Mia membeku sejenak, tak bisa berkata-kata, namun kemudian bertanya dengan refleks, "Dengan siapa?"
"..." Petra tertekan, sangat tertekan. "Mia, suaraku sulit diingat?"
Mia akhirnya tersadar, namun masih bingung. Bagaimana Petra bisa tahu nomor teleponnya?
"Sekarang aku sudah sadar." Mia tertawa. "Itu hanya perasaan Pak Petra saja! Bersikap malu-malu tidak cocok dengan Bapak!"
"..." Petra terdiam mendengar tawa Mia, wajahnya berubah sedingin elang.
"Kenapa Bapak bisa punya nomorku?" tanya Mia dengan ragu.
Petra menaikkan alisnya dengan jahil. "Kau menggunakan operator di bawah perusahaanku. Kalau begitu apakah masih sulit kucari?"
"..." Mia tercengang.
Dia tidak memilih nomor teleponnya dengan spesifik. Dia baru kembali setelah meninggalkan Jakarta, dan karena tidak ada yang bisa dikenang, dia tidak menyimpan nomor teleponnya ketika datang ke London…. Ketika kembali, nomor yang digunakannya di London tidak bisa digunakan, jadi dia pun mengganti nomornya dengan santai.