"Teman?" tanya Bintang seakan mengintimidasi.
"I--iya," jawab Wibowo dengan terbata-bata. "Kamu ada apa kesini?" tanya Wibowo untuk mengalihkan pembicaraan Bintang.
"Oh, tadi kebetulan lewat, saya mampir kesini."
"Mari-mari, duduk." Wibowo mengajak Bintang duduk di teras.
"Ada apa?" tanya Wibowo.
"Ada yang ingin saya sampaikan," jawab Bintang.
"Apa?" Wibowo mulai merasakan panas dingin tubuhnya, ia takut jika Wibowo mendesaknya untuk mengaku siapa yang telepon tadi.
"Saya sudah tidak memimpin perusahaan, sudah satu minggu saya menganggur, semua aset saya di bekukan oleh papa, hanya mobil dan tempat tinggal yang saya punya. dan saya akan merintis bisnis dari bawah dengan modal seadanya."
"Kenapa begitu?"
"Papa sangat marah karena hingga detik ini saya gagal menemukan Bulan."
"Ayah akan bicara pada papamu."
"Tidak perlu, hanya ada satu pertanyaan untuk ayah," tolak Bintang.
"Apa ayah menyesal telah menikahkan Bulan denganku?"