Anya muncul dengan berkacak pinggang.
"Tentu saja kamu harus bilang sama Nabila sejujurnya," ulang Anya.
Wanita itu mendekat. "Apa kau tahu? Nabila menangis dari tadi, dia kira kamu menolaknya," lanjutnya dengan kesal.
"Ha? Dia nangis?" ulang Ahmad.
"Iya! Buruan ke sana, sebelum dia berubah pikiran dan benci sama kamu," saran Anya.
Ahmad langsung berlari ke arah pemukiman, meninggalkan sejoli yang kini duduk berhadapan.
"Kalian ngomongin apa?" tanya Anya.
Jefri menghela napas berat. "Ngomongin nasib yang sama," jawabnya.
Anya terkesiap. "Siapa yang nggak ngerestuin hubungan mereka?" tanyanya lagi.
"Ibunya Ahmad," jawab Jefri. Pria itu lalu menatap lekat sang kekasih dan merengkuh rahang Anya. "Tapi tenang aja, meski kita juga belum ada kepastian dari Om Indro. Aku tetap bakalan berusaha buat bikin Om Indro mau ngerestuin hubungan kita," lanjutnya dengan pasti.
Anya tersenyum, dengan manja ia menyadarkan pipinya ke telapak tangan Jefri.