Setelah selesai memakai celana dalamnya, Auristella berdiri dan merapikan dress yang dia pakai. Kemudian tanpa sengaja melihat ke arah cermin di depan. Di sana, Avnan tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya. Mereka berpandangan melalui pantulan cermin dengan mata Auri yang melebar.
"Anda mengintip ku tadi!" berang Auristella tanpa mengontrol volume suaranya. Dia bukan bertanya, melainkan menuduh pria itu.
"Aku tidak bermaksud begitu, Sweety. Hanya saja, semua yang kamu lakukan terlihat jelas dari sini. Lalu, apakah aku harus melewatkan sesuatu yang indah di depan mata?"
"Tentu saja tidak, Sweety. Aku tidak akan menyia-nyiakan pemandangan indah dirimu yang sedang memakai celana dalam. Nanti hal itu sia-sia untukmu."
Jelas Avnan panjang lebar. Mereka masih berpandangan melalui cermin. Auristella tidak menyangka, pria yang dia kenal sebagai penyuka sesama jenis, bisa menjadi seorang yang sangat mesum seperti ini kepada perempuan.
"Anda sangat mesum! Sepertinya aku harus mencuci kepala Anda agar bisa berpikir jernih," desis Auristella dengan sebelah mata menyipit.
"Aku menghadap cermin karena kamu yang memaksa, Sweety. Bukan aku yang meminta. Apa salahku di sini?" tanya Avnan polos dengan nada seperti orang teraniaya. Dalam nada bicaranya, Avnan pura-pura tersakiti dengan semua tuduhan Auristella.
"Anda pintar sekali memutar balikkan fakta dengan menyalahkan orang lain. Padahal Anda mendapatkan keuntungan dari itu."
Meskipun dengan nada bicara yang ketus, tapi tidak di pungkiri Auristella tersipu dengan perkataan Avnan. Apalagi ketika berkali-kali pria itu memanggilnya Sweety. Auri tidak membantah atau menolak sama sekali. Bahkan terkesan sangat nyaman dengan panggilan itu.
"Oh ya, Sweety." Avnan membalikkan tubuhnya. Kini mereka berdiri berhadapan dan Avnan menarik pinggang ramping Auristella. Jadilah tubuh keduanya menempel dengan wajah yang sangat dekat. Dan hidung yang bertemu.
"Aku menantikan saat ketika kamu mencuci kepalaku agar pikiranku menjadi lebih jernih. Apalagi jika di tambah dengan kita berdua yang polos tanpa sehelai benang pun. Semua akan membuat ku betah berlama-lama," bisik Avnan dengan suara yang sensual.
Mendengar itu membuat bulu kuduk Auristella meremang. Darahnya berdesir. Ditambah pipinya semakin terasa panas. Dia malu mendengarnya. Apalagi ketika terlintas sekilas di pikirannya misalkan hal itu beneran terjadi.
"Aku menyukai warna merah ini. Sampai ingin menggigitnya dan aku jadikan menu makan siang." Avnan melanjutkan sembari mengusap lembut pipi merah Auristella
Ucapan Avnan menyadarkan Auri dari pikirannya yang berkelana. Kini dia menatap tajam pria yang sedang tersenyum kepadanya. Auristella bingung, antara ingin membuka suara atau tidak. Jika membuka, Avnan saja kembali menciumnya dengan seenak hati pria itu.
"Anda terlalu berpikiran mesum, Tuan. Sepertinya semua kata-kata yang aku keluarkan membuat Anda melencengkan hal-hal yang berbau negatif."
"Apa sebegitu menginginkannya Anda untuk mendapatkan belaian?"
"Sampai harus melakukan hal-hal tidak terpuji seperti ini padaku!"
Meskipun Auristella mengatakannya dengan suara yang ketus, tidak di pungkiri sebenarnya dia malu dengan posisi mereka saat ini yang begitu dekat. Karenanya rona merah di pipi Auri terus ada bahkan semakin terlihat. Namun dia berusaha menutupinya dengan cara memalingkan wajah ke samping.
"Ternyata kamu mengetahui benar apa yang aku inginkan. Kalau begitu ...."
"Anda terlalu berlebihan, Tuan. Saya permisi. Sahabatku sudah menunggu di sana sejak tadi. Pasti mereka mencemaskan aku," potong Auristella cepat sebelum Avnan menyelesaikan kalimatnya.
Mengetahui pria di depannya sedang lengah, Auristella mendorong dan segera pergi dari sana. Dia berjalan menuju pintu keluar toilet. Namun langkahnya harus terhenti saat melihat ada sekitar 5 orang pria menyeramkan menatap ke arahnya.
Glek!
"Siapa mereka? Kenapa mereka terlihat sangat menyeramkan dan terus menatap ke tempat ini?" Gumam Auristella yang seketika langsung panik.
Sepertinya apa yang dikatakan oleh Avnan ada benarnya. Pasti salah satu di antara mereka yang memasukkan obat perangsang itu. Dan sekarang sedang menunggu dirinya, untuk segera di eksekusi.
"Mengerikan," ucap Auristella bergidik ngeri saat tiba-tiba terbayang dirinya berakhir dengan mereka berlima.
"Apa yang mengerikan?" Suara berat seseorang terdengar di belakang Auristella. Tapi sepertinya wanita itu tidak sadar. Dia sangat takut hanya dengan membayangkan hal itu.
"Mereka terlihat sangat mengerikan." Auristella menunjuk takut pada 5 pria di luar yang berbadan besar.
"Kalau yang saja yang dikatakan pria Gay itu benar. Lebih baik aku berakhir dengannya dan dengan senang hati melayani dia. Daripada harus bersama mereka. Membayangkannya saja membuatku ketakutan." Auristella masih belum menyadari jika pria yang dia katakan ada di belakangnya.
'shit! Kamu masih menganggapku seorang Gay. Sepertinya setelah nanti waktunya kita bergulat, aku akan benar-benar menghabisimu tanpa ampun. Untuk membuktikan semua tuduhanmu itu tidak benar. Aku menyukai lawan jenis dan itu dirimu.' Avnan mengumpat sembari menggerutu kesal dengan perkataan Auristella, yang tanpa sadar wanita itu ucapkan.
"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Jadi, jangan pernah membayangkannya."
Auristella mengerutkan keningnya. Suara ini terdengar tidak asing. Dia membalikkan tubuhnya ke belakang melihat siapa orang tersebut. Matanya membesar setelah dia menyadari apa yang diucapkan tadi.
"Ah, Sweety. Setelah kamu mengatakan dengan senang hati akan melayani ku, aku semakin tidak sabar untuk segera merasakannya. Atau kita melakukannya sekarang saja di sini, Sweety?" tanya Avnan menggoda Auristella.
"Anda terlalu percaya diri. Aku mau pergi sekarang. Aku tidak peduli dengan mereka." Setelah mengatakan itu, Auristella melangkah pergi. Tapi tertahan oleh Avnan yang menarik menyudutkannya di dinding.
"Aku mengizinkanmu pergi dari sini. Tapi aku memiliki syarat. Jangan pernah lagi kamu menggunakan pakaian laknat seperti ini. Aku tidak rela membagi tubuhmu yang indah bersama pria brengsek di luaran sana."
Avnan mengatakan itu sembari tangannya menelusuri bagian atas tubuh Auristella yang menyembulkan sedikit dada sintal itu. Avnan juga menggoda bagian itu dengan bermain sebentar. Hingga tanpa sadar Auristella menahan napasnya.
"Cukup aku saja yang menikmati pemandangan indah ini. Tidak dengan yang lain. Lain kali aku melihat kamu menggunakan pakaian kurang bahan seperti ini, Aku tidak akan segan-segan langsung merobeknya. Lalu aku akan membuatmu kelelahan melayani hasrat ku disaat itu juga."
Glek!
Perkataan Avnan berhasil membuat Auristella meneguk salivanya dengan kasar. Sepertinya ancaman pria itu tidak main-main. Terlihat dari sorot matanya yang marah ketika mengatakan itu.
"Untuk saat ini, Aku akan memaafkanmu karena nanti kita akan bertemu kembali di hotel. Tapi lain kali, jangan pernah mengharapkan maaf dariku untuk masalah pakaian di tubuhmu," ancam Avnan dengan sorot matanya yang tajam.
"Apa hak Anda melarang aku? Anda bukan siapa-siapa. Dan aku bebas melakukan apapun." Auristella mengatakan dengan sangat pelan. Adanya membeku seperti menuruti semua ucapan yang keluar dari mulut manis pria itu.
"Untuk saat ini, Aku memang bukan siapa-siapa. Tapi setelah nanti malam, aku pastikan kamu hanya akan menjadi milikku seorang."
"Sekarang kamu boleh pergi. Aku akan mengantarmu sampai dengan selamat kepada mereka. Tapi ingat perjanjian kita, kamu harus datang ke hotel setelah bersama mereka."
Seolah terhipnotis, Auristella hanya menganggukkan kepalanya patuh dengan semua ucapan pria itu. Dia berbalik badan dan perlahan keluar dari toilet.
"Tapi bagaimana jika nanti mereka semua melihat kita? Aku tidak mau ada yang salah paham. Sebaiknya aku keluar sendiri." Tolak Auristella dengan lembut.
"Kamu tidak perlu khawatir tentang itu, Sweety. Aku hanya akan mengantarmu sampai di depan. Setelah memastikan kamu sampai dengan selamat bersama mereka, Aku akan kembali ke tempatku. Mereka tidak akan ada yang melihat ataupun mencurigai kita."
"Ayo, sekarang jalan. Jangan takut dengan para pria tidak berguna itu."
Avnan membiarkan Auristella berjalan terlebih dulu. Lalu dia berada di sampingnya dan memeluk mesra pinggang rampingnya. Sengaja agar bisa menutupi tubuh mungil itu dari lima pria sangar yang sedang menanti.
"Sudah, Tuan. Cukup sampai di sini saja," ucap Auristella setelah mereka tidak berada jauh dari para sahabatnya.
"Baiklah. Kamu hati-hati. Aku akan menunggumu di hotel."
Avnan mengecup sayang kening Auristella dan mendorong lembut wanita itu untuk kembali bersama yang lain. Meskipun sedikit bingung, Auristella tetap menurutinya. Dia berjalan menuju ke tempat sahabatnya berada. Rasa nyaman dan hangat masih terasa saat Avnan dengan sayang mencium keningnya.