PERINGATAN:
Bab ini berisi adegan seks. Silakan baca atas resiko Anda sendiri.
.
.
Tristan membuka pintu kamarnya dan melangkah ke samping untuk membiarkan penyihir cantik itu masuk.
Wanita itu tersenyum, berjalan masuk dengan anggun, dan berdiri di tengah kamar tidur yang sempit itu.
Semua orang bisa melihat apa niat sebenarnya dari tawaran wanita itu untuk menemaninya, dan dari cara dia membawa diri, tampaknya wanita ini memang ahli dalam hal-hal seperti ini.
Herrera berdiri di tengah ruangan dan merenggangkan tubuhnya, memamerkan sosok cantiknya. Tatapannya yang setengah tidak fokus disertai dengan senyum genit, seolah mengundang Tristan membuktikan dirinya dan mengambil langkah selanjutnya.
Tentu saja, Tristan akan mengambil kesempatan di malam yang mendebarkan itu semata-mata untuk pembebasan. Selain itu, dia telah dikurung selama 4 tahun di penjara. Berada di tempat seperti itu sebagai seorang pemuda yang sedang berkembang mungkin jugalah sebuah siksaan tersendiri. Namun, dia belum bisa tenang karena dia tidak tahu apa-apa tentang tubuh barunya.
Bisakah elf berhubungan seks?
Tristan menahan keinginannya untuk menyantap wanita cantik itu saat ini juga. Sebaliknya, dia dengan tenang berjalan mendekatinya, dan menarik napas dalam. Aroma mempesonanya membanjiri indranya, dan jika dia seseorang yang kurang sanggup menahan diri, dia mungkin akan membawa wanita itu ke tempat tidur saat ini juga.
Terlepas dari nafsu yang mengamuk di dalam dirinya, Tristan berjalan menjauh dari wanita itu dan duduk di kursi dekat meja.
Wanita itu berbalik, tatapannya melekat pada tubuh Tristan dan ia terus mengikuti gerakannya. Dia menggigit sudut bibirnya dan mengelus pahanya sendiri sambil menatapnya.
Meskipun wanita ini berpengalaman, sepertinya dia enggan mengambil inisiatif. Sebaliknya, dia menunggu langkah Tristan selanjutnya.
Mereka berdiri hanya tiga langkah terpisah satu sama lain, memungkinkan Tristan untuk mengagumi setiap lekuk tubuhnya. Wanita itu memiliki rambut pendek berwarna ungu yang mencapai tulang selangkanya, memungkinkan tujuannya untuk memamerkan setiap lekuk lehernya yang menyegarkan kepada dunia. Bagian kerah gaun hitamnya menggantung rendah dan menggoda, memamerkan bagian atas belahan dadanya.
Dengan nada tegas dan mendominasi, Tristan menyeringai dan berkata.
"Lepaskan gaunmu."
Perintah yang penuh tekanan mendalam dari seorang elf yang kuat. Mungkin, seseorang yang kurang berpengalaman hanya akan melihat perintah Tristan sebagai ocehan elf yang terpesona. Namun, wanita itu berbeda. Dia bisa hampir sanggup membayangkan malam yang indah.
Senyum wanita itu melebar. Dia mengulurkan tangan ke bahunya dan melepaskan tali gaunnya, memberikan Tristan pemandangan dari payudaranya. Jika seorang pria entah bagaimana masih sanggup menjaga akalnya ketika wanita itu masih berpakaian, pemandangan dua benda sintal yang lembut, menyegarkan, dan memikat pasti akan membuatnya gila.
Tristan bukanlah orang seperti itu. Pemandangan wanita setengah telanjang itu menggerakkan api hasrat yang membuncah di dalam dirinya.
Namun, panas yang mengaduk di dalam dirinya tampaknya hanya puas untuk tinggal di sana dan mengirim pikirannya ke skenario panas. Meski Tristan merasakan hasratnya membuncah, bagian bawah tubuhnya tidak bereaksi secepat yang seharusnya.
Apa ini perbedaan antara tubuh elf dan manusia?
Apakah sensasi yang lambat ini adalah kesalahan dari tubuh barunya?
Apakah ini disebabkan oleh waktunya di penjara? Atau apakah ini disebabkan karena sesuatu yang lain?
Wajah Tristan masih terlihat tenang tak mengindahkan kobaran api membara di dalam dirinya. Ekspresinya tidak mengerutkan niat Herrera sedikit pun, dan ia berjalan mendekati pria itu. Rambutnya yang lembut menggelitik sisi kepala Tristan sebelum dia berbisik, setiap kata mengirimkan napas panas dan penuh nafsu ke telinganya.
"Aku tahu, untuk para elf ini membutuhkan waktu sedikit lebih lama, tapi..." Wanita itu menyeringai di belakang telinganya. "Aku siap untuk tantangan... Tuan Elf, tolong berdiri"
Tristan mengikuti permintaannya dan berdiri, sementara wanita itu perlahan melepas pakaiannya.
Dengan pakaiannya yang sekarang berserakan di lantai kamar tidur, Herrera sekarang bisa melihat otot-otot Tristan yang terpahat dengan sempurna. Dia menyentuh otot-otot di perut Tristan dengan sentuhan lembut bagai satin, sebelum bergerak ke arah dadanya dan turun ke pusarnya.
"Ah, otot seperti ini... Kau membuatku ingin memakanmu sekarang juga..."
Herrera menyentuh bahu Tristan, membalikkannya, dan membiarkannya duduk di tempat tidur, sementara dia berlutut di depannya dan melepas celananya. Ketika dia melihat kejantanan yang masih lemas, tetapi memiliki bentuk yang kuat, Herrera menjilat bibirnya sebelum menyentuhnya dengan tangan kanannya.
Dia mulai memompa, naik dan turun, membujuk kejantanan itu sampai naik penuh sebelum memasukkannya ke mulutnya.
Meskipun ukuran tubuh Tristan cukup besar, wanita itu tidak memiliki masalah untuk memasukkannya ke dalam mulutnya. Setiap gerakan memberi Tristan kesenangan yang luar biasa, sentuhan lembut lidahnya hanya menambah sensasi nikmat.
Tristan akan berbohong jika dia mengatakan dia tidak menginginkan hal ini. Namun, lebih dari kesenangannya mendapat wanita cantik yang bersedia memberinya kesenangan, Tristan lebih senang karena dia masih memiliki kendali penuh atas bagian terpenting dari tubuhnya.
"Apakah rasanya memuaskan, Tuan Elf?" Wanita itu memisahkan mulutnya dari kejantanannya dengan suara ciuman yang dalam dan basah, dan tersenyum padanya. "Jangan khawatir, malam ini belum berakhir."
Tanpa menunggu jawaban Tristan, wanita itu mulai bermain dengan anggotanya lagi, seperti anak kecil yang baru diberi mainan baru yang menarik.