/ Others / Graffiti Of Life
Synopsis
Cerita ini hanya fiksi belaka, Tak ada niatan dari kisah nyata dari kehidupan author. Hanya melihat dari gambaran hidup seseorang yang di kutif dari hayalan.
You May Also Like
Share your thoughts with others
Write a reviewAuthor Riska_fauziah
Kring…kring…kring… Bel berbunyi. Pagi hari berbunyi tiga kali sebagai tanda masuk ke kelas untuk belajar. Dua kali untuk tanda istirahat. Dan tiga kali di waktu siang sebagai tanda bahwa jam sekolah sudah selesai. Siang ini Pak Robbi menyuruh kami maju ke depan satu persatu, menyetor hapalan surat Juz Amma. Dan begitu bel tersebut dibunyikan, kulihat teman-teman langsung kasak-kusuk di bangku masing-masing. “Baiklah, anak-anak. Bapak rasa cukup sekian dulu untuk hari ini. Bagi yang belum kena giliran maju ke depan, tolong dilancarkan hapalannya di rumah!” Kemudian Pak Robbi mengemas semua buku-buku di mejanya dan setelah mengucapkan salam, beliau lalu keluar. Aku mengambil bukuku dari bawah meja dan ku masukkan ke dalam tasku yang resleting-nya sudah terbuka. Aku ingat tas ini dibelikan ayahku saat aku baru masuk sekolah dan tentu saja masih aku pakai sampai saat ini. Hmmm aku jadi rindu ayah hehe... * * Siang itu, selepas pulang sekolah. Rumah kecil ini begitu terasa luas lantaran hanya ada kami berdua yaitu aku dan bibiku. Sebuah televisi yang kini ku tuju. Tv ini menjadi satu-satunya hiburan kami setelah pulang dari aktifitas hiruk pikuk. Sofa yang cukup empuk dan segelas minuman Dingin menemani siang ini bersama acara televisi acara makan-makan yang penyiarnya selalu saja bilang “enak” meski baru satu . Di ruang ini remote tv terkadang menjadi seperti benda ghaib yang kasap mata karena sering terselip dibawa kemana-mana. Chanel tv selalu ku ganti setiap kali iklan untuk mencari siaran televisi yang masih menghibur. “tok, tok, tok” ketukan pintu terdengar memecah focus. “assalamualaikum,..” sembari pintu dibuka. Ternyata Rara, dia akan menginap malam ini kebetulan besok adalah hari libur. "Rara...! " kaget "Assalamualaikum nyonya Adira" Tersenyum meledek "Waalaikumsalam. katanya malam ini kamu gak mau nginep, kenapa berubah pikiran?" "Nyonya Adira gak mungkin kan aku menolak tawaran sahabatku ini" sebari memegang rambut lurusku "Oke lah kalo begitu awas ya kalo aneh-aneh" "Hrrrrrrr... aneh kenapa?" "Abisnya sikafmu akhir2 ini aneh sihh gara-gara kakak kelas itu ya... " "Ya... Abang ganteng uuuhhhh... aku sukaa dia" memeluk bantal dengan senyum sumringah "Isss gak waras niii bocah" menggeleng gelengkan kepala heran Ya, itulah temanku sekaligus sahabatku Rara dia orangnya asik, tapi akan jadi gila kalo melihat cowok tampan sedikit. Berasa ingin memiliki tapi tak ada cowok yang melirik. Kasihan sekali kau wanita pejuang hati yang sakit. "Waktunya makan... Adira ajak temanmu itu makan" bibi yang berteriak di ruang makan "Aku datang, Rara ayoo makan" "Siap nyonya untuk urusan perut aku duluan" berlari menuju ruang makan "Yaaaa... Dasarr wanita anehh...tunggu aku" aku berlari menyusul Inilah yang kami tunggu-tunggu, nasi padang dengan kuah santan yang menggiurkan. Sudah sering bibi membuat makanan yang selalu enak-enak. Ya, tentu saja enak karena kami makan saat perut benar-benar kelaparan. Rara pun sudah sangat sering numpang makan di rumahku. Aku selalu bersyukur dalam satu bulan kedepan kini tersisa 29 hari untuk menunggu ayah pulang banyak hal yang bisa aku lakukan bersama bibi dan juga Rara. Walupun di hidupku tidak ada seorang ibu tapi aku memiliki bibi. Bibiku bernama Arum dia adik perempuan dari ayahku, bibiku berumur 25 tahun dia belum menikah dan berkeluarga hmmm... entah kenapa padahal umurnya sudah matang untuk menikah