Mata Fabio terbuka di pagi hari. Dia langsung merasakan hembusan napas hangat Yoona yang menerpa dadanya. Dua kancing bajunya teratas terbuka hingga hidung Yoona bisa menyentuh kulitnya.
"Kau pasti lelah, Sayang." Fabio berbisik dalam hatinya.
Lengannya terasa kebas karena semalaman digunakan Yoona untuk bertumpu. Namun dia tak keberatan dan justru tangannya mulai membelai lembut wajah istrinya itu. Garis tegas rahan Yoona mengisyaratkan jika wanita itu sangat tegas dan keras. Hanya saja cinta Fabio begitu tulus sehingga tak membuat dia goyah untuk memperjuangkan wanita itu.
Pikiran Fabio kembali melayang di saat mereka baru saja menikah. Ayahnya yang begitu menyukai Yoona terus memberikan pujian padanya.
"Kau ingat bagaimana ayah menyukaimu? Dia sangat bahagia dihari pernikahan kita, dia juga dengan bangga memperkenalkan kau pada koleganya," kata Fabio dalam hati.