BAB 254.
Memang enggan rasanya melepaskan genggaman tangan ini. Dua telapak tangan yang sedikit berbeda dari wanita lain pada umumnya. Bukan telapak tangan yang digunakan untuk menyulam atau menulis kaligrafi, melainkan memegang senjata tajam untuk menebas musuh-musuhnya.
Kedua telapak tangan ini tidak lembut. Lebih kasar dan terkadang terasa dingin. Namun, kedua telapak tangan ini yang malah memberikan kehangatan pada Bei Yin. Ketika mengelus kepalanya, terasa beban akan kehidupan ini menghilang dalam sekejap. Semua persoalan yang menganggu, dianggap ringan untuk dihadapi.
Itulah kekuatan seorang Ibu. Bei Yin merasa menjadi lebih kuat dan tentram dengan menggenggam kedua tangan Ibunya.
Namun, sekarang harus melepaskannya lagi. Meski telah diajak untuk tinggal lebih lama, demi keamanan dan kebaikan dua kerajaan, Bei Yin tidak ingin menjadi egois. Dia pun memilih untuk pergi sekarang kembali ke Kerajaan Qin.