Download App

Aku ingin pulang

"Kurung dia dan awasi! Jika sampai dia melarikan diri lagi, kalian yang akan menanggung akibatnya. Mengerti?!"

"Mengerti, Tuan."

"Bagus. Aku ada rapat penting di kantor. Tuan besar sedang di rumah sakit, jadi kalian harus pastikan gadis itu baik-baik saja sampai tuan besar pulang," kata Zayden.

"Baik, Tuan."

Zayden melangkah pergi dengan wajah tersenyum. Pria yang selama ini dikenal dingin, pendiam, dan arogan itu tiba-tiba tersenyum. Membuat para pelayan dan pengawal yang tak sengaja melihat pun ketakutan.

Setelah pria itu pergi dengan mobilnya, para pelayan itu berkerumun.

"Kalian melihatnya?"

"Ya, aku melihatnya," jawab mereka.

"Tuan muda Zayden tiba-tiba tersenyum. Dia tidak pernah tersenyum selebar itu selama ini. Aku … tiba-tiba merasa takut," ucap pelayan itu sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Benar sekali. Aku merasa senyumannya sangat manis, tapi seperti ada suatu rencana dalam senyuman itu."

"Apa yang kalian lakukan? Bubar! Bukannya kerja malah menggosip." Pengawal membubarkan para pelayan. Lalu, ia bergumam, "Senyum pria dingin dan arogan memang selalu mengundang kecurigaan. Tapi, ah … tidak ada urusannya denganku." 

Pengawal itu kembali ke tempatnya. Ia dan satu pengawal lainnya sedang bertugas menjaga pintu kamar di mana Zesa dikurung. Gadis itu terus berteriak minta dilepaskan, tapi semua juga tahu kalau itu hal yang mustahil. Sebagai pewaris tunggal yang telah lama dicari-cari, ia tidak akan semudah itu bebas.

***

"Kau harus bangun, Kemala. Ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu," ucap Damar di samping tubuh wanita itu.

Kemala terbaring di ruang ICU karena serangan jantung. Dokter memberitahu kabar yang tidak baik tentang kondisi kesehatan wanita itu. Kemala tidak memiliki harapan hidup yang panjang karena penyakit jantung yang dideritanya sudah terlalu parah.

"Tidak bisakah melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawanya, Dokter? Berapa pun biayanya akan saya bayar," ucap Damar dengan wajah putus asa.

Ia terpisah dengan Kemala selama dua puluh dua tahun lebih. Selama orang tuanya masih hidup, Damar tidak pergi mencari wanita itu karena takut keadaannya berbahaya. Setahun setelah berpisah dengan Kemala, orang tua Damar meninggal, dan laki-laki itu bercerai dengan istrinya.

Damar dinikahkan secara paksa oleh ayahnya. Mereka tidak merestui hubungan Damar dan Kemala karena wanita itu berasal dari kalangan bawah. Kedua orang tua Damar khawatir kalau Kemala hanya mengincar harta keluarga Wicaksana.

"Maafkan kami, Tuan. Kita hanya bisa berharap ada keajaiban untuk kesembuhan nyonya Kemala," kata Dokter sambil melihat hasil rontgen milik Kemala.

Damar duduk melamun di depan ruang ICU. Sudah belasan tahun ia mencari wanita itu. Namun, saat bertemu, ia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan. Bahkan hanya sekedar meminta maaf pun tidak bisa disampaikan.

"Apa sudah ada kabar dari mereka?" tanya Damar sambil menghela napas berat.

"Tuan muda Zayden sudah memberitahu saya kalau nona besar sudah ada di rumah. Apakah Anda akan pulang sekarang, Tuan?" tanya Leo.

Pria berusia dua puluh delapan tahun itu adalah asisten pribadi Damar. Ia sudah bekerja bersama laki-laki itu selama lima tahun, tepatnya saat ia turun dari posisi presiden direktur 'Damar Pelita Group'. Posisi itu diserahkan kepada Zayden Uno Wicaksana yang dinilai lebih kompeten karena lulusan universitas jurusan bisnis di luar negeri.

Leo menjadi perantara dan membantu tugas Damar yang berada di balik panggung. Meski Zayden memimpin di kantor, tapi semua keputusan tetap harus dirundingkan dengan Damar di rumah. Leo yang bertugas menjadi jembatan antara pekerjaan di kantor dan di rumah.

"Kita pulang sekarang. Bagaimana pun, Zesa harus tahu keadaan yang sebenarnya," jawab Damar setelah terdiam beberapa saat.

Leo mengangguk, lalu mengikuti Damar yang pergi menuju parkiran rumah sakit. Baru kali ini Leo melihat majikannya begitu putus asa. Selama ia bekerja, ia selalu melihat wajah laki-laki itu saat membicarakan cinta pertamanya.

Kemala Dewi dan Damar adalah sepasang manusia yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Menjalani hari-hari pacaran yang indah, hingga mereka terlena, dan tenggelam dalam hal yang lebih intim. Beberapa kali melakukan hubungan suami istri yang seharusnya tidak dilakukan oleh mereka. Hingga akhirnya Kemala hamil.

 Membayangkan hal itu, Leo mengerti betapa besarnya cinta Damar kepada Kemala. Sampai saat ini, pria itu tidak mencari wanita lain. Istri yang dinikahi selama satu tahun pun tidak memiliki anak darinya, karena Damar tidak pernah menyentuhnya sama sekali.

"Apakah ini hukuman dari Tuhan karena aku sudah membuat Kemala dan putriku menderita?" tanya Damar kepada Leo.

"Anda orang yang sangat baik, Tuan. Bagaimana Tuhan bisa menghukum orang yang penuh kasih sayang seperti Anda? Anda bahkan merawat kelima tuan muda sejak kecil dengan kedua tangan Anda sendiri."

"Hah, aku tidak sebaik yang kau lihat. Mereka aku rawat karena aku merasa kesepian di rumah besar itu seorang diri," jawab Damar dengan tatapan mengarah jauh ke luar jendela.

Ia mengingat awal mula membawa kelima anak laki-laki itu ke rumah. Damar melihat wajah mereka cukup tampan dan rasanya sangat disayangkan jika mereka hidup terlantar di jalanan. Ia juga menganggap mereka sebagai investasi jangka panjang. Damar berharap, jika ia tidak bisa menemukan Kemala dan anaknya, kelima anak laki-laki itu bisa mengurus pemakamannya jika ia tiada.

"Apa pun tujuan awal Anda, tapi Anda menyayangi mereka seperti putra kandung Anda sendiri," ujar Leo.

Damar hanya mengangkat sudut bibirnya. Apa yang dikatakan Leo memang benar. Walaupun tujuan awalnya hanya ingin memiliki pewaris pengganti, tapi ia sangat menyayangi mereka. Ia bahkan menyekolahkan mereka semua di luar negeri di universitas terbaik di negara itu.

***

"Buka pintunya!"

Zesa menggedor-gedor pintu menggunakan kedua tangannya. Ia terus berteriak sejak dikurung tadi pagi. Zesa sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya. Ia ingin pergi melihat ibunya.

Gadis itu pikir, ibunya masih di rumah. Ia tidak tahu kalau ibunya saat ini sedang terbaring kritis di ruang ICU rumah sakit swasta. Zesa terus berteriak ingin pulang.

"Buka pintunya! Biarkan aku pulang. Kumohon …." Ia kehabisan tenaga. Suaranya mulai sumbang dan tenggorokannya terasa sakit akibat berteriak. Tubuhnya menggelusur turun dan terduduk dengan posisi punggung bersandar ke pintu.

"Ibu … aku ingin pulang," gumam Zesa sambil menangis terisak.

Kakinya ditekuk, lalu ia menyembunyikan wajahnya di balik lutut yang tertekuk. Ia menangis sesenggukan. Ia tidak ingin menjalani kehidupan sebagai orang kaya yang tidak bisa melangkah bebas semaunya.

Segala kehidupan glamour kalangan atas itu sama sekali tidak membuat gadis itu tertarik. Ia lebih suka hidup sederhana bersama ibunya. Ia ingin kembali ke kehidupan lamanya seperti sebelum bertemu Zayden. Jika saja ia tidak pernah menjadi pembantu di rumah laki-laki itu, hal ini tidak akan pernah terjadi.

*BERSAMBUNG*


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login