Download App
36% Seindah Dendam / Chapter 9: Burhan

Chapter 9: Burhan

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah membuat Erick yang sedang terduduk santai di sofa dalam rumahnya langsung bergegas untuk membuka pintu tersebut.

Ckelk!

Kenop pintu itu terbuka. "Hei... Apa kabar?" tanya seseorang itu yang terlihat sangat berbeda dengan dulu.

Mata Erick membulat sempurna, panggling rasanya melihat itu semua. Erick terdiam sejenak hampir tidak mengenali siapa sosok di depannya saat ini.

"Bu-burhan kan?" tanya Erick memastikan bahwa dihadapannya saat ini itu adalah Burhan teman lamanya yang beberapa hari lalu berbincang melalui telepon.

"Iya ini aku, bagaimana kamu tidak bisa mengenali aku?" Tanya Burhan sembari menggelengkan kepalanya saja menatap sahabat lamanya itu yang tidak mengenali dirinya.

Erick langsung sangat terkejut. Ternyata benar bahwa yang ada di hadapannya saat ini gendongan untuk mamanya yang di mana penampilannya sangat jauh berbeda dari yang dulu. Penampilan yang sangat ini jauh lebih rapi ketimbang dulu.

"Wah..."

Tanpa pikir panjang lagi akhirnya mereka Langsung batalkan untuk melampiaskan rasa rindu yang sudah lama mereka tahan tidak pernah bertemu.

"Makin sukses aja nih aku lihat-lihat..." Goda Erick sembari menepuk pundak temannya itu.

Burhan hanya membalasnya dengan senyuman saja. "Argh! Apa sih yang kamu katakan, Aku masih sama saja seperti dulu hanya saja penampilanku saja yang berbeda."

Burhan mengelak dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu karena ia bisa menjaga Bagaimana perasaan sahabatnya yang beberapa hari lalu sedang dilanda kesialan.

"Bagaimana kamu bisa mengatakan itu sedangkan kamu ke sini saja naik mobil, itu mobil siapa, ayo coba?" Tanya Erick berhasil membungkam mulut Burhan yang tadinya dia ingin menghargai kini dirinya harus buka juga.

"Iya deh iya... Aku akui sekarang kehidupan aku sudah jauh lebih baik daripada dulu... Tapi ya begitulah, syukur-syukur kamu masih ada istri, sedangkan aku....-

Burhan menundukkan kepalanya saja bingung mau melanjutkan ucapannya atau tidak, karena ini adalah sifat rahasia.

"Kenapa istri kamu?" tanya Erick. Tentu saja Erick dibuat penasaran dengan pernyataan menggantung itu.

"Istri aku pergi meninggalkan aku dan anak aku, saat kami sedang susah dulu..."

Mendengar kabar kurang mengenakkan itu membuat Erick langsung terdiam dan tertampar dengan apa yang barusan di katakan oleh sahabat lamanya itu.

Bersyukur? Ya memang benar. Jika dikatakan bersyukur, Erick benar-benar sangat bersyukur karena memiliki istri baik dan bisa menemaninya kembali dari nol seperti Alisha.

"Kenapa bisa istri kamu pergi meninggalkan kamu?" tanya Erick membuat Burhan langsung menggelengkan kepalanya. Rasanya sangat berat sekali mengatakan hal ini.

"Dia lebih memilih laki-laki lain yang jauh lebih mapan dari aku dulu..."

Erick tidak bisa berkata banyak lagi setelah mendengar itu. "Tapi yang terpenting sekarang hidup kamu dan anak kamu sudah enak kan? Yaudah buang saja ingatan itu jauh-jauh, nikmati saja apa yang ada hari ini..."

Burhan mengangguk mengiyakan saja. Erick baru mengingat sesuatu bahwa temannya itu lupa dia ajak masuk ke dalam rumahnya.

"Oh ya mari masuk sampai lupa aku mengajar kamu masuk ke dalam rumah..." Erik mengatakan itu sembari tersenyum tipis dari bibirnya karena berusaha untuk menghilangkan ingatan sahabatnya itu mengenai masa lalunya.

Burhan akhirnya tersenyum lalu menurut dengan apa yang dikatakan oleh Erik yang mengajaknya masuk ke dalam rumah.

"Tapi maaf sebelumnya. Kontrakan Aku memang kecil ya beginilah kondisinya sekarang tapi lumayan buat ditinggali..."

Erick jadi merasa tidak enak karena telah menyajikan tempat yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan gaya pakaian yang digunakan oleh Burhan.

"Akh!! Nggak papa, baby saja jauh lebih cukup dari kamu hanya bertiga. Percuma saja maunya tempat besar tapi tidak ada yang mendapati di dalam salah satu kamarnya..."

Erik menganggukan kepalanya. "Ya itu benar kayak rumah Aku dulu juga begitu hasilnya juga tidak jauh berbeda cuma nanya saja sekarang jauh lebih susah kawan..."

Burhan menggelengkan kepalanya. Memang benar apa yang dilihat saat ini kondisi kontrakan itu memang jauh lebih buruk daripada tempat kontrakan dulu yang pernah dia tinggali bersama anak dan istrinya.

Mungkin jika dibilang saat ini keberuntungan Erik sedang tidak berpihak kepadanya. Mungkin saat ini sedang diuji untuk merasakan apa yang dirasakan dulu sebelum menginjak kesuksesan yang ada saat ini.

"Oh iya di mana istri kamu? Sudah lama aku juga tidak bertemu dengan dia, kalau nggak salah terakhir kali waktu kalian menikah ya?" Tanya Burhan kembali mengingat-ingat kejadian yang ada di masa lalu.

Erick mengangguk cepat. "Iya itu benar, terakhir kali kamu bertemu dengan Alisha waktu kami menikah dulu, bahkan kamu belum pernah bertemu dengan anakku, Arsen." Terang Erick kepada sahabatnya itu.

"Oh iya kalian sudah punya anak ya? Dimana mereka sekarang?"

"Mereka lagi...-

"Assalamualaikum." Belum juga Erik menyelesaikan ucapannya. Seketika itu ada Alisha dan anaknya yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam..." Maka dengan spontan mereka berdua pun akhirnya menjawab salam dari Alisha.

"Papah..." Arsen langsung berlari menuju ke arah Erick untuk memeluk Papahnya, seperti kebiasaan Arsen seperti sebelumnya jika habis pergi bersama Mamahnya. Maka ia akan memeluk Papahnya jika sudah kembali ke rumah.

"Hei... Sudah pulang?" tanya Papah Erick menatap ke arah Arsen anaknya.

"Iya Pah..." Arsen tersenyum lalu menatap ke arah tamu yang duduk berseberangan dengan Papahnya itu dengan tatapan Bingung.

"Dia siapa Pah?"

Alisha yang melihat Burhan itu seperti tidak asing lagi bagi matanya. "Mas Burhan, ya?"

Mendengar suara lembut dari mulut Alisha itu membuat Burhan langsung menoleh ke arah pintu, lalu mengangguk kecil.

Wanita dengan hijab yang melilit di kepalanya itu membuat Burhan terheran-heran.

"Wah... Rupanya kamu sudah berhijab ya, Alisha?" tanya Burhan ada perbedaan dari Alisha sejak terakhir kali mereka bertemu dulu.

Alisha mengangguk dan tersenyum. "Iya... Sejak menikah, saya memutuskan untuk menggunakan hijab."

"Wah... Bagus-bagus... Beruntung banget kamu, Erick!" Burhan menepuk pundak sahabatnya itu dengan tepukan kecil.

Sedangkan Erick hanya menyengir saja dan menggaruk bagian belakang kepalanya saja.

"Iya begitulah... Setidaknya Alisha bisa menjaga dirinya sendiri dengan menggunakan hijab itu, dan Alhamdulillah juga Alisha tidak keberatan dengan keputusan itu." Jawab Erick dengan sangat tegas.

"Saya kagum sama kamu Erick, kamu sudah berhasil mendidik istri kamu hingga seperti Alisha.... Dan anak kamu juga, aku lihat-lihat dia kunci kesuksesan di dalam keluarga ini..."

Mendengar itu maka dengan spontan Erick dan Alisha menjawabnya. "Aamiin... Semoga saja..."

Alisha meletakan sayuran yang tadi ia beli di warung sebelah itu. Lalu ikut berkumpul bersama mereka.

"Oh iya kabar kamu bagaimana?" tanya Alisha.

"Alhamdulillah... Seperti apa yang kamu lihat, jauh lebih baik dari dulu." Burhan tersenyum lebar mendengar pertanyaan itu.

"Alhamdulillah kalo begitu, kita juga senang mendengarnya.." Alisha tersenyum bahagia seakan-akan ikut merasakan kebahagiaan yang di rasakan oleh Burhan.

"Oh iya, sekarang kamu kerja dimana?" tanya Burhan menatap ke arah Erick.

Erick mendengar itu hanya bisa diam dan mematung di tempat. Malu ingin menjawabnya, namun ia dipaksa untuk menjawab pertanyaan itu.

Bersambung....


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C9
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login