Download App
8.08% Red Girl and White Wolf / Chapter 22: Tamu Tak Menyenangkan

Chapter 22: Tamu Tak Menyenangkan

"Lucio, bangun! Mereka datang."

Lucio tersentak terbangun begitu suara Mr. Rolleen terdengar sedang tangan pria tua itu bergerak mengguncang bahunya. Sontak dua manik Lucio melebar terbuka dan dia terduduk seketika.

"Benarkah? Aku tidak mendengar suara apapun?"

Mr. Rolleen menggeleng. "Mereka belum tiba di pondok, hanya saja dua ratus meter dari sini, aku sudah memasang alat yang bisa mendeteksi adanya ancaman. Dan tampaknya orang-orang itu sudah melewatinya tanpa sadar."

"Kalau begitu kita harus cepat." Lucio terbangun lalu beranjak keluar dari dalam kamar tanpa merapihkan tempat tidurnya seperti biasanya. Sementara di sisi lain, Mr. Rolleen mengikuti dari belakang.

"Apa ramuannya sudah dipersiapkan?"

Mr. Rolleen segera membuka pintu utama tanpa menutupnya. Kini mereka berdiri di depan sembari mengamati keadaan pondok. Ditangan kanan Mr. Rolleen, ada gelas ramuan berisi cairan hijau, kemudian pria itu mengangkatnya tinggi lalu menatap Lucio yang berdiri di sebelahnya.

"Kamu hanya harus menebarkan ramuan ini ke sekeliling pondok. Jangan biarkan ada yang terputus, hubungkan hingga benar-benar tersambung sempurna."

Lucio mengangguk, lantas meraih ramuan aneh itu sesaat setelah Mr. Rolleen menyodorkannya di hadapannya. Tidak membuang waktu lebih banyak sementara Lucio tahu musuh sudah mendekat, tidak ada pilihan selain melakukan apa yang diperintahkan Mr. Rolleen. Dari arah depan, Lucio menumpahkan ramuan sembari berjalan sedang tumpahan cairan tersebut mengikuti langkahnya mengitari sekeliling pondok.

Lucio sempat ragu ini akan berhasil mengingat ramuan itu akan segera habis, namun menakjubkannya ialah bahwa sama sekali tidak ada tanda-tanda ramuan tersebut akan berkurang. Jumlahnya masih tetap sama sekalipun Lucio telah menumpahkannya hingga nyaris menghubungkan semua pola melingkar yang dia buat untuk mengelilingi pondok.

"Mustahil," gumam Lucio, sembari menatap cairan di tangannya dengan binar takjub. Namun sesaat kemudian, pria itu justru menyeringai sembari berkata, "aku tidak salah telah datang ke tempat ini."

Begitu Lucio kembali ke depan pondok dan menemui Mr. Rolleen, di saat yang sama pula sebuah dinding raksasa berbentuk lingkaran menyelimuti seluruh pondok hingga tidak terlihat sama sekali. Tetapi tidak berselang lama setelah itu, pondok mereka kembali terlihat. Sekilas mungkin tidak ada yang berbeda, hanya saja, pondok itu bukanlah tempat tinggal asli mereka. Itu hanyalah kloningan yang terbentuk karena adanya ramuan ilusi. Meski terdengar aneh dan tak masuk akal, namun Mr. Rolleen benar-benar berhasil menciptakan ramuan gila tersebut setelah bertahun-tahun menjumpai kegagalan.

"Masuklah dan kita tunggu kedatangan mereka di dalam."

Begitu Lucio menginjakkan kaki di dalam pondok, sensasi tak biasa yang cenderung dingin menghantam kulit-kulit tubuhnya hingga menimbulkan kesan aneh yang tidak bisa dia jelaskan. Lucio terpaku hingga beberapa saat lalu tersentak kembali ke dunia nyata begitu mendengar suara Mr. Rolleen menginterupsinya.

"Cek semua kamar, kamu akan tahu perbedaan jelas dari kloningan ilusi ini dengan pondok asli di mana Cleo berada."

Lucio mengangguk, lantas berjalan mengelilingi seisi ruangan, di mulai dari kamarnya sendiri, kamar Mr. Rolleen lalu terakhir kamar milik Cleo. Lucio sempat tertegun. Dia sadar bahwa ini adalah kali pertamanya memasuki kamar gadis pemarah itu meski ini hanyalah kloningan ilusi, tetapi tetap saja semua benda yang ada terbentuk serupa dan sempurna. Satu-satunya hal yang membedakan pondok ilusi dengan pondok aslinya adalah tidak adanya Cleo di tempat ini.

Toh, tujuan Mr. Rolleen dan Lucio adalah menyembunyikan Cleo dari prajurit pemburu milik menteri Aran.

Sembari termangu mengamati keadaan kamar Cleo yang benar-benar berantakan, Lucio tiba-tiba tersenyum sinis lantas bergumam, "Tentu saja kondisi kamarnya akan tampak seperti ini. Dia adalah gadis pemalas yang mengerikan."

Lalu atensi Lucio teralihkan begitu melihat foto kecil Cleo yang tengah tersenyum lebar sembari merangkul Mr. Rolleen. Mereka terlihat bahagia, sementara Cleo pun sedang menggenggam sebutir apel merah.

Sekali lagi, Lucio menyeringai. "Aku tidak menyangka dia sesuka itu dengan Apel, bahkan saat di usia muda."

"Lucio, mereka tiba!"

Suara Mr. Rolleen terdengar lebih keras, dan di detik itu pula Lucio berderap keluar lalu menuju pintu utama sementara Mr. Rolleen telah menunggunya di teras. Gemuruh langkah yang banyak menyetak tanah pegunungan dengan tergesa. Debu berseliweran di ujung jalan setapak yang tidak ditumbuhi rerumputan, sesaat setelah kaki-kaki cepat prajurit Black milik menteri Aran datang dan berhenti di depan, tidak jauh di depan pondok.

Dari satu-satunya tandu yang sedang dipanggul empat orang prajurit Black, turunlah sang menteri dengan segala keangkuhannya. Karakter ramah yang kerap dia tampilkan di depan publik, seketika menghilang tergantikan raut wajah licik yang penuh ambisi.

"Mr. Rolleen," sapanya kemudian merentangkan tangan seolah ingin menyambut. Menteri Aran tersenyum lebih lebar begitu berucap, "tampaknya kabar kedatanganku sudah lebih dulu tiba. Apakah ini adalah bagian dari penyambutanmu?"

Mr. Rolleen terkekeh, dia membalas, "Aku bahkan tidak berniat menyambut."

"Pedas sekali," ujar menteri Aran dengan senyum terpaksa. "Padahal aku datang dengan niat baik," lirikan matanya seketika tertuju ke arah Lucio yang balas menatap dengan raut kaku, "aku datang menangkap seorang penjahat yang telah menyerang warga di gang kota."

Menteri Aran tidak berniat merubah alur permainan terlalu jauh dari kejadian sebenarnya. Dia hanya perlu menambahkan dan mengurangi apa yang perlu untuk menyudutkan Lucio tanpa membuat lingkup kekuasaannya terancam. Sepenuhnya, kasus ini akan mengkambinghitamkan Lucio.

Kening Mr. Rolleen mengernyit, tampak kebingungan saat mendengar perkataan menteri Aran. "Sepertinya, sudah terjadi kesalahpahaman. Seseorang di pondok kami tidak melakukan apapun yang kamu tuduhkan."

Mendadak sang menteri terbahak keras, sangat kontras dengan suasana yang tampak menegang. Tawanya bahkan tidak menggambarkan kebahagian atau perasaan senang, melainkan sindiran sekaligus ejekan yang senagaja ditujukan kepada Mr. Rolleen.

"Jangan bercanda," ujarnya dengan tatapan sengit, "semua laporan yang masuk kepadaku mengatakan bawah Lucio yang populer di kalangan gadis-gadis kota telah memanfaatkan dan membunuh mereka ... untuk menghapus jejak."

Lucio menyeringai, "Aku tidak menyangka, dari penyerangan yang terjadi kepadaku tiba-tiba berbelok seperti itu." Nyatanya, Lucio sama sekali tidak gentar. "Apa perlu aku sebutkan jumlah dan ciri-ciri mereka?" sahutnya sembari menatap tajam ke arah menteri Aran.

Di saat yang sama, dua orang pria berjubah hitam yang merupakan bagian dari prajurit Black milik menteri Aran yang sejak awal tidak bergabung dalam barisan depan, telah menyatakan diri dan akan keluar di waktu yang tepat, guna menerobos masuk ke dalam pondok untuk mencari keberadaan Cleo.

Langkah demi langkah yang telah keduanya pijaki sungguh dibingkai dengan kehati-hatian penuh, lantas membawa mereka berhasil memasuki pintu belakang pondok.

Nyaris semua dari ruangan yang ada telah berhasil mereka buka namun tak satupun di antaranya menampilkan keberadaan Cleo. Dan karenanya, salah seorang dari kedua pengintai tersebut mau tidak mau harus melepaskan tanda untuk memberi tahu rekan-rekan di luar sana, bahwa apa yang mereka cari tidak berada di pondok.

Namun tampaknya, baik Lucio maupun Mr. Rolleen telah menyadari kecurangan itu dan keduanya tidak akan membiarkannya.

"Seharusnya, kalian tidak diperbolehkan memasuki kediaman seseorang secara diam-diam. Itu termasuk pelanggan besar yang sama dengan pencurian." Lucio menyeringai sedang menteri Aran mengernyitkan alis.

"Apa maksudmu?"

Bersamaan dengan itu, mendadak dari dalam pondok dua orang tidak dikenal tiba-tiba terlempar dan terhempas tepat di depan kaki Lucio. "Mereka masuk tanpa izin kami. Selain itu, penangkapan yang kalian maksud sama sekali tidak mengikuti protokol kerajaan. Bukankah seharusnya Menteri tahu aturan dasar bahwa tidak seharusnya kalian mengambil tindakan secara diam-diam, belum lagi kasus yang kamu tuduhkan belum terbukti."

"Di satu sisi, kalian tidak datang dengan pengawal kerajaan resmi, bukankah ini masalah?" sambung Mr. Rolleen dengan raut puas.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C22
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login