Download App

Chapter 5: Mau Kau Balas dengan Apa

Mia duduk di kantor seolah-olah bisa tumbang kapan saja. Dia memikirkannya dengan marah dan hanya bisa mengutuk pelan beberapa kali.

Apa-apaan pria yang kejam dan pengatur itu?!

Apa karena dirinya berubah menjadi seperti seekor burung di atas ranjang?

Di mana Petra yang dingin dan haus darah seperti yang dikatakan orang-orang?

Jelas-jelas, dia itu serigala berbulu domba.... Dia tampak baik hati ketika dia memakai pakaiannya, tapi dia lebih rendah dari seekor hewan ketika pakaiannya dilepaskan!

"Kak Mia, sedikit saja lebih erat lagi Kakak menggenggamnya, penanya akan rusak...."

Ketika Fira memasuki ruang desain dengan terlambat, dia mendapati Mia bahkan tidak tahu dirinya masuk. Wanita itu sedang bergelut dengan pena gambarnya.

"Hah?" Mia tiba-tiba tersadar. Setelah otaknya korslet selama beberapa detik, dia tiba-tiba mendapati dirinya termenung. Dia menata diri dan bertanya, "Ada apa?"

Fira menyerahkan sebuah map dan berkata, "Ini daftar informasi layanan pelanggan yang dikirim oleh Departemen Bisnis tadi. Kakak ingin melihat apakah ada desain yang bisa menginspirasi?"

Mia mengambilnya dan membukanya. Setelah membolak-balik beberapa kali, dia tiba-tiba melihat sebuah nama, dan dia pun terheran-heran. "Maya Liana?" Matanya memandang ke arah Fira.

Fira mengangguk. "Yah.... Maya Liana, yang artis itu… dan rumahnya di apartemen Dahlia yang baru saja dibangun oleh Grup Kaisar!"

"Ck, ck." Fira menggelengkan kepalanya dan menghela napas. "Petra Ardian murah hati sekali.... Kudengar apartemen di sana harganya 30% lebih tinggi dari harga pasar, dan sekalipun punya uang, mungkin saja kita tetap tidak bisa membelinya…."

Dia lanjut bergosip sembari menelungkupkan tubuh di atas meja. "Kak Mia, apa menurutmu.... Apartemen ini dulu digunakan oleh Petra untuk dijadikan rumah simpanan?"

Mia tersenyum, tidak menanggapi.

"Kak Mia, coba kita bayangkan.…" Mata Fira tiba-tiba berkilat. "Aku mungkin bisa mendekati Petra lewat Maya Liana."

Diam-diam Mia memutar matanya. Meskipun dia tidak mendukung tren pernikahan tersembunyi dengan orang kaya, dia tetaplah istri Petra, istri yang sebenarnya…. Pokoknya begitu!

Memangnya dia membutuhkan orang lain untuk mendekati Petra?!

"Bayangkan ketika pulang, Petra duduk di ruangan yang Kakak rancang, tatapannya berbinar!" Fira tidak melihat raut tertekan di mata Mia, tetapi semakin dia berbicara tentang masalah itu, semakin cerah matanya, seolah-olah Mia sudah mengatur plotnya. "Wow…. Rancangan ini luar biasa!"

Fira mengulurkan tangan, membayangkan pembawaan Petra Ardian, dan berkata, "Rancangan gedung klub dari lantai pertama hingga kedelapan belas sudah ditetapkan. Mia yang akan merancang gedung ini!" Seolah-olah, sebuah adegan muncul di depan mata Fira. Tiba-tiba dia terhibur oleh dirinya sendiri dan tertawa. "Hahaha!"

"Nak…. Kamu lupa minum obat hari ini?" Mia memutar matanya dengan tidak tahan, lalu melanjutkan melihat daftar layanan pelanggan itu.

Fira mengerutkan bibirnya, mengedikkan bahu, dan berkata, "Kak Mia, aku serius...." Dia cemberut. "Klub menetapkan rancangannya, dan bos merekomendasikanmu ke UCL. Masa depanmu pasti cerah!"

"Maya Liana akan melirik konstruksi kita sebagian besar karena perusahaan kita punya privasi yang sangat tinggi di industri ini," Mia menjawab tanpa menoleh. Dia melanjutkan, "Kalau dia tahu aku harus membuat rancangan ini demi mendekati Petra, tidakkah menurutmu kita akan lebih dari sekadar kehilangan untung?"

Pada saat yang sama ketika kata-kata itu diucapkan, Mia melihat ke arah Fira, dan melihat bahwa Fira sedikit sulit memahaminya, dia pun menghela napas.

"Katakanlah hal itu tidak akan merusak kredibilitas perusahaan kita...." Mia melanjutkan, "Apa menurutmu bahkan sekalipun Petra menyukai pada rancanganku, Maya akan dengan bodohnya mau memperkenalkan seorang wanita kepadanya?"

Fira semakin lesu. "Tidak…." Dia melihat ke arah Mia, "Apalagi wanita cantik seperti Kak Mia!"

"…" Mia merasa bahwa dia tidak bisa menyampaikan maksudnya kepada Fira dan menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia kembali memandang ke depan.

Fira menelungkup di atas meja kaca dan berkata pelan, "Tuan Muda Petra tinggal di luar, di rumah simpanan. Aku benar-benar penasaran, apa yang dipikirkan istrinya.... Apa istrinya tidak keberatan? Atau tidak peduli? Atau justru peduli?"

Mia mendengarkan. Pemikirannya menarik dirinya….

Yang diinginkannya adalah uang Petra, bukan orangnya.... Sekarang dia punya uang untuk dibelanjakan dan bisa memenuhi kebutuhan fisiknya. Apa lagi yang dia inginkan?

"Seorang laki-laki juga bisa menjadi bencana...." Mia mendengus dingin. Sedikit kekesalan yang tidak disadarinya melintas di dalam hatinya, namun hanya sekilas dan terlalu singkat untuk disadari.

Setelah membolak-balik selama beberapa saat, Mia mengeluarkan rancangan rumah dupleks. "Ini saja...."

Sebelum kata-katanya selesai, ponselnya berdering. Dia melihat panggilan itu dari ruangan Pak Tahir, dan dia menjawabnya. Dia mulai berbicara lebih dulu, "Pak Direktur?"

"Datanglah ke ruangan saya…"

"Oke!" Mia menjawab dan menutup telepon sebelum memberitahu Fira, "Aku akan mengurus ini, dan kau bisa menghubungi pemiliknya untuk membicarakan rencana pemeriksaan rancangan desain dan negosiasi bangunan."

"Baiklah...." Fira memeriksa nomornya dan melanjutkan, "Aku akan menghubungi mereka sekarang."

"Masuk...." Direktur sedang menandatangani berkas-berkas. Dia memandang ke arah Mia, lalu menunjuk, "Duduk dulu."

Mia duduk di seberang Pak Tahir dan bertanya setelah pria itu selesai menandatangani dokumen dan menyerahkannya kepada sekretarisnya, "Ada apa, Pak?"

"Soal Grup Kaisar, kau berencana mulai dari mana?" tanya Pak Tahir.

Mia bergumam dan berkata dengan merasa bersalah, "Belum tahu, Pak…."

Pak Tahir mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam laci. "Ini kartu nama asisten pribadi Petra Ardian yang ingin saya temui. Kau hubungilah dia."

Mia diam-diam mengerutkan dahi, merasa tidak berdaya. Dia ingin mengeluh. Masalahnya bukan karena Grup Kaisar tidak dapat dihubungi, tetapi Petra tidak akan setuju untuk membantunya.

Bahkan saudara iparnya pun tidak dibantu—apalagi dia yang merupakan istri kontrak?

"Mbak Mia, saya percaya padamu...." Pak Tahir menatap Mia dengan serius dan mengutarakan harapannya, "Kali ini industri sedang mengincarmu. Kalau Berlian bisa masuk, aku ingin melihatnya sendiri."

Rasanya seperti ada sepuluh ribu ekor kuda berlari melewatinya, dan Mia agak tertekan hingga ingin kabur dari sana.

Tetapi pada akhirnya, Mia berterima kasih kepada Pak Tahir dan menerima kartu nama tersebut, lalu berkata sambil tersenyum, "Saya akan melakukan yang terbaik, Pak."

Meninggalkan ruangan direktur dengan pikiran yang bingung, Mia merasa tidak enak badan.... Ketika melihat kartu nama Bayu, dia semakin terkejut.

Di ruang rapat lantai teratas Grup Kaisar.

Petra mengetuk meja dengan jarinya, tapi suara pelan itu menjadi terdengar sangat keras karena kesunyian ruang rapat itu.

"Tidak ada yang punya solusi?" Suara Petra yang pelan merambat keluar dari bibir tipisnya. Kelopak matanya sedikit terangkat, dan tatapannya yang dalam menyusuri para eksekutif senior.

Para eksekutif terdiam, dan pada saat ini, siapa pun yang berbicara lebih dulu namanya mencari mati… dan mereka akan dimarahi kalau tidak bicara.

Ruang rapat kembali hening, dan suasananya menekan. Semua orang di ruangan itu merasa agak kekurangan oksigen dan sulit bernapas.

"Pak." Sang general manajer tidak tahan dan berkata, "Kali ini...."

Tepat pada saat itu, sebuah ponsel bergetar. Semua orang tersentak, dan beberapa yang gugup mengira ponsel mereka berdering.

Tapi kalau dipikirkan lagi, seharusnya semua ponsel dimatikan atau digetarkan selama rapat berlangsung.

Semua orang langsung melihat ke arah Petra.. Petra mengangkat ponselnya dan meliriknya, sedikit mengernyit. Ada pesan teks dari Mia.

Mia: "Pekerjaan istrimu sulit sekali... Sebagai seorang suami, bukannya seharusnya kamu mendukungku?"

Mata Petra tampak dalam, dan dia membalas: "Baiklah, keluar dari pekerjaanmu, dan aku akan mendukungmu."

Sudut mulut Mia berkedut, dan dia pun kembali membalas: "Jangan menyuruhku berhenti bekerja, oke?" Dia juga menambahkan emoji imut.

Bibir tipis Petra sedikit terangkat. "Jadi ada apa?"

Mia: "Kudengar bahwa Grup Kaisar baru-baru ini merancang pembangunan sebuah klub. Istrimu ini seorang arsitek!"

Petra hampir bisa membayangkan ekspresi Mia ketika mengirim pesan ini: matanya pasti berkilat seperti rubah. Dia membalas: "Kalau kamu mau aku berjanji akan membantumu, kau mau membalasnya dengan apa?"

Mia menggertakkan giginya ketika dia melihat balasan itu, tapi dia menenangkan diri untuk membalas dengan riang: "Bukannya tubuhku saja sudah menjadi balasan yang bagus?"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C5
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login