Sari teringat kejadian sewaktu ia berada di perpustakaan kampus terakhir kali. Semua yang dikiranya obrolan dua arah itu, sebenarnya hanyalah khayalannya sendiri. Khayalan yang tersampaikan ke dalam kepala Andri dan akhirnya tanpa sengaja memberikan petunjuk kepadanya tentang adanya jalan masuk ke desanya.
Jalan setapak yang merupakan lorong penghubung yang seharusnya sangat terlarang untuk dimasuki itu, malah dianggapnya sebagai jalan yang wajar untuk dilalui setiap pulang pergi ke kampus.
Ia bahkan melewatinya dengan susah payah seperti sewajarnya manusia. Sungguh konyol rasanya.
Tak heran semua warga desa selalu melihatnya dengan tatapan aneh dan sering menghindar. Pasti ia sudah dianggap sebagai makhluk gila yang hilang ingatan.
Dan pantas saja Andri selalu merasa kepanasan. Itu karena ia selalu 'menghantuinya' kemana-mana.