Download App
100% HOT PAPA / Chapter 40: Akhirnya bisa Kabur

Chapter 40: Akhirnya bisa Kabur

Berkat bantuan dari seseorang yang dengan baik hati menolong Mariana, akhirnya ia bisa pulang ke Indonesia dalam keadaan selamat dan terbang menggunakan helikopter jadi tidak perlu repot-repot memikirkan paspor dan segala macamnya, untuk pulang ke Indonesia dan bertemu dengan sanak keluarganya.

"Terima kasih sekali untuk bantuannya, aku tidak akan pernah melupakan kebaikan dari kamu yang sudah menolong aku selama berada di luar negeri dan numpang sama kamu kurang lebih satu bulan lamanya. Sekali lagi terima kasih, apa kamu sungguh-sungguh tidak ingin mampir dulu ke rumahku?" tawar Mariana.

"Sebenarnya saya ingin, tapi sepertinya bukan untuk sekarang nanti lain kali kalau saya main lagi ke Indonesia, pasti saya akan berkunjung ke rumah ibu. Ya sudah kalau begitu saya pamit pulang dulu, karena helikopter ini harus segera dikembalikan," pamitnya.

Mariana melambaikan tangannya kepada anak muda yang menolongnya, mungkin kalau bukan karena bantuannya pasti Mariana sudah menjadi gelandangan di luar negeri, karena tidak punya apapun untuk dijadikan pegangan setelah kabur dari rumah suaminya.

"Bahkan bukan cuma menyelamatkan aku dan menampung aku selama di luar negeri, sesampainya di Indonesia juga dia masih memberikan aku uang saku agar bisa pulang ke rumah. Anak itu benar-benar baik hati sekali, entah terbuat dari apa hatinya hingga bisa sampai si dermawan itu," ujar Mariana yang merasa bahagia, karena di dunia ini masih ada anak-anak muda yang peduli kepada orang yang kesusahan.

Mariana langsung memanggil taksi dan meminta untuk diantarkan pulang ke rumahnya, setelah bertahun-tahun lamanya menetap di luar negeri suasana di Indonesia terlihat jauh lebih indah dan sangat berbeda dari sebelumnya.

"Kira-kira bagaimana ya dengan reaksi mereka, kalau tahu aku pulang tanpa memberitahu mereka lebih dulu?" gumam Mariana dengan perasaan yang gelisah, namun bercampur rasa bahagia karena dapat bertemu lagi dengan keluarganya.

Sesuai dengan janji Logan hari ini mengantarkan ke rumah sakit untuk cek up kesehatan, namun ia tidak ikut masuk ke dalam melainkan menunggu di tempat duduk khusus yang sudah disediakan di luar ruangan.

"Apa sudah selesai? Bagaimana hasilnya?" tanya Logan sembari mendongakan kepalanya melihat Rachel yang baru saja keluar dari ruangan.

"Untuk beberapa minggu ke depan aku tidak boleh makan yang pedes-pedes dulu, kata dokter itu enggak baik buat kesehatan lambungku," curhat Rachel sembari memanyunkan bibirnya.

"Jadi kamu suka makan yang pedes-pedes?" tanya Logan sembari berjalan keluar dari rumah sakit dengan berdampingan.

"Sebenarnya dari dulu aku suka pedas, cuma belakangan ini kayak lebih sering makan pedas gitu kayak seblak, terus bakso aci, makanan-makanan pedas yang kekinian dan masih banyak lagi," ujar Rachel membuat Logan mengangguk paham.

"Memang sih, belakangan ini banyak banget makanan-makanan pedas yang viral di media sosial, rupanya kamu salah satu penyuka jajanan kayak gitu juga. Tapi bener sih enggak baik terlalu sering makan-makanan kek gitu, apalagi makanan instan yang kita tidak tahu apa saja kandungan yang ada di dalamnya," nasihat Logan yang tidak begitu menyukai makanan insan dan lebih menyukai masakan ala rumahan.

"Makanya kamu harus sering-sering memperhatikan aku, supaya aku enggak lagi makan makanan kayak gitu," sindir Rachel membuat Logan mengerutkan keningnya.

"Lah? Apa hubungannya sama aku?" heran Logan.

"Oh iya lupa kita tidak ada hubungan apapun, kan kamunya udah punya istri. Hufft bisa-bisanya aku lupa akan hal itu," keluh Rachel.

Logan sampai saat ini masih membiarkan saja, wanita yang berjalan di sampingnya mengira kalau dirinya sudah menikah. Toh ia tidak pernah mengakuinya secara langsung kalau dirinya sudah menikah, Rachel sendiri yang mengira kalau dirinya sudah punya istri dan anak.

"Setelah ini mau pergi ke mana? Bukannya kamu ada pemotretan?" tanya Logan.

"Iya, aku masih ada pemotretan jadi kita langsung ke kantor kamu," ujar Rachel yang diangguki oleh lelaki di sampingnya.

"Tidak mau beli makanan dulu?" tawar Logan namun si model di sampingnya malah menggelengkan kepalanya.

"Aku lagi males makan, nanti aja kalau udah selesai shooting baru makan," tolak Rachel.

"Harusnya sebelum memulai bekerja itu makan dulu, jadi biar ada tenaga sebelum bekerja. Kalau nanti kamu pingsan pada saat pengambilan gambar bagaimana, coba?" tegur Logan membuat Rachel memutar bola matanya dengan malas.

"Jangan lebay deh, lagian tadi pagi kan sebelum berangkat ke sini kita udah sarapan di rumahku. Seumur-umur aku belum pernah sekalipun pingsan gara-gara lapar pas shooting, palingan cuma lemes doang kalau makanannya tidak cocok," ujar Rachel.

"Setiap mau shooting langsung request mau makan apa? Jadi bisa disesuaikan dengan yang kamu inginkan, biar makanannya juga enggak kebuang sia-sia," saran Logan sembari masuk ke dalam mobil.

Rachel yang melihatnya begitu kesal karena tidak ada yang membukakan pintu untuknya, baru kali ini ada laki-laki yang benar-benar tidak peka dan seakan tidak menganggap kehadirannya itu ada.

Mariana berdiri di depan pintu gerbang dan enggan untuk memencet bel, entah kenapa seakan dirinya takut kalau orang-orang di rumahnya tidak menerima kedatangannya kembali.

"Maaf ibu, mau nyari siapa?" tanya sang security.

"Emm saya mau bertemu dengan Logan, apa dia ada di rumah?" tanya Mariana.

"Kalau tuan jam segini masih ada di kantor, mungkin ibu mau menitip pesan atau apapun itu nanti biar saya sampaikan kepada beliau kalau sudah pulang?" ujar sang security.

"Kalau omanya Logan, ada?" tanya Mariana membuat security di hadapannya mengerutkan keningnya.

"Maaf, kalau boleh saya tahu ibu ini siapa dan ada keperluan apa datang ke sini?" tanyanya.

"Saya Mariana, saya mamanya, Logan."

Seketika sang security melebarkan matanya dan setelahnya bergegas membukakan pintu gerbang, agar Mariana bisa leluasa masuk ke dalam rumah.

"Maafkan saya karena tidak tahu kalau ibu adalah mamanya tuan Logan, karena selama ini saya juga belum pernah melihat ibu di rumah ini," ucap sang security.

"Tidak papa, jadi siapa aja yang ada di rumah saat ini?" tanyanya.

"Omanya tuan Logan dan juga Andi ada di dalam rumah, mari saya antarkan." Sang security langsung membukakan pintu utama tanpa perlu memencet terlebih dahulu.

Mariana begitu bahagia dengan pencapaian yang sudah berhasil diraih oleh anak sulungnya, terbukti dari besarnya rumah yang saat ini mereka tempati dan semuanya hasil kerja keras anaknya sendiri. Melihat-lihat isi di dalam rumah terlihat sepi dan entah ke mana para penghuninya, namun ada beberapa mainan yang berserakan di ruang tengah.

"Mami? Lagi di mana?" panggil Mariana sembari clingak-clinguk mencari keberadaan wanita yang melahirkannya tersebut.

"Cari siapa, ya?" tanya seseorang membuat Mariana membalikkan badannya.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C40
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login