Download App

Bab 3

Keesokan harinya, Mayang benar-benar menyibukkan dirinya dengan segala pekerjaan yang ia jalani. Dan hal itu benar-benar berlangsung selama beberapa bulan seperti yang ia katakan.

Terkadang pun Mayang mencoba menghubungi Hani, Dan menanyakan perkembangan bayinya juga bertanya apakah Rehan sering mengunjungi nya atau tidak lantaran Mayang sudah jarang berada dirumah. Dan tentu saja jawaban yang sahabatnya berikan sesuai dengan dugaannya.

Mungkin dengan ini, Mayang bisa melepaskan suaminya secara perlahan. Toh, Benang merah yang mengikat keduanya kini semakin longgar hingga dengan mudah diputus kapan saja.

Lantas Mayang menengadah lantaran sudut matanya terasa mulai memanas. Ia tidak bisa menangis disaat seperti ini, Namun air mata nya tetap saja mengalir dan tidak mau berhenti. Kenapa dirinya begitu mudah menangis padahal ini juga kesalahan nya karena belum bisa memberikan anak.

Mayang mencoba menarik nafas panjang untuk menetralkan rasa nyeri di dadanya. Ia sudah mencoba menerima kenyataan yang ada jadi seharusnya Mayang bisa bersikap biasa saja. Toh, Lagipula apa yang akan ia harapkan sekarang, Rehan bahkan benar-benar tidak pernah mengatakan apapun tentang masalahnya dengan sahabat nya. Ia masih bersih keras menyembunyikannya entah sampai kapan, Dan jika saja sahabat baiknya tidak mengatakan semuanya padanya, Mungkin saja ia juga tidak akan pernah menyadari apa yang suaminya perbuat dibelakangnya selama ini.

Mayang memang bodoh sekali.

"Mayang?"

Merasa namanya dipanggil, Mayang sontak menghapus air matanya lalu menoleh kearah Galang yang entah datang dari mana.

Galang berjalan mendekati Mayang dengan kening berkerut samar, Dirinya baru pulang dari tempat kerjanya dan tanpa sengaja melihat Mayang yang sedang duduk di atas ayunan seorang diri saat tengah malam, Maka dari itu ia pun berniat menyapa salah satu sahabat nya itu, Tapi dirinya malah mendapati Mayang yang sedang menangis.

"Mayang, kamu baik-baik saja kan?"Kata Galang yang merasa khawatir.

Mayang sontak langsung mengangguk dan terkekeh pelan, "Tentu aku baik-baik saja, Aku tadi hanya sedang merenungi sesuatu karena itu aku menangis. Pasti wajahku kelihatan jeleknya kan?"Guraunya dan hal itu membuat Galang mendengus.

"Iya, Wajah kamu kelihatan jelek..Jadi jangan pernah menangis lagi."Balasnya sedikit ketus sehingga Mayang yang mendengar nya sedikit kesal, Namun tidak lama ia kembali tersenyum lebar.

"Iya wajah aku kelihatan sangat jelek sih, Menangis atau tidak pasti bakalan sama saja."Kata Mayang tertawa sangat keras, Dan Galang yang hanya melihatnya hanya diam sesaat sebelum akhirnya mengusap pipi Mayang sehingga sang empu terdiam dengan tubuh sedikit menegang.

"Kamu tertawa tapi matamu meneteskan air mata, Kamu sebenarnya sedang tidak baik-baik saja kan?"Tanya Galang membuat Mayang lekas menunduk dengan bibir yang gemetar lantaran mencoba untuk menahan tangisannya lagi.

"Tentu saja aku menangis, Itu karena aku tertawa sangat keras."Jawab Mayang kembali berdalih.

Galang yang melihat mayang yang begitu keras tidak mau bercerita hanya mampu menghela nafas berat nya, Jika sudah begini ia juga tidak bisa memaksa. Namun tetap saja hal itu membuatnya sangat khawatir, Terlebih tidak biasanya Mayang seperti ini.

"Mayang, Kalau kamu gak mau bercerita maka aku tidak akan memaksa, Tapi kamu perlu ingat ini, Jika kamu memiliki masalah kamu bisa bercerita kepadaku untuk membagi beban mu. Dan sejujurnya Mayang, Isi hatiku padamu sejak dulu sampai sekarang masih belum berubah, Meski aku tahu kamu sudah memilih Rehan, Tapi aku benar-benar tidak bisa menghilangkan rasa suka padamu, Dan mungkin beberapa orang pun merasakan hal yang sama seperti diriku. Jadi jika kamu memiliki masalah, Kamu bisa memintaku atau yang lain untuk jadi teman cerita mu, Kamu paham kan?"Galang tampak tersenyum dan saat ia tidak mendapat jawaban apapun dari Mayang, Galang sontak mengusap lembut rambut mayang yang terlihat menggemaskan.

"Aku yakin kamu mengerti, Jadi gak perlu dijawab ya."Setelah itu Galang menarik tangan Mayang agar berdiri di samping nya. "Hari sudah sangat larut, Dan cuaca juga sangat dingin hari ini, Itu gak akan baik buat kesehatan mu, Ayo aku antar kamu pulang, Rehan pasti juga akan mengkhawatirkan mu."

Lagi-lagi Mayang tidak menjawab, Namun ia tetap mengikuti langkah Galang yang kini menggandeng tangan nya. Kepala Mayang terasa sakit lantaran begitu lelah memikirkan banyak hal, Namun ia mencoba terbiasa dengan rasa di kepalanya yang seakan bisa saja meledak hanya karena menyimpan banyak pikiran seorang diri. Dirinya jelas tidak bisa menceritakan masalah ini pada orang lain, Karena jika Mayang bercerita semuanya pasti akan membenci suaminya dan Mayang tidak mau hal itu terjadi.

Katakanlah bahwa Mayang sangat naif dan bodoh, Namun ia benar-benar tidak bisa membenci seseorang begitu saja, Terlebih lagi suaminya yang ia cintai sejak lama.

Selang waktu berlalu kini hanya tinggal menghitung hari untuk menunggu Hani melahirkan bayinya, Dan setelah itu semuanya akan berakhir. Semua uang yang berhasil Mayang kumpulkan pun sudah lebih dari cukup hingga itu bisa membuat nya merasa lega. Dan beberapa hal yang Mayang butuhkan pun sudah ia siapkan dari beberapa hari yang lalu, Jadi ia tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi.

Semua akan berakhir saat suaminya menandatangani surat perceraian yang akan Mayang berikan, Dan setelah itu Mayang harap dirinya bisa menjalani kehidupannya dengan normal kembali.

Semoga saja.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login