"Hah? Lo nyusul naik ke Bukit?" tanya Ale dengan wajah tercengang. Bingung membayangkan bagaimana sulitnya naik ke sebuah Bukit dengan kaki buntung dan hanya dengan bantuan tongkat penopang saja.
"Iya. Nekat banget kan gue." Budi tertawa kecil. "Kalau sekarang gue pikirkan lagi, memang aneh banget sih sikap gue waktu itu. Mungkin karena saat itu gue lagi bad mood banget, lagi kesel juga sama kondisi dan keterbatasan gue, eh malah diledek sama anak-anak lain. Jadilah gue ngerasa dendam, dan rasanya pingin membuktikan kepada mereka kalau gue juga bisa naik ke atas Bukit meskipun kondisi gue berbeda dengan mereka.
"Dan akhirnya gue nekat menyusul mereka naik ke atas Bukit," lanjut Budi. "Dengan bantuan tongkat, gue pelan-pelan naik lewat jalan setapak yang gue lihat selalu dilalui anak-anak lain saat hendak naik ke Bukit.