Download App
84.61% Foxy Lady And Mr. Tiger / Chapter 22: Murka

Chapter 22: Murka

Baru beberapa hari Ellina mengatakan hal tersebut. Sekarang dia sudah pusing dengan dirinya sendiri yang memang tidak bisa mencium aroma wangi menyengat. Padahal Ellina dulu begitu menyukai parfum dengan aroma menyengat.

Terpaksa beberapa koleksi parfum miliknya disegel dulu untuk beberapa waktu. Agar mereka tidak mendengar suara muntahan Ellina terus menerus.

"Parfum itu semuanya parfum mahal, tidak ada yang dibawah dua digit. Ellina akan sangat sayang membuangnya," ucap Yorsa ketika membereskan banyak parfum milik Ellina.

Kelen yang memperhatikan hal itu dengan seksama sampai menganga lebar. Segitu banyaknya koleksi parfum milik Ellina, karena Pewangi milik Ellina begitu banyak.

Tidak heran Kelen sampai merasa uang Ellina tidak akan habis untuk membeli apapun.

Ellina keluar dari kamar tepat setelah dia bangun tidur. Dia menatap Yorsa dan Kelen dengan tatapan mengernyit, tidak biasanya mereka berdua akan akrab seperti ini.

"Apa yang sedang kalian berdua lakukan?"

"Jangan mendekat!" Tukas Yorsa yang tidak ingin mendengar suara muntah milik Ellina.

"Ada ap---huekk!"

Ellina langsung berlari kecil ke wastafel karena mencium aroma wangi dari parfum. Yorsa memutar bolamatanya jengah, sudah dia katakan daritadi kenapa Ellina tidak mau menurut?

Kelen dengan cepat menyusul untuk membantu Ellina mengeluarkan isi perutnya. Walaupun Kelen hanya melihat cairan bening yang tidak dia pahami sama sekali itu namanya apa?

"Apa yang ingin kamu lakukan dengan semua parfumku!"

Ellina bertanya dengan suara keras karena jarak mereka yang lumayan jauh. Belum lagi terhalang satu tembok.

"Aku hanya menyimpannya! Kamu tenang saja, semua ini parfum mahal dan juga ada beberapa dari brand terkenal yang menjadikanmu ambasador mereka."

"Bagus."

Ellina mendengar dengan jelas ketika dia sudah mendekat dan duduk di kursi depan meja makan. Melihat buah-buahan diatas meja dengan lapar.

"Kelen aku bisa minta tolong padamu untuk membuka kulitnya?" Tanya Ellina pada Kelen.

Kelen menganggukkan kepalanya dan mengambil buah jeruk yang ada ditangan Ellina. Dengan segera Kelen membuka jeruk tersebut.

Memberikan setiap potongannya kepada Ellina dengan patuh. Semenjak mengetahui Ellina hamil dan juga memilih mempertahankannya, tidak ada lagi Kelen pembangkang dan yang ada hanya Kelen yang patuh.

"Terima kasih."

"Sama-sama Ratu."

Ellina mendengus, "kenapa kamu masih memanggilku seperti itu?" Keluhnya.

"Memangnya harus apa? Saya memang sudah sepantasnya memanggil anda dengan formal seperti ini."

Ellina terdiam sejenak, namun kembali menggeleng dan menatap Kelen dengan serius. Dia tidak mau bayang-bayang Eyden terlintas ketika Kelen memanggilnya Ratu.

"Tidak! Mulai sekarang panggil saja Ellina, jangan sungkan. Kalau kamu masih seperti itu, aku tidak akan mengajakmu bicara," ancam Ellina.

Kelen tidak punya daya lagi selain menganggukkan kepalanya pasrah. Lagipula dia tidak masalah kalau memang Ellina menginginkan dirinya memanggil seperti itu kepada Kelen.

Ellina dan Kelen berada dalam kecanggungan setelah itu. Baik Ellina maupun Kelen, sama-sama diam bergelut dengan pikirannya masing-masing.

Kemudian Yorsa datang setelah menyegel barang-barang Ellina dan mendekati mereka berdua.

"Apa yang sedang kalian berdua lamunkan?"

Ellina menoleh kemudian berdecak, "tidak ada sangkut-pautnya dengan kamu."

Yorsa memutar bolamatanya jengah, "ada, kamu lupa dengan tawaran drama yang sudah kamu terima? Syutingnya dua minggu lagi, kamu yakin bisa menahan mual di rumah sakit, belum lagi waktu syuting bisa saja tiga bulan atau lima bulan, bagaimana dengan perutmu?"

Ellina menatap Yorsa tajam ketika mendengar pertanyaan bertubi yang bahkan belum bisa Ellina jawab satu persatu.

"Bisakah kamu bertanya baik-baik?"

"Maksudku begitu banyak pertanyaan yang kamu katakan, aku sampai bingung harus menjawab yang mana?" Ellina meletakkan kedua tangannya di pinggang sembari menatap tajam ke arah Yorsa.

Wanita itu menyengir lebar, "maaf, kekhawatiranku banyak untukmu. Apalagi sekarang kamu sedang ... Yah aku hanya bingung bagaimana bisa menyesuaikan jadwalmu."

Ellina tau betul mungkin memang Yorsa yang akan kerepotan dengan segala urusannya. Mengingat dia adalah manajer dari Ellina.

"Tenang saja, aku sudah tidak terlalu mual. Mungkin bisa aku tahan, dan aku akan usahakan syutingnya cepat selesai. Karena aku melihat episodenya tidak banyak."

"Lalu kalau ada adegan ciuman bagaimana?"

Mendengar ada kata ciuman Kelen sontak menoleh dengan tatapan keheranannya. Bagaimana bisa ada adegan seperti itu di dalam drama yang mereka bicarakan?

"Tidak banyak hanya mengecup dan terjadi sebanyak empat kali, kamu tidak usah khawatir. Tau sendiri aku juga tidak suka dengan drama yang punya banyak adegan ciuman."

Yorsa menghela nafasnya lega. Sampai sekarang mereka belum tau Siapa pemeran utama pria, karena acara pembacaan naskah akan dilaksanakan dua hari lagi.

"Apakah Cecil sebelumnya menerima tawaran drama seperti ini?"

"Tidak, sepertinya dia tidak mendapat tawaran drama apapun yang bentrok dengan jadwalmu, karena memang syuting dramanya sedang berlangsung. Tenang saja kamu tidak akan bertemu dengannya, aku pastikan itu."

Kelen dengan cepat menimbrung, "Ratu, anda harus menjaga perasaan Raja karena---"

"Sudah aku bilang jangan panggil aku seperti itu!" Tegas Ellina.

Kelen berdecak, "sudah terbiasa, tapi tolong jangan banyak melakukan kontak dengan lelaki lain."

"Kenapa memangnya, dia juga tidak akan tahu."

Kelen terdiam dengan wajah cemas setelahnya. Sepertinya Kelen belum memberitahu kalau Eyden punya sebuah ilmu sihir, entahlah intinya dia punya kepekaan yang tinggi akan sesuatu. Walaupun Kelen belum tau pasti itu apa?

***

Mereka berada dalam masa berkabut karena kepergian Ratu dan juga adik dari Raja Eyden. Mereka belum tau pasti apakah memang kabur atau tersesat, yang jelas sampai sekarang mereka belum menemukan titik terang dari kasus ini.

Sampai sekarang mereka tidak berani menyinggung soal Ratu ketika ada Raja Eyden. Karena setelah permasalahan dengan suku bulan, Raja Eyden memilih untuk merenung dan memikirkan lagi bagaimana cara menemukan Ratu mereka.

Eyve sang pelayan Ratu tampak merasa sangat bersalah. Kalau dia bisa menjaga Ratu dengan baik, mungkin dia tidak akan menghilang seperti ini.

Eyve tidak bisa pergi ke kamar Ratunya dulu karena sudah ditempati Raja mereka. Terlihat Raja Eyden begitu merindukan Ratu Ellina sampai dia sendiri tidak bisa lepas dari aroma Ratu Ellina yang masih melekat di sana.

"Raja Eyden sangat mencintai Ratu Ellina, mereka adalah sepasang kekasih yang begitu romantis. Sayang Ratu Ellina tiba-tiba menghilang, bahkan bersama dengan Kelen. Ck, aku rasa Kelen sengaja membuat Ratu Ellina menghilang."

Eyve tidak sengaja dengar kalau mereka sedang membicarakan tentang Kelen, "kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?"

"Karena dari awal Kelen terlihat tidak menyukai Ratu Ellina. Kita semua tau itu dengan jelas Eyve, apalagi kamu bilang Kelen sempat bertindak tidak hormat."

"Tapi bukan seperti itu maksudnya."

Wanita yang menjadi lawannya bicara menatap Eyve dengan penasaran, "Memangnya kamu tau apa yang terjadi?"

Eyve terdiam, namun satu hal yang pasti tidak mereka ketahui. Eyve memang berspekulasi kalau Ratu Ellina kabur bersama Kelen, karena ada sepucuk surat yang diberikan Kelen sebelum pergi saat itu.

Kalau Eyve memberikannya kepada Raja Eyden, maka pemimpinnya itu sudah pasti sangat murka.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C22
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login