Sinta mengalihkan perhatiannya ke Anya dan Boni yang masih pingsan. Ia memeriksa keadaan Anya, lantas duduk dengan cemas menunggu pria yang tiba-tiba mengusik hatinya itu.
Punggung Iko sudah menjauh, akan tetapi debar di hati Sinta masih terdengar. Ia bingung kenapa tiba-tiba dirinya begitu, padahal dia sering bertemu dengan Iko dan tak pernah terjadi apapun.
'Fokus Sinta, fokus!' batinnya mengingatkan diri.
1 jam menunggu dengan cemas di dalam mobil, Iko kembali bersama Indro membawa satu gembes penuh bahan bakar. Mata Sinta tak lepas dari Iko yang sedang membantu Indro di samping mobil.
Pria itu nampak bersinar di pagi hari yang begitu cerah, meski ada bekas darah hitam di rahangnya, hal itu malah menambah keseksian Iko. Sinta terpana dibuatnya, baru pertama kali itu ia melihat seorang pria yang begitu bersinar dan tampan secara bersamaan.