Download App
27.96% Lady Renee / Chapter 33: Pilihan Ratu 1 

Chapter 33: Pilihan Ratu 1 

Siapa dia?

Semua orang kini memiliki pertanyaan yang sama di benak mereka, termasuk Renee sendiri, ia bahkan tidak pernah berpikir jika ia akan menanyakan hal ini pada dirinya suatu hari nanti.

Ia hanya seorang aktris, hanya itu. Pekerjaannya tidak akan jauh dari panggung teater, ia suka merias wajahnya menjadi orang lain, ia suka mengenakan gaun yang berbeda-beda dan bersikap yang berbeda-beda pada lawan mainnya.

Ia hanya seorang aktris, bukan orang yang istimewa.

Tapi setelah beberapa kejadian yang terjadi di kota Dorthive, Renee mulai merasa kehilangan dirinya, sebenarnya ia siapa dan apa tujuan Ratu mengirimnya kemari?

"Renee ...."

Bella yang melihat Renee melamun langsung menyentuh tangannya, wanita itu tersentak dan mengedipkan matanya beberapa kali.

"Aku tidak tahu," kata Renee pada akhirnya sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam, ia mengusap lehernya yang terasa dingin. "Aku benar-benar tidak tahu."

Mereka berempat kembali terdiam dan saling melirik tanpa mengucapkan sepatah kata pun, suasana makan mereka mulai terasa canggung.

Ketika mereka selesai, Renee melihat Bella meminum anggur lagi di sudut, lalu ia beralih ke Dylan dan Leo, dua orang itu tidak mencegah atau menegur, sepertinya mereka sudah terbiasa dengan apa yang dilakukan Bella, status pelayan pada wanita itu sama sekali tidak ada artinya.

Renee diam dengan dua jari jemari saling bertaut, mencoba mencari jawaban untuk dirinya sendiri, ia tidak ingat banyak tentang masa kecilnya, apalagi sang Ibu. Hanya Ayah, Ibu tiri dan saudara tiri saja yang ia ingat.

Ingatannya benar-benar buruk kalau mengenai keluarga. Tapi ada satu hal yang Renee yakini, ia sama sekali tidak memiliki sesuatu yang istimewa, bahkan keuangan keluarganya juga bukan hal yang istimewa.

"Jangan terlalu dipikirkan," kata Dylan yang berdiri di depan Renee, ia melempar pedang pendek yang Renee ambil di dinding. "Mungkin itu hanya kebetulan … mungkin juga kalau Ivana belum menggunakan kekuatannya untukmu."

Renee melirik Leo yang acuh di sudut paling gelap, ia tidak tahu apakah saat ini, laki-laki itu mendengar atau tidak. Tapi apa yang dikatakan oleh Dylan memang ada benarnya juga, mungkin saja.

"Sebentar lagi matahari terbenam." Bella melangkah menuju lemari, menutup rapat-rapat semua anggur yang ada di dalam sana, seakan takut ada yang mencuri, "Sayangku, aku akan kembali lagi dan meminum kalian satu persatu, tetap aman di sini."

Renee menggenggam pedang pendek di tangannya dengan erat dan menarik napas. Leo berjalan pelan ke sisinya dan melirik wanita itu.

"Kalau kau tidak sanggup, katakan saja."

"Tidak, aku akan membantu."

Renee menggelengkan kepalanya dengan pelan, ini semua bukan hanya untuk menyelamatkan Leo, tapi juga orang-orang yang ada di kota Dorthive, bahkan Duchess Celia yang baik hati pun sekarang mungkin menjadi monster di luar sana.

Renee tidak punya kesempatan menanyakan keadaan sang Duchess pada Dylan, mungkin nanti ia akan bertanya.

"Kita keluar atau tunggu mereka datang dan menghabisi kita?"

Leo menatap ke atas anak tangga, pintu kayu yang ada di atas sana telah tertutup rapat dan masih menyisakan bekas air yang mengalir.

"Kita keluar," kata Leo dengan suara tertahan, Bella mendecih pelan lalu berjalan di depan lebih dulu.

Dylan di samping Renee tersenyum, seakan menghibur semua orang tanpa suara. Renee menelan ludah lagi, ia menatap semua orang dengan lekat, entah kenapa ia merasa dirinya tidak akan bisa bertemu mereka lagi dalam waktu dekat.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh." Leo yang ada di depan mendengkus, Renee membulatkan matanya dan menatap punggung laki-laki itu. "Kita hanya harus fokus pada mereka, bukan hal lain."

"Aku tahu."

Renee menarik napas dalam-dalam, Bella mengangkat tangannya dan tangannya berubah menjadi besar dan hitam, menghantam penghalang yang selama ini melindungi mereka.

BRAK!

Air memercik kemana-mana dan membuat mereka basah, Dylan dan Leo langsung melompat keluar.

Renee masih tidak bisa melepaskan rasa kagetnya pada perubahan Bella, ia mengikuti wanita itu di belakang dengan terseok-seok.

Bella tersenyum miring, belum sempat ia mengucapkan sepatah kata pun, sesuatu yang berwarna hitam sudah melesat.

BRAK!

"Awas!"

Bella berguling, Renee menghindar ke depan dan menemukan jika sekarang mereka semua telah dikeliling oleh para monster.

Lebih tepatnya mereka telah ditunggu untuk keluar.

"Cepat sekali, sepertinya ada yang tidak sabar untuk bertarung." Bella terkekeh dan bangkit sambil menghentakkan kakinya, matanya melirik Renee. "Jangan melihatku, fokus sana!"

"Hah ... ya." Renee tergagap, ia memang pernah melihat perubahan monster ketika di hutan sebelumnya, tapi itu adalah orang yang tidak ia kenal sama sekali dan merasa takjub ketika melihat Bella.

"Renee, matamu …." Dylan mengeluh, Leo menarik Renee menghindari monster yang tiba-tiba saja meloncat ke arah mereka, laki-laki itu memutar pedangnya.

"Maaf, aku tidak fokus." Renee menarik napas lagi, ia melirik ke sekitar, mencoba mencari-cari sosok Ivana di antara semua monster yang mulai berlompatan ke arah mereka semua.

"Tetap di belakangku sambil mencari Ivana, lihat saja dan jangan khawatirkan hal lain!"

Leo menarik Renee lagi sambil mengayunkan pedang, Renee mengangguk tanpa suara dan berusaha keras melihat ke segala penjuru, sesekali ia mengayunkan pedang pendek yang ada di tangannya untuk menghadang para monster yang ingin mencakar, meski ia tahu kalau semua ini adalah manusia, tapi Renee tidak merasa ia harus memiliki rasa sakit di hatinya.

Mungkin karena ia belum mengenal mereka.

"Tuan!"

Satu monster yang berdiri di ujung lorong berteriak dengan mata yang melotot, giginya yang panjang itu terlihat saling gemerutuk hingga menimbulkan bunyi yang keras. "Tuan, kau harus ... bertanggung ... jawab!"

Para monster yang sedari tadi menyerang mulai berteriak dan mereka lebih beringas, mata mereka semua melotot dan kuku-kuku yang menggeret lantai itu mulai memanjang, di sela-sela gigi mereka mengeluarkan air liur.

"Tanggung … jawab! Tanggung … jawab …." Monster besar itu meraung, kemudian kedua kakinya menghentak ke lantai dan mulai berlari dengan cepat menuju Leo yang ada di depan Renee.

"Gawat, Leo!" Bella yang masih sibuk dengan monster lain memekik.

Suara langkah monster besar itu menggema, menghentak di lantai dan membuat apa pun yang ada di dekatnya bergetar hebat, hiasan lampu yang ada di atas langit-langit sana bergerak tanpa henti.

"Renee, larilah," kata Leo sambil melirik Renee. "Cepat cari Ivana dan ... tolong tusuk jantungnya."

"Tapi …." Renee terkejut dengan situasi yang mendadak ini, ia menatap ngeri dengan monster yang berlari seperti anjing ke arah mereka. "Bagaimana kalau kau …."

Bagaimana ada manusia sebesar monster itu?

Renee berkeringat dingin, di antara semua monster mungkin hanya inilah yang membuatnya merasa mereka bukan manusia sama sekali.

"Lari!" teriak Leo lagi. "Cepat lari dan jangan menoleh ke belakang!"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C33
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login