"Ah... memang membosankan sekali pelajaran matematika..." keluh Mori yang sedang berjalan bersama Alysha sambil membawa dua bungkus roti gandum isi coklat di tangan kiri dan jus jeruk di tangan kanan.
Alysha yang sedang mengunyah roti isi srikaya melihat sinis kepada Mori yang sedang menyedot jus jeruknya. Alysha menelan cepat rotinya dengan bantuan susu kotak coklat. "Kamu harusnya bersyukur dapat nilai di atas rata-rata walau tidak suka matematika! Nah, aku... nilai pelajaran matematikaku selalu di bawa rata-rata walau sudah berusaha keras!"
Mori berhenti menyedot jusnya, melirik Alysha. "Aku hanya kebetulan mewarisi kepandaian berhitung mamaku yang perhitungan."
Alysha menunjuk Mori dengan susu kotak coklat yang ia pegang dengan tangan kiri. "Akan aku katakan sama tante kalau kamu mengatakannya perhitungan! Biar uang jajanmu dipotong karena mengatakannya perhitungan!"
"Dasar tukang ngadu!" Mori mendengus kesal.
"Biar..." suara Alysha terhenti.
"Biar apa?" Mori menoleh kepada Alysha. "EH?!" Mori terkejut sendiri karena Alysha tiba-tiba menghilang meski ia telah berputar di tempat untuk mencari ke mana Alysha pergi.
Mori terdiam. Masih di tempat yang sama ia memperhatikan sekeliling sekolah. Sepi. Tidak ada satu suara siswa atau pun siswi yang terdengar. Semua menghilang dalam sedetik! [Apa yang terjadi?!]
Dengan langkah bingung Mori mulai melangkah dalam diam menuju kelasnya. Sepanjang jalan itu Mori terus melihat kiri dan kanan atau melihat ke ruang kelas lain yang juga kosong melalui jendela. Benar-benar tidak ada siapa pun.
KRUYUK!!! Suara perut yang cukup keras membuat Mori menghela nafas. [Disituasi seperti tidak jelas seperti sekarang, kenapa perut ini tidak tahu diri? Dasar panggilan alam!] Mori pun segera memakan roti gandumnya yang memang belum sempat dimakan saat semuanya belum menghilang seketika dan meminum jusnya sambil terus berjalan menuju ruang kelasnya yang ada di lantai tiga.
Mori mengusap perutnya sekali setelah menghabiskan dua potong roti gandum isi coklat yang ukurannya cukup besar. [Aku harap dengan perut kenyang, otakku bisa lebih mengerti situasi apa yang terjadi sekarang ini.]
Akhirnya Mori sampai di depan ruang kelasnya, membuka pintu lebar-lebar dan melihat seisi kelas dari ambang pintu. [Ada apa ini sebenarnya? Ke mana semua orang?!]
Masih tetap tenang dan tidak panik, Mori berjalan ke arah pembatas koridor dan melihat ke lapangan upacara dari lantai tiga itu. Benar-benar tidak ada siapa pun! Mori segera mengingat setiap kejadian yang berhubungan dengan hal berbau supranatural yang pernah ia alami dari kecil hingga saat terakhir di hari sebelumnya.
[Apa ini dimensi pelindung seperti yang dibuat si David kemarin? Kalau itu benar, berarti ada pemilik kekuatan makhluk mitos sedang menggunakan kekuatannya di sekitar sekolah ini! Tapi kenapa tidak ada tanda-tanda pertarungan?! Aku rasa ini artinya ada dua. Pertama, aku yang memiliki sedikit kelebihan melihat dan berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata ini tidak sengaja masuk ke dalam dimensi pelindung yang dibuat si pemilik kekuatan makhluk mitos yang keberadaannya entah ada di mana. Kedua, pemilik kekuatan makhluk mitos itu sedang mengincar dan merencanakan sesuatu padaku! Andai itu benar, aku harus waspada dan mencari penyebab sumber semua ini!]
Mori menjauh dari pembatas pengaman koridor sekolah lantai tiga yang membuatnya akan mudah terlihat di tempat terbuka. Hal pertama yang dilakukan Mori adalah kembali menuruni bangunan sekolah sesuai rencananya, mencari sumber penyebab sampai ia terjebak di dalam dimensi pelindung milik pengguna kekuatan makhluk mitos.
Setelah menuruni anak tangga lantai terbawah gedung kelas 10 dan masih berada di dekat tangga, Mori melihat ke kiri dan kanan terlebih dahulu sebelum memutuskan berjalan. [Arah mana yang harus aku pilih?]
Perlahan Mori menarik nafas yang panjang sambil menutup kedua mata, berusaha fokus menggunakan kemampuan hal tak kasat mata yang telah dimilikinya sejak kecil. Kalau fokus biasanya Mori akan bisa merasakan keberadaan aura makhluk-makhluk tak kasatmata.
Mata Mori kembali terbuka dan ia tampak sedikit menjadi gugup. [Aku harus mencari tahu walau sekuat apa pun aura yang aku rasakan! Kalau hanya berdiam diri saja, entah sampai kapan aku akan berada dalam dimensi ini!]
Mori menarik nafas yang dalam, melihat ke arah taman belakang, Mori mengangguk penuh keyakinan lalu melangkah dengan mantap dan penuh kewaspadaan menuju taman belakang.
Para pemilik kekuatan makhluk mitos setahu Mori memiliki pendengaran yang sangat tajam seperti halnya hewan, jadi setiap gerakan yang diambil Mori sangat hati-hati dan jika bisa, ia tidak akan mengeluarkan suara di setiap langkahnya. Untungnya sepatu yang dipakai Mori telapaknya dari karet, sehingga tidak mengeluarkan suara berderap di setiap langkah, hanya sesekali mengeluarkan suara berdecit di lantai keramik.
Selepas melintasi koridor dari kelas lain yang mengarah ke taman belakang, Mori semakin berhati-hati dalam melangkah, karena aura yang dirasakannya semakin kuat. Pada bangunan kelas yang paling dekat dengan halaman belakang, Mori berjalan mengendap-endap lalu di ujung bangunan itu, Mori berusaha mengintip apa yang ada di balik bangunan kelas.
Hanya memperlihatkan sebelah mata saja dari balik tembok, Mori akhirnya melihat sesuatu yang membuatnya hampir ketakutan! Seorang laki-laki dengan tubuh kecil dengan sayap berbentuk kelelawar di punggungnya, cakar yang panjang, rambut kaku berwarna kemerahan sebahu, telinga runcing dan hanya memakai celana panjang tanpa alas kaki sedang berjalan menjauhi halaman belakang sekolah. Cara jalannya persis seperti kelelawar ketika berada di tanah.
Mori yang terkejut melihat pengguna kekuatan makhluk mitos itu segera bersembunyi, berusaha sebisa mungkin untuk tidak ketakutan dan panik. Dengan punggung bersandar pada dinding, Mori segera mencari tahu si lelaki pengguna kekuatan makhluk mitos apa melalui ponselnya. [Untunglah tetap ada jaringan!]
Dengan kata kunci 'makhluk mitos bersayap' Mori mencari tahu di google. Orang Bati! Sosok manusia bersayap kelelawar, hidup di Gunung Kiratau, Maluku yang gemar menangkap anak-anak dan menyantapnya! [Gawat...!! Apa yang dilakukan Orang Bati itu di sini?!]
SYUUHHH!!! Suara angin yang cukup kencang terdengar tiba-tiba walau hanya beberapa detik membuat Mori terkejut. Mori kembali mengintip ke balik tembok untuk mencari tahu apa yang kini dilakukan laki-laki pengguna kekuatan Orang Bati tadi.
[Tidak ada?! Ke mana dia?!] Mori memberanikan diri lebih mengeluarkan kepalanya dari persembunyiannya. Tidak menemukan apa-apa, Mori kembali membaca artikel dari Google tadi.
"OH..." terdengar suara serak dan menakutkan tiba-tiba, membuat Mori tersentak dan langsung melihat ke atas.
Sosok laki-laki bersayap kelelawar yang tadi dilihat Mori ternyata tengah menggantung di atas bangunan, persis seperti kelelawar bergantung di gua atau pohon. Mori berpaling dan mundur perlahan menjauhi tembok sambil memperhatikan laki-laki pengguna kekuatan Orang Bati.
"TERNYATA DARI SITU SUARA KEYBOARD YANG AKU DENGAR TADI?!"
Mori melirik ponsel di tangan kirinya yang baru disadarinya dari apa yang dikatakan si pengguna kekuatan Orang Bati, jika keyboard ponselnya berbunyi. Mori lupa mematikan suara ponselnya walau berada di setelan paling pelan, tentu saja si pengguna kekuatan Orang Bati jadi mengetahui keberadaannya.
Keringat dingin mulai terlihat di pelipis Mori, ketika melihat seringai si lelaki pengguna kekuatan Orang Bati yang tengah bergelantungan dengan kakinya di pinggir bangunan empat lantai.