Download App
7.91% Princess in the Death Penalty (Indonesia) / Chapter 22: 22. Pagi yang Mencekam

Chapter 22: 22. Pagi yang Mencekam

Masyayel pagi ini seperti biasa berlatih pedang bersama Abraham dengan tehnik baru dan pelajaran selanjutnya yang belum diajarkan. Sekarang hari ke lima di mana pangeran Shem belum juga kembali ke istana, jujur saja gadis itu memendam kerinduan kepada pangerannya, namun ia tak mempunyai akses untuk mendapatkan kabar dari dia yang di sana. Abraham pun tidak tahu menahu soal itu, setelah selesai berlatih pedang seperti biasanya dia akan langsung membantu paman Elliot untuk menyiapkan ramuan herbal yang memang setiap hari dibuat secara manual oleh Paman Elliot.

"Masyayel, ada dedaunan yang habis, Paman mau keluar istana dulu untuk mencarinya, sedangkan bejana yang ini harus selalu diaduk sampai matang," ucap beliau.

"Di mana, Paman? Apakah di Kebun herbal istana yang terletak di tiga ratus meter dari sini?"

"Iya, bagaimana kamu tahu? Aku belum mengajakmu."

"Pangeran Shem sudah memberitahu aku semua tempat penting istana ini, izinkan aku yang ke sana, Paman. Aku ingin udara segar sambil berjalan-jalan sejenak."

"Pesan pangeran, kamu tidak boleh keluar istana sendirian, aku saja yang pergi."

"Aku sudah biasa keluar istana berlatih pedang dengan Abraham. Aku hanya mengambil tumbuhan tidak jauh dari Istana saja, Paman tidak usah khawatir,"

"Kalau berlatih pedang, 'kan ditemani Abraham, ini kamu sendiri. Berbahaya Masyayel."

"Ayolah, Paman. Aku sudah bisa bermain pedang, aku akan bawa pedang untuk berjaga-jaga, mana tumbuhan yang harus aku cari? Aku mau bawa contohnya."

Karena dengan segala cara paman Elliot sudah melarangnya dan ternyata tidak berhasil, maka rayuan-rayuan Masyayel untuk pergi membantunya dikabulkan juga oleh Paman Elliot, meskipun dengan berat hati.

Ia menyerahkan jenis-jenis tumbuhan yang sedikit tersisa satu atau dua lembar yang ia serahkan kepada Masyayel. Masyayel senang ia akhirnya dipercaya untuk pergi ke taman herbal istana. Ia segera berlari dan keluar menuju pintu keluar istana.

Ia mengantongi beberapa lembar contoh tumbuhan itu. Lalu ia berjalan menyusuri jalanan luar istana, "asyik juga berjalan-jalan santai begini. Tidak sepi juga, di jalan-jalan banyak orang yang lalu lalang. Kenapa Paman Elliot begitu takut dan begitu mengkhawatirkan aku? Tidak akan terjadi apa-apa denganku." Ia bergumam sendiri dalam hati, sambil mengelus gagang pedang yang sudah ia selipkan diikat disebelah pakaiannya. Lagian jaraknya tidak jauh juga menurut Masyayel. Hanya sekitar tiga ratus meter saja dari istana. Dia tersenyum dan menyapa para penduduk yang lewat dengan kesibukan masing-masing. Dia sangat senang mereka semua membalas dengan ramah. Masyayel terharu dan teringat keramahan para rakyatnya yang terdahulu. Ketika Serafin masih berdiri tegak dan dia masih menjadi seorang tuan Putri.

"Ah ... aku harus memupus semua lamunanku. Abraham sudah mengatakan bahwa masa lalu harus dikubur dalam-dalam dan aku harus melangkah ke depan untuk kebahagiaanku kelak. Aku merasa sedikit lagi sampai di lokasi tujuanku." Langkahnya diiringi oleh senyumnya.

Masyayel saking percaya diri akan keamanan lingkungan sekitar serta rasa senangnya yang berlebihan bisa menghirup udara bebas tanpa mata-mata seperti Abraham. Membuat ia luput dari niat jahat seseorang. Ada dua penguntit yang tanpa ia sadari telah mengikutinya dari jarak sekian meter tadi, diam-diam dan bersembunyi di semak-semak yang Masyayel lewati.

Ia tetap berjalan tanpa ada rasa takut sedikitpun. Entah niat apa mereka mengikuti gadis itu. Padahal Masyayel kenal saja tidak, juga tak ada urusan dengan siapapun selama ini. Karena Masyayel adalah sebuah rahasia istana, bahkan anggota inti kerajaan pun tidak mengetahui keberadaan gadis itu. Hanya pangeran, Abraham dan paman Elliot sang peramu minuman herbal Istana yang tahu keberadaan Masyayel. Jadi siapa si penguntit itu? Bahkan dirinya berjalan memakai pakaian yang bertudung dan tertutup semua, jadi wajahnya tidak nampak jelas.

"Aaaarghhh .... " Tiba-tiba Masyayel didekap oleh dua orang pemuda. Ia ditarik dan dibawa ke sebuah ruangan tanpa cahaya yang cukup.

"LEPASKAN AKU!!! Kalian siapa?" teriak Masyayel kaget.

"Waah, aku kira kamu si Gabriel-pelayan masak istana? Kamu bukan dia, ya?"

"Bukan! Aku Masyayel, aku pelayan khusus ramuan herbal istana. Aku khusus melayani pangeran juga," jawabnya ketakutan karena di bekap oleh dua pria.

"Eh, dia sangat cantik juga untuk ukuran pelayan? Humm ... aku rasa kita lupakan janji Gabriel, kita main-main saja sama yang ini. Hehehe."

"Iya, ya? Kamu sangat cantik. Seperti bukan pelayan saja. Aku suka yang ini. Sama-sama pelayan tak berharga! Wkwkwk."

"Apa maksud kalian? Aku pelayan yang berharga! Aku pelayan khusus pangeran Shem! Kalau kalian berani macam-macam, kalian akan dihabisi pangeran Shem!!!"

"Humm ... jangan sok suci, Pelayan rendahan! Dulu Gabriel dan teman-temannya juga munafik, mengumpat dan marah-marah kepada kami, tapi setelah tahu rasanya bermain dengan kami, sekarang setiap minggu dua kali kami janjian untuk bertemu. Mereka yang mencari kami, harusnya mereka yang ke sini."

"Iya! Mereka ketagihan! Dasar perempuan-perempuan pelayan sok suci! Giliran sudah main-main dengan kami, jadi ketagihan. Kamu juga pasti sama dengan mereka, Sayang! Hahaha."

"Jangan macam-macam! Akan aku potong leher kalian!" Masyayel menghunuskan pedang yang sedari tadi ia simpan untuk berjaga-jaga, meskipun belum ada seminggu dia berlatih. Dia akan berusaha maksimal melindungi dirinya dan melawan mereka yang hendak kurang ajar kepadanya.

"Waow, keren juga nih perempuan, kamu membawa pedang. Auw aku sangat takut, kemarilah Sayang, berikan pedang itu, itu sangat berbahaya, bisa melukaimu. kita bermain dengan menyenangkan saja, jangan ada darah diantara kita. Hahaha."

"Hati-hati kulit mulusmu itu tergores pedang, Sayang. Kita juga punya pedang rahasia, pedang yang membuatmu ketagihan. Ayo, main pedang yang lain. Hahaha."

Masyayel semakin berkeringat dingin, ia belum begitu menguasai pedang. Ia harus meminta tolong siapa? Sedangkan saat ini dirinya terdesak. Apa yang kedua pria ini mau? Mereka tidak ada yang tahu kalau Masyayel adalah seorang putri, bahkan perempuan yang sangat dicintai pangeran Shem.

Masyayel begitu ketakutan dan merasa terpojok. Ia tidak memiliki siapa-siapa untuk menolongnya saat ini. Hanya sebuah pedang dan keahliannya yang belum seberapa untuk memainkannya itu. Dia menghunus pedang dan menyerang tak tentu arah demi melindungi dirinya sambil berteriak-teriak kencang dalam tangisan untuk melindungi dirinya.

"Pergi kalian Bangsat! Jangan ganggu aku! Aku adalah pelayan istimewa! Jika berani macam-macam, pangeran sendiri yang akan menggorok leher kalian!" pekiknya.

"Wanita jalang sok berani kamu? Omong kosong! Mana ada pangeran mempunyai pelayan istimewa! Pelayan di Istana adalah tidak ada harganya. Akan ada ribuan pelayan baru yang lebih cantik dan muda siap menggantikan yang telah usang. Hahaha." Tatapan bengis satu pria itu menusuk hatinya.

Kedua pria itu berusaha merebut pedang dan berusaha mengendalikan Masyayel yang membabi buta karena sebagian menerapkan keahlian yang sudah dia mampu, saat latihan dengan Abraham.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C22
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login