Sang guru merasa Xing Jiu'an begitu pelit. Gadis itu begitu waspada dan berhati-hati. Dia hanya bisa mendesah dalam hati. Kehidupan Xing Jiu'an yang dulu pasti telah direnggut.
Sang guru meletakkan semua cokelat di atas tangan Xing Jiu'an. Beberapa potong cokelat yang tidak bisa dipegang oleh Xing Jiu'an pun terjatuh. Sang guru mengambil potongan cokelat itu lagi dan meletakkannya dalam genggaman tangan Xing Jiu'an sambil berkata, "Makanlah sedikit saja. Kendalikan dirimu, mengerti?"
"Guru, jangan pedulikan aku. Aku tidak bisa mengendalikan diriku," sahut Xing Jiu'an dengan suara lembut sambil menatap cokelat di tangannya.
"Kalau begitu…" Aang guru mengambil kembali potongan cokelat yang besar dan hanya meninggalkan potongan yang kecil untuk Xing Jiu'an, lalu berkata, "Kalau kamu ingin makan, suruh Mu Qing membelikannya untukmu."
"Dia adalah kakak seperguruanmu. Apa pun yang ingin kamu lakukan, dia harus mendukungmu. Kalau Mu Qing tak bersedia, kembalilah dan beri tahu aku, aku akan berada di pihakmu."
"Ya…"
"Aku punya banyak cokelat di sini. Kapan pun kau mau memakannya, datang saja. Aku akan memberikan padamu, jadi aku tidak akan merampasnya darimu."
"Ya."
"Jangan menangis lagi. Cuci wajahmu dulu, kamu harus makan."
"Baiklah."
"Oh, ya… Tunanganmu sudah pergi," kata sang guru tiba-tiba.
"Aku tidak pernah punya tunangan."
Sang guru mengelus rambut Xing Jiu'an dan menghela napas panjang, "Sudah, sudah, aku makan dulu. Xiao Eryi, kamu cepatlah makan."
"Ya."
Gurunya dulu memanggil Xing Jiu'an dengan nama Xiao Eryi, karena dia adalah murid yang ke-21 satu. Saat Xing Jiu'an masih kecil, suaranya terdengar lucu dan menggemaskan. Dia selalu mengatakan 'aku mencintaimu' dengan suara cadel. Para kakak seperguruannya selalu menggodanya dan memanggilnya Eryi. Sehingga hal ini membuat Xing Jiu'an selalu berkata 'aku mencintaimu' kepada orang lain.
Saat itu, nama aslinya adalah Xing Se. Ternyata, arti namanya adalah 'bahagia'. Dia lupa mengapa namanya menjadi Xing Jiu'an sekarang. Awalnya, sang guru mengatakan bahwa dia tidak puas dengan nama tersebut karena tidak enak diucapkan. Namun, kemudian sang guru memanggilnya Jiu'an. Nama Xing Se tetaplah namanya yang terdaftar secara resmi dan tertulis di semua kartu identitasnya. Meskipun tak ada yang memanggilnya Xing Se, namanya tetaplah Xing Se.
Setelah mengetahui asal usul namanya adalah Xing Se, Xing Jiu'an tampak jauh lebih bahagia. Apa yang membuatnya makin bingung adalah mengapa sang guru mengetahui mengenai reinkarnasi yang terjadi padanya.
Kemudian Xing Jiu'an membersihkan wajahnya dan berusaha tidak lagi memikirkan hal itu. Semuanya sudah menjadi seperti ini sekarang, dia juga merasa sepertinya tidak ada yang membuatnya sedih. Dia masih sama seperti dulu. Itulah yang gurunya katakan kepadanya.
Setelah membersihkan wajahnya, Xing Jiu'an kembali. Matanya sedikit memerah, sangat kontras dengan kulitnya yang putih dan lembut. Dapat terlihat dengan sangat jelas bahwa ada sesuatu yang salah. Kakak Tertua dan saudara yang lainnya melihatnya dengan ekspresi tegang dan menanyakan apa yang terjadi padanya. Xing Jiu'an diam saja, namun mereka semua langsung melirik kepada sang guru.
"Guru, Jiu'an sudah lama tidak pulang. Apa Anda mengatakan sesuatu padanya?" Seorang kakak seperguruan perempuan bertanya lebih dulu.
Kakak Tertua juga ikut buka suara dan mengeluhkan hal yang sama, "Guru, Jiu'an masih anak-anak. Jangan terlalu keras padanya…"
"Aku…" Mendengar desakan dari para muridnya, sang guru merasa terkejut sekaligus tertekan.
"Ini bukan karena guru, melainkan aku sendiri." Xing Jiu'an buru-buru menyahut. "Akulah yang merasa tidak bahagia dan guru membuat pikiranku tercerahkan."
"Huh!" Sang guru pun mendengus. "Xiao Eryi, kemarilah! Dua orang ini jahat, pasti mereka ingin menghancurkanmu."
Xing Jiu'an tersenyum tak berdaya, tapi dia masih berjalan mendekat.
"Sudahlah, kalian berdua. Mana minuman jahe dan mie? Kalau tidak dibawa ke sini dengan segera, nanti akan dingin."
Keduanya memandang Xing Jiu'an yang berdiri di samping sang guru. Saat melihat Xing Jiu'an senang, mereka pun tampak lega.
Setelah meminum minuman jahe dan makan mie, Xing Jiu'an langsung merasa kenyang.
"Tidak heran kamu sangat kurus. Tiap hari makan sedikit sekali…" Kakak seperguruan perempuan mengomeli Xing Jiu'an sambil membersihkan mangkuk.
Xing Jiu'an ingin mencuci piring, tapi kakak seperguruannya itu tak mengizinkannya. Apa yang bisa dilakukan anak kecil di rumah. Sepertinya, di dalam mata kakak perempuan itu, Xing Jiu'an hanyalah seorang anak yang perlu dijaga dan dirawat olehnya. Dia adalah kakak perempuan seperguruan yang keenam. Meskipun dia murid yang keenam, tapi usianya sudah 28 tahun. Dia adalah seorang perancang busana yang hebat. Pekerjaannya sangat bebas, sehingga dia sering datang dan tinggal di gunung ini.
Xing Jiu'an tidak berdaya. Padahal dia sudah dewasa, tapi dia masih dimanjakan seperti anak kecil. Namun, perasaan ini benar-benar menyenangkan. Dia sangat berharap dirinya bisa terus diperlakukan seperti ini di masa-masa mendatang.
Setelah Xing Jiu'an datang, Adik Termuda itu tidak banyak bicara. Perhatian semua orang yang ada di tempat ini tertuju kepada Xing Jiu'an, yang sudah lama tidak bertemu dengan mereka. Tentu saja hal yang sama juga berlaku bagi Adik Termuda yang baru saja menjadi murid di sini. Adik Termuda itu sudah mendengar Kakak Tertua dan Kakak Keenam membicarakan tentang Xing Jiu'an.
Kabarnya, sebelum dia datang, Xing Jiu'an adalah yang termuda. Hanya saja, meskipun Xing Jiu'an masih muda, tapi bakat dan keunggulannya sangat disegani semua orang. Xing Jiu'an juga merupakan murid yang paling memesona dari semua murid kebanggaan sang guru. Kabarnya, Xing Jiu'an adalah seorang gadis nakal. Namun, sepertinya sekarang kepribadian Xing Jiu'an tidak seperti yang dikatakan oleh para kakak seperguruannya.
Setelah mengobrol sebentar, Xing Jiu'an didesak untuk beristirahat. Xing Jiu'an telah menempuh perjalanan sepanjang hati. Dia naik pesawat dan mengemudikan mobil, tentu saja dia harus cepat beristirahat. Saat tahu bahwa Xing Jiu'an akan segera masuk ke kamar, mereka sepertinya teringat sesuatu.
"Ah, aku lupa memperkenalkan Adik Termuda kepada Jiu'an!" Mendadak Kakak Keenam berseru.
Adik Termuda menatap Xing Jiu'an dengan tatapan kosong. Dalam hati dia menggerutu. Ternyata kamu masih ingat kalau punya adik seperguruan! Ini benar-benar tidak mudah! Batinnya.
"Tidak apa-apa. Besok juga sama saja, tak perlu buru-buru." Kakak Tertua juga ikut bicara. Mendengar hal itu, Adik Termuda terlihat kesal.
"Sudahlah… Ayo semuanya kembali dan istirahat. Aku juga harus beristirahat," ucap sang guru yang sudah berdiri sambil menepuk-nepuk pakaiannya. Dia berjalan perlahan dan bersiap kembali.
"Guru, apa Jiu'an merasa khawatir? Apa yang Jiu'an katakan kepada Anda?" tanya Kakak Keenam Xing Jiu'an. Dia selalu merasa ada yang salah pada kepulangan Xing Jiu'an kali ini. Namun, dia tak berani bertanya kepada orang yang bersangkutan karena takut menjadi sedih. Saat tahu bahwa sang guru mengerti jelas akan hal ini, dia memberanikan diri bertanya.
Sang guru hanya melirik murid perempuannya itu. Sementara murid keenamnya itu tampak penuh harap menatapnya, membuatnya pura-pura menampilkan raut wajah misterius dan berkata, "Rahasia langit tak boleh dibocorkan. Aku ingin istirahat, jangan ganggu aku."
Setelah bicara seperti itu, sang guru langsung melangkahkan kakinya dan keluar. Meskipun muridnya berteriak memanggilnya, dia tidak ingin menjawab.
"Aku tahu pasti akan terjadi sesuatu!" Kakak Keenam berkata dengan suara rendah.
"Biarkan saja kalau Jiu'an tidak ingin mengatakannya. Masalah besarnya adalah mencari waktu untuk menanyakannya pada Mu Qing." Kakak Tertua yang ada di sampingnya juga ikut buka suara.
"Kita hanya bisa melakukan ini."
Xing Jiu'an kembali ke kamarnya yang sangat dikenalnya. Ruangan itu sangat bersih, bahkan tidak ada debu sedikit pun. Pasti ada seseorang yang membersihkannya setiap hari. Lokasi kamar Xing Jiu'an cukup bagus. Ketika siang hari, cahaya matahari yang hangat masuk menerobos ke ruangannya. Ada titik-titik cahaya kecil yang masuk melalui jendelanya. Saat malam tiba dan jika dia berdiri di samping jendela terbuka, dia bisa melihat kerlipan bintang-bintang yang indah.
Padahal, saat ini Xing Jiu'an sudah berbaring di atas tempat tidur dan bersiap tidur. Namun, dia sangat energik dan sama sekali tidak merasa mengantuk malam ini. Mungkin karena dia kembali ke rumah di mana dia dibesarkan sejak kecil. Tadi gurunya memberitahunya banyak hal dan itu membuat suasana hatinya sangat stabil.
You may also Like
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT