlihat jika Hans tidak mempunyai perasaan apapun dengan Aleysa. Tetapi Aleysa memakluminya. Karena pernikahan mereka ini memang bisa dibilang adalah pernikahan yang di paksa. Sehingga Hans belum bisa menerima Aleysa dengan seutuhnya. Begitupun sebaliknya.

"Syukur lah sekarang kalian berdua udah sah menjadi suami istri. Ayah bahagia banget liat kalian berdua seperti ini," ucap Ayah Aleysa.

Setelah itu kondisi Ayah Aleysa semakin memburuk. Nafasnya sudah tidak teratur lagi. Membuat Aleysa dan Catline sangat khawatir dengan keadaan Ayahnya kali ini.

"Ayah? Ayah kenapa? Aku panggilin Dokter dulu ya."

"Sebentar, nak. Ayah mau bicara sama kamu, Catline dan Hans. Nak Hans, tolong jaga anak sulung saya ini ya. Jangan pernah kamu sakiti dia."

Hans hanya terdiam. Karena Hans tidak mempunyai perasaan apa-apa dengan Aleysa. Sehingga Hans juga tidak bisa membuat janji seperti itu. Kemudian Ayah Aleysa melanjutkan pembicaraannya.

"Aleysa. Kamu juga harus jaga Catline. Begitupun sebaliknya. Kalian harus saling menjaga satu sama lain ya kalo nanti Ayah udah ga ada."

"Ayah. Ayah itu bicara apa si? Ayah pasti sehat lagi. Ayah pasti sembuh. Ayah ga boleh bicara seperti itu," jawab Catline sambil menangis.

Ayah mereka hanya tersenyum. Kemudian dia menghembuskan 2 kali nafas untuk yang terakhir kalinya. Alat yang terpasang pada tubuh Ayah mereka berhenti berfungsi. Aleysa dan Catline sangat panik. Kemudian Aleysa berteriak memanggil Dokter untuk segera menangani Ayahnya.

"Dokter.... Dokter... Tolong Ayah saya, Dokter...."

Tidak lama kemudian Dokter datang ke ruangan itu. Semua orang yang ada di dalam sana di perintahkan untuk keluar ruangan terlebih dahulu. Supaya Dokter bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

Di luar ruangan, Aleysa, Catline, bahkan Hans dan Mamahnya juga sangat khawatir dengan keadaan Ayah mereka.

"Kak. Gimana kalo terjadi apa-apa sama Ayah? Aku ga mau sampai kehilangan orang yang aku sayang lagi setelah Ibu," ucap Catline sambil menangis sesenggukan.

"Kamu ga boleh bicara seperti itu de. Kita do'akan yang terbaik aja untuk Ayah. Semoga Ayah ga kenapa-kenapa."

Tidak lama kemudian Dokter tadi keluar dari dalam ruangan dengan raut wajah yang di tekuk. Membuat semua orang khawatir dengan keadaan Ayah mereka sekarang ini. Aleysa, Catline, Hans dan Mamahnya menghampiri Dokter itu.

"Dokter. Gimana keadaan Ayah saya? Ayah saya baik-baik aja kan Dok?" tanya Aleysa.

"Iya, Dok. Ayah saya baik-baik aja kan Dok? Gimana Dok?" sambung Catline

Tetapi Dokter itu justru hanya diam. Membuat Aleysa dan Catline semakin khawatir dengan keadaan Ayahnya sekarang ini.

"Gimana Dok? Kenapa Dokter diam aja? Ayah saya baik-baik aja kan Dok?" tanya Catline kembali untuk memastikan.

Dokter itu menghela nafasnya dan kemudian menjelaskan tentang keadaan Ayah mereka kepada semua orang yang ada di sana.

"Sebelumnya saya minta maaf. Ayah kalian tidak bisa kami selamatkan."

-TBC-


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login